Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kaitan Pers dan Parpol pada Tahun '60an

9 Februari 2018   06:57 Diperbarui: 9 Februari 2018   14:29 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: mimbar-rakyat.com

Hari ini adalah Hari Pers Nasional ( HPN)  yang rencananya acara puncak akan diselenggarakan  di Padang Sumatera Barat.Seperti peringatan HPN sebelumnya yang selalu dihadiri Presiden ,maka acara di Padang ini juga akan dihadiri Presiden Jokowi. Pada Hari Pers Nasional seperti ini layak jugalah kenangan tentang pers masa lalu muncul.

Kenangan yang muncul itu hanyalah berkaitan dengan pers dalam arti yang sempit karena hanyalah sebatas tentang surat kabar dan majalah. Pada tahun 60 an terlihat kaitan yang sangat erat antara partai politik dengan pers terutama surat kabar. Pada masa itu beberapa parpol punya surat kabar sendiri.Dengan memiliki surat kabar sendiri maka setiap parpol akan lebih leluasa mengemukakan berbagai hal tentang program msupun aksi partainya.

Suasana " progressif revolusioner " yang dikumandangkan pada masa itu juga memengaruhi pertumbuhan pers yang berbasis kekuatan politik. Nahdlatul Ulama yang ketika masa itu masih merupakan partai politik punya surat kabar yang bernama Duta Masyarakat. Surat kabar ini pernah dipimpin oleh Mahbub Junaidi yang juga dikenal sebagai pekerja pers yang tangguh.

Isi berita surat kabar ini tentulah sangat sejalan dengan garis politik partainya. Partai Nasional Indonesia atau PNI juga punya surat kabar yaitu Suluh Marhaen atau juga Suluh Indonesia. Pada surat kabar ini tentu pembaca akan dapat belajar banyak tentang ideologi Marhaenisme yang diajarkan oleh Bung Karno.
Partai Komunis Indonesia atau PKI juga punya surat kabar yakni Harian Rakyat.Sudah barang tentu berita berita pada koran ini sangat erat kaitannya dengan kegiatan partainya.

Lembaran kebudayaan pada surat kabar ini termasuk sangat aktip sehingga pembaca bisa menikmati kehidupan kebudayaan yang berorientasi kepada pemikiran Marx/komunis. Partai Syarikat Islam Indonesia ( PSII) juga memiliki surat kabar yang diberi nama Nusa Putra. Selain surat kabar yang resmi diterbitkan oleh parpol ada lagi surat kabar yang dipersepsikan masyarakat beraffiliasi dengan parpol tertentu.

Saya tidak tahu persis apakah surat kabar tersebut benar benar berafiliasi dengan parpol tertentu itu atau hanya sebatas persepsi publik saja. Harian Pedoman ,yang dipimpin oleh Rosihan Anwar sering dikaitkan orang dengan Partai Sosialis Indonesia atau PSI.Partai ini didirikan oleh Sutan Syahrir dan di awal awal kemerdekaan punya pengaruh yang besar dalam pemerintahan.Banyak orang menyebut bahwa PSI adalah partainya kaum terdidik Indonesia.

Salah satu partai pemenang pada Pemilihan Umum tahun 1955 adalah Masyumi atau Majelis Syuro Muslimin Indonesia.Pada awal kemerdekaan partai ini juga cukup berpengaruh dengan tokoh tokoh nya antara lain :Mohammad Natsir,Syafruddin Prawiranegara,Kasman Singodimedjo,Burhanuddin Harahap dan juga Mr.Mohammad Roem.

Surat kabar Abadi pimpinan S Tasrif SH sering dinyatakan berbagai kalangan sebagai corongnya Masyumi.Saya juga tidak tahu tentang kebenaran berita ini.
Demikian juga halnya dengan Harian Sinar Harapan oleh banyak kalangan disebut punya kaitan erat dengan Partai Kristen Indonesia atau Parkindo.
Harian Kompas juga disebut banyak orang secara emosional sangat dekat dengan Partai Katolik.

Ada lagi surat kabar besar masa itu yakni Indonesia Raya yang didirikan oleh Mochtar Lubis.Koran ini dianggap sebagai surat kabar yang berani mengeritik Sukarno dan untuk itu Mochtar Lubis harus mendekam dalam tahanan dan surat kabarnya dibreidel.Mochtar Lubis juga salah satu tokoh yang menerima Magsasay Award. Konsistensi Indonesia Raya menyuarakan kebenaran juga terlihat dimasa Suharto.Dengan kritikan kritikannya yang tajam membuat koran ini dicabut Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers( SIUPP) nya artinya koran ini tidak boleh terbit lagi.

Harian Indonesia Raya kelihatannya tidak dikaitkan orang dengan parpol tertentu. Kemudian seingat saya pada tahun enam puluhan ada 2 majalah hiburan terkenal yaitu Selecta yang dipimpin oleh Syamsudin Lubis dan Varia yang dinakhodai oleh Hadeli Hasibuan. Kedua majalah ini bersaing ketat dalam berita berita populer.
Sedangkan majalah politik populer masa itu adalah Skets Masa yang terbit di Surabaya.

Tentulah nama nama surat kabar atau majalah yang disebutkan tadi telah pernah menorehkan kehadirannya dalam dunia pers negeri ini.Sebahagian besar diantaranya sudah tidak terbit lagi. Dan surat kabar atau majalah itu menjadi bahagian dari sejarah pers republik ini.

Selamat Hari Pers Nasional!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun