Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin Menurun, Tim Kampanye Harus Lebih Offensif

17 Desember 2018   09:45 Diperbarui: 17 Desember 2018   10:06 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kompas.com memberitakan hasil analisis PARA Syndicate yang menyimpulkan tren elektabilitas pasangan calon Presiden dan wakil Presiden nomor urut 01 Joko Widodo- Ma'ruf Amin menunjukkan penurunan. Analisis PARA Syndicate itu didasarkan pada 12 hasil survei dari beberapa lembaga survei terkait elektabilitas pasangan calon Presiden-wakil presiden selama priode Agustus hingga November 2018.

Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo mengatakan, " Secara umum pergerakan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dari bulan Agustus hingga Novenber 2018 trennya turun". Hasil analisis ini menunjukkan tim kampanye pasangan nomor urut 01 itu belum efektif bekerja.

Sebagai gambaran LSI Denny JA menyatakan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin 53,2 persen sedangkan elektabilitas Prabowo-Sandiaga Uno 31,2 persen. Terhadap hasil analisis PARA Syndicate ini beberapa petinggi Tim Kampanye Nasional ( TKN) Jokowi -Ma' ruf Amin menyatakan salah satu penyebab penurunan tersebut karena tim terlalu sibuk melayani serangan serangan yang dilakukan oleh timses Prabowo-Sandiaga Uno.

Memang kalau diperhatikan timses pasangan capres 01 terbawa arus mengikuti tarian berdasarkan gendang yang ditabuh oleh timses 02, artinya disadari atau tidak timses Jokowi-Ma'ruf Amin menjadi terbawa arus melayani ritme kampanye kubu sebelah. Harus diakui adanya kepiawaian timses 02 melontarkan berbagai  isu atau melakukan berbagai manuver politik yang membuat timses 01 harus bekerja keras melayaninya.

Ibarat pertandingan sepakbola tim sebelah sepertinya mampu mengendalikan irama permainan di lapangan, padahal seharusnya timses 01 lah yang harus menguasai lapangan mengingat pasangan yang mereka dukung adalah Presiden petahana. Berkaitan dengan hal tersebut, terlihat ada beberapa poin serangan yang dilancarkan oleh kubu 02.

Kita melihat Sandiaga Uno sangat mahir memainkan isu harga di pasar. Menurutnya harga kebutuhan hidup sehari hari sangat tinggi sementara disisi lain daya beli masyarakat semakin rendah. Penampilan mantan Wagub DKI itu di berbagai pasar terkesan mendapat sambutan hangat dari emak-emak yang setiap harinya berhubungan dengan pasar tradisional. Kita melihat mantan Wagub DKI itu tidak segan-segan menggantungkan petai pada tubuhnya yang kesemuanya ingin memberi kesan ,betapa akrabnya ia dengan pasar tradisional.

Hal lain yang diangkat kubu sebelah berkaitan dengan hutang Indonesia, dari ungkapan ungkapan yang disampaikan terbentuk anggapan di publik bahwa selama pemerintahan Jokowi lah hutang negeri ini semakin membengkak. Kemudian pihak sebelah juga sering melontarkan pernyataan, banyak proyek infra struktur yang dibangun selama pemerintahan Jokowi tidak signifikan manfaatnya untuk masyarakat mereka menyatakan infra struktur yang demikian bukan untuk kepentingan masyarakat kecil tetapi hanya untuk kesenangan bagi warga yang punya penghasilan lumayan.

Saya menangkap kesan bahwa beberapa isu yang dikemukakan diatas mendapat sambutan baik di masyarakat . Selanjutnya kita melihat beberapa istilah yang diungkapkan Jokowi seperti Sontoloyo dan gendurowo langsung diolah menjadi puisi atau menjadi lagu yang kemudian digunakan justru untuk menyerang Presiden petahana itu.

Terhadap serangan politik yang demikian terlihat kubu capres 01 menjadi defensif, berada pada posisi bertahan sibuk melayani dan menjawab isu yang dilontarkan kubu sebelah. Oleh karena posisi elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin cenderung menurun, maka menurut pendapat saya kubu 01 harus lebih offensif sehingga kubu sebelah lah yang harus dibuat sibuk untuk menjawab pertanyaan pertanyaan yang dikemukakan dan bukan seperti yang sekarang ini.

Kita ambil contoh ketika kubu 02 mengomentari turunnya harga beberapa komoditi seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa sangat layak ditanyakan apa langkah yang mereka tempuh untuk menaikkan harga komoditas itu. Kita tentu tahu bahwa menurunnya harga komoditas itu bukan karena kelemahan pemerintahan Jokowi tetapi karena sangat tergantung kepada permintaan global.

Selanjutnya timses juga layak mempertanyakan seperti apa visi ,misi dan program kerja capres 02 dan bagaimana cara mereka untuk mewujudkan hal itu . Sesungguhnyalah TKN Jokowi-Ma' ruf Amin jauh lebih memahami hal-hal yang berkaitan dengan kampanye dibandingkan pengetahuan saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun