Wallace's giant bee atau Megachile pluto pertama kali ditemukan pada tahun 1859 oleh ilmuwan terkemuka Alfred Russel Wallace. Pada bulan Januari 2019, tim konservasi internasional menemukan kembali Megachile pluto di alam liar.Â
Ini penemuan kembali setelah 38 tahun sejak para ilmuwan terakhir kali melihat lebah raksasa, spesies langka yang hanya ditemukan di Maluku Utara dengan foto dan video spesimen hidup yang pertama kali.
Lebah raksasa itu memiliki lebar sayap 2,5 inci dan tubuh seukuran ibu jari manusia, ia dianggap sebagai lebah terbesar di dunia serta dikhawatirkan akan punah.Â
Hasil ekspedisi ilmuwan mendapat publikasi luar biasa, tidak tanggung-tanggung dimuat oleh The Guardian, The New York Times, National Geographic, Guinness Word Rocord dan banyak lagi.
Kesuksesan Clay Bolt, Simon Robson, dan kawan-kawan tidak terlepas dari peran guide lokal. Guide lokal itu bernama Iswan Maujud.
Ilmuwan universitas lokal merasa ditinggalkan. Lalu, seorang professor (maaf) mungkin cari panggung, "menggangu" Iswan berhari-hari setelah temuan itu terpublikasi dengan luas di media internasional dan nasional. Â
Inbox Facebooknya dipenuhi "ceramah" dan tuduhan. Â Tuduhan yang membuat Iswan cemas sampai-sampai tidak bisa tidur. Salah satu tuduhan yang serius adalah, Iswan dituduh membantu kejahatan yang disebut bioprospecting (mencuri keragaman hayati)--sesuatu yang tidak Ia lakukan dan tidak pula dilakukan oleh tim.Â
Sebagai saksi mata yang ikut serta dengan tim sebelum, semasa, dan setelah selesai dari lapangan, Iswan bersaksi bahwa tim itu memang mengambil video dan gambar serta sempat menangkap lebah itu untuk tujuan identifikasi namun setelah itu lebah dilepaskan kembali.Â
Sama sekali tidak mengambil sampel hidup atau mati Megachile pluto atau Wallace's giant bee ke luar negeri, seperti yang dituduhkan.Â