Jika konflik kemudian terjadi, sesungguhnya tidak mengejutkan saya. Namun, saya tidak menyangka sepuluh tahun kemudian, sahabat baik saya ini masih harus berjuang untuk itu.
Negosiasi dan konfrontasi masih terus berlangsung dalam perebutan ruang & sumberdaya alam antara koorporasi dengan orang Dayak Bakumpai di Barito Kuala.
Laung Bahenda adalah kain kuning yang diikatkan di kepala sebagai simbol perjuangan dalam melakukan aksi massa.
Setia Budhi seperti yang dikutip penulis buku ini menjelaskan lebih jauh makna ikat kepala kuning itu:
Laung Bahenda Dayak Bakumpai tidak bisa dianggap remeh sebab laung bahenda adalah simbol yang membangkitkan semangat dan solidaritas sesama 'ije lebu' (penduduk sekampung) dan solidaritas sesama 'uluh ita' (sesama suku bangsa).
Ini bukan hanya sebuah buku biasa, tapi sebuah manifesto perjuangan orang kampung melawan korporasi yang berotot kuat.
Bukan hal yang buruk jika Indonesia sudah memiliki banyak kebun sawit dan industri perkebunan ini menjadi salah satu dari 5 (lima) penyumbang devisi negara yang besar.Â
Hingga tahun 2019, luas kebun kelapa sawit di Indonesia sudah mencapai 16 juta hektar (Sawitindonesia.com). Sudah terlalu banyak, harus ada rem-nya, kalau tidak, akan memakan kebun karet, kebun kelapa, serta tanah-tanah yang kita perlukan untuk memproduksi makanan pokok.
Banyak orang terdidik di negeri ini tidak punya kesempatan untuk membela kaumnya sendiri. Buku Laung Bahenda ini menarik untuk dibaca sebagai respon kultural Orang Bakumpai terhadap investasi/pembangunan yang masuk ke wilayah penghidupan mereka. Diorganisir oleh orang kampung sendiri, putra dari mereka yang terdidik.