Kemudian dimulai oleh putra tertua, diikuti oleh adik adiknya ,masing masing istri /suami dan para cucu sungkem kepada Ayah/kakek dan Ibu/nenek. Ketika tangan tua itu membelai kepala anaknya ,membelai kepala cucu nya terasa suasana yang begitu damai ,begitu indah.Air mata menetes ,wujud rasa haru, rasa syukur dan bahagia.
Selesai ritual itu ,semuanya berangkat ke masjid menunaikan Sholat Ied. Setelah sholat masih di masjid itu ,saling bersalaman dengan para jamaah, dengan teman di SD dulu ,dengan para tetangga. Selesai sholat kembali ke rumah dan tamu tamu pun berdatangan. Kue kue khas kampung dan lemang dengan rendang pun disajikan disertai ngobrol, gelak, tawa dan canda.
Kampung tua itu terasa bagitu hidup begitu semarak. Ya dari kampung itulah kaki melangkah bertahun tahun yang lalu menuju berbagai penjuru untuk peningkatan kualitas hidup. Hari itu bayangan bayangan masa lalu datang lagi menari nari dalam pikiran dan lebih dari itu mengemuka rasa syukur karena hidup di perantauan itu telah menjadikannya sesuatu yang dapat mengangkat harkat dan martabat keluarganya di kampung.
Hari itu ia berada lagi di kampung itu seraya berharap agar orang tua, famili yang ada terus mendoakan nya agar roda kehidupan dimasa yang akan datang semakin terus membaik sehingga pada setiap tahun mereka para perantau itu dapat pulang ke kampungnya merayakan Idul Fitri. Di kampung itu terasa ada " sesuatu yang lain " yang tidak diperolehnya pada suasana hiruk pikuk di kota kota besar.
Untuk menikmati " suasana yang lain itu" lah mereka sudi datang dari jauh menempuh ratusan bahkan ribuan kilometer. Dalam perjalanan ,badan mungkin letih dan lelah tetapi batinnya tetap merasa segar.
Dan untuk itulah mereka mudik.
Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin.