Mohon tunggu...
Marahalim Siagian
Marahalim Siagian Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan-sosial and forest protection specialist

Homo Sapiens

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pentingnya Mengurus "Value Proposition" Komoditas Desa

10 Januari 2021   16:04 Diperbarui: 5 April 2022   16:17 1930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petani kelapa di Kabupaten Pohuwato (Marahalim Siagian)

Grafik kluster sentra produksi kelapa di Kabupaten diolah dari Dinas Tanaman Pertanian dan Ketahanan Pangan| BPS 2019
Grafik kluster sentra produksi kelapa di Kabupaten diolah dari Dinas Tanaman Pertanian dan Ketahanan Pangan| BPS 2019

Gambaran komoditas kelapa saat ini

Buah kelapa yang telah matang umumnya diolah petani menjadi kopra kemudian dijual ke produsen minyak makan curah. Sebagian lagi buah kelapa dipasarkan dalam bentuk buah segar (kelapa kupas) ke pasar tradisional untuk memenuhi konsumsi santan rumah tangga serta ke pabrik yang memproduksi santan dan olahan makanan lainnya di Kabupaten Boalemo. Volume hasil panen kelapa terbesar petani saat ini diolah menjadi kopra.

Dalam skala kecil, rumah tangga di pedesaan mengolahnya menjadi "minyak kampung" untuk konsumsi sendiri dan dalam jumlah kecil masuk ke pasar tradisional.

Pasar buah kelapa umumnya terbuka karena berasal dari lahan-lahan pertanian milik rumah tangga serta petani memiliki pilihan untuk menjualnya dalam bentuk buah segar atau mengambil dagingnya saja untuk kemudian dikeringkan menjadi produk kopra.

Penanaman kelapa di Pohuwato umumnya tumpang sari. Kelapa yang ditanam dengan kerapatan rendah sampai sedang yakni kurang dari 100 pohon per hektar cukup fleksibel. Komposisinya bisa kelapa dengan cengkeh, kelapa dengan jagung, kelapa dengan rumput sapi, kelapa dengan pepaya, dll (Marahalim Siagian)
Penanaman kelapa di Pohuwato umumnya tumpang sari. Kelapa yang ditanam dengan kerapatan rendah sampai sedang yakni kurang dari 100 pohon per hektar cukup fleksibel. Komposisinya bisa kelapa dengan cengkeh, kelapa dengan jagung, kelapa dengan rumput sapi, kelapa dengan pepaya, dll (Marahalim Siagian)

Intervensi 

Dua proses ini yakni buah kelapa segar kupas dan kopra meninggalkan sabut kelapa dan tempurungnya di petani.

Sabut kelapa umumnya belum bernilai. Karena belum bernilai, kulit buah kelapa lebih sering dibakar atau dijadikan bahan bakar untuk mengasapi kopra terutama jika musim penghujan. Namun secara keseluruhan jumlah sabut kelapa yang terbuang atau belum dimanfaatkan masih ratusan ton per tahun.

Sementara batok kelapa diolah menjadi arang dan telah memiliki harga jual yang cukup baik serta memiliki pasar yang luas.

Arang tempurung kelapa yang dihasilkan oleh petani umumnya ditampung oleh pedagang perantara, kemudian dipasarkan ke Kota Palu (Sulawesi Tengah). Distributor arang kelapa di Kota Palu kemudian menjualnya ke pabrik yang membuat produk briket arang atau karbon aktif di Pulau Jawa.

Apa yang berubah?

Jika petani menjual kelapa utuh ke pedagang perantara nilai kelapa hanya seharga Rp 1.000--1.500 per butir

Jika petani menjual kelapa kupas ke pasar tradional untuk kebutuhan santan rumah tangga nilainya menjadi Rp2.000 s.d 2.500 per butir, dan pedangang santan kelapa mendapat marjin Rp 1.000 s.d 2.000 per butir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun