Mohon tunggu...
Marahalim Siagian
Marahalim Siagian Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan-sosial and forest protection specialist

Homo Sapiens

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pesta Makan Madu ala Orang Rimba

24 November 2019   00:30 Diperbarui: 2 April 2022   00:03 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Madu dari pohon Sialang untuk membedakannya dengan madu ternak (Doc. Marahalim Siagian)

Agar lantak mampu menyangga tubuhnya serta tidak patah saat dipakukan ke batang pohon Sialang, Ia perlu mengasapinya. Proses pengasapan akan membuat lantak menjadi lebih kuat sekaligus lebih ringan.

Lantak yang fungsinya sebagai pijakan kaki, diperlukan untuk menjangkau sarang lebah hingga ke ujung-ujung dahan. Jumlah yang Ia butuhkan kira-kira 60-70 buah. Lantak dipakukan menggunakan pemukul serupa martil, namanya geganden. Geganden dibentuk dari akar kayu yang keras.

Melabatu juga membutuhkan beberapa tunom, alat serupa obor yang dibentuk dari kulit kayu Meranti. Kulit kayu Meranti itu setelah dipukul-pukul akan menjadi lembut serupa batang jerami.

Ujung tunom akan dibakar lalu disapukan pada sarang lebah sebagai cara untuk menghalaunya. Dengan begitu, Ia dapat mengiris sarang tanpa banyak ganguan. Tunom biasanya tidak menyala seperti halnya obor yang menggunakan bahan bakar minyak, hanya menghasilkan bunga-bunga api.

Lebah yang gusar karena sarangnya digangu akan mengejar bunga-bunga api itu hingga ke bawah, bunga -bunga api terlihat indah saat jatuh di malam hari.

Madu diturunkan menggunakan sludang, wadah penampung serupa ember berbentuk segi empat yang bahannya dari kulit kayu. Pada dua sisinya, dicantoli rotan yang telah diarit, sehingga dapat berfungsi seperti tali.


Semua persiapan-persiapan itu juga dibantu beberapa kerabat. Mantra-mantra yang Ia perlukan juga sudah Ia hafalkan di luar kepala. Pohon Sialang bukan sembarang pohon, Orang Rimba percaya bahwa pohon Sialang ada penunggunya, penunggunya setan bernama Biyuto.

***

Layaknya orang yang sedang pesta, Orang Rimba berkerumun kira-kira 20 meter dari pohon Sialang, kecuali beberapa jenton (laki-laki) yang akan membantu Melabatu memanen madu. Mereka hanya di bawah, tidak ikut naik.

Lazimnya, semua orang yang ikut akan mendapat madu, botol-botol serta jeringen mereka akan terisi. Tua dan muda semua dapat. Boleh makan madu sampai kenyang di tempat, kelebihnya dibawa pulang.

Melabatu merapalkan mantra, meminta setan Biyoto untuk pindah ke pohon lain, agar Ia dapat menaiki pohon itu.

"Bismilalhirohmanirohim
Batang beruk simbo rayo
Batang api simbo makan
Bukan Biyuto punya rumpun
Biyuto bisa Biyotu bisu
Bersisak bersisik dari rambu sialang rayo ku"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun