Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jakob Oetama, Tak Hanya Sebatas Pendiri "Kompas"

27 September 2018   12:26 Diperbarui: 27 September 2018   12:48 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah banyak cerita yang merupakan success story dari dua anak bangsa ,PK Ojong dan Jakob Oetama pendiri  majalah Intisari dan kemudian menerbitkan Harian Kompas pada 1965.

Kisah sukses itu semakin nyata ketika kemudian kita tidak hanya melihat lembaran lembaran surat kabar yang sudah berusia 53 tahun.Kisah sukses itu semakin nyata ketika kita berkunjung ke toko buku Gramedia yang sekarang berdiri di berbagai kota.

Kisah sukses itu terasa semakin mendalam ketika kita nonton Kompas Tv.Kisah sukses itu semakin berkesan ketika melintasi hotel Santika yang terletak diseberang Lapangan Benteng Medan.

Untuk saya yang tinggal di Medan ,kisah sukses itu terasa semakin menggetarkan apabila sedang di Jakarta melintas di Jalan Palmerah ,Jakarta Pusat lalu menoleh ke gedung bertingkat 24 yang kemudian diberi nama Menara Kompas-Gramedia.

Semuanya itu merupakan prestasi dari hasil kerja keras serta ketekunan duet yang masyhur PK Ojong-Jakob Oetama.Kedua nama inilah yang tidak bisa dipisahkan dari Kompas-Gramedia beserta dengan seluruh badan usaha yang dimilikinya.

Sekarang PK Ojong sudah tiada dan tinggallah Jakob Oetama sebagai satu satunya pendiri Kompas yang masih hidup.


Tetapi bagi saya ,Jakob Oetama bukan lah hanya sebatas pendiri surat kabar Kompas semata tetapi lebih dari itu sosok yang lahir di Desa Jowahan dekat Candi Borobudur Magelang ini punya peran besar  terutama dalam menanamkan prinsip prinsip penting dalam kehidupan pers Indonesia.

Lebih dari itu Jakob Oetama adalah sosok yang selalu peduli terhadap kehidupan bangsanya. Sekarang disebut era digital yang juga disebut sebagai era banjir informasi yang sangat berbeda dengan sebutlah dua puluh tahun yang lalu.

Pada masa dua puluh tahun yang lalu itu ,kita hanya menerima informasi dari surat kabar ,majalah ,radio,buku dan televisi.
Surat kabar,majalah atau buku harus kita beli atau meminjam dari orang lain.Pesawat televisi  atau radio mungkin ada di rumah kita masing masing . Keadaan yang demikian menunjukkan betapa masih terbatasnya sumber informasi yang kita miliki.

Sungguh berbeda dengan masa sekarang ini.Sumber informasi itu sudah berada dalam genggaman kita.Kemana pun kita pergi alat itu selalu dibawa sehingga dimanapun kita berada,sepanjang ada jaringan internet kita masih tetap bisa mengakses berita.

Melalui alat yang kita genggam itu ribuan informasi dapat kita peroleh setiap hari.Mulai dari informasi yang bermutu seperti ilmu pengetahuan yang berguna untuk kita sampai kepada informasi yang lucu lucu bahkan kabar bohong pun akan singgah di gawai yang kita miliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun