Melawan botol plastik dengan tumbler? Sama seperti tote bag-tidak selalu praktis serta perilaku kita belum siap dengan itu. Kita belum terbiasa membawa botol air minum sendiri dari rumah untuk di isi ulang sebagai wadah air minum sendiri , setiap hari. Jika pun hal itu bisa dimasyarakatkan, sistemnya belum terbentuk.Â
Masih jarang ada stasiun penyedia air layak minum di perkotaan, pemukiman semi-urban, apalagi di pedesaan. Agar cara yang baru diintrodusir tersebut berhasil, masih butuh waktu lama.
Selama apa? Tergantung seberapa cepat kita bisa merubah perilaku masyarakat.
Namun, apakah itu sungguh-sungguh solusi dari masalah ini? Mungkin tidak.Â
Faktanya juga mengatakan tidak. Kampanye anti plastik yang digaungkan belakangan ini dalam waktu bersamaan, data konsumsi plastik Indonesia justru trennya mengalami kenaikan.
Tahun 2017, konsumsi plastik industri dalam negeri Indonesia naik 5,4 % atau 5,6 juta ton (www.industri.bisnis.com, 7 Desember 2017. 'Konsumsi Plastik di Dalam Negeri Naik 5,4 %').
Pembukus plastik yang dipakai untuk kemasan makanan dan minuman mau disubtitusi dengan apa? Siapa yang mau pakai helm berbahan kaleng atau besi? Mungkinkan semua jenis kendaraan diproduksi menggunakan bahan dari besi?Â
Belum lagi peralatan rumah tangga yang jenisnya dan bentuknya ada ratusan. Selang air yang bisa bisa ditarik dan digulung secara praktis akan diganti dengan apa? Wadah cat diganti dengan apa, dan seterusnya.
Barangkali hal yang perlu kita perbaiki adalah cara kita berproduksi dengan memperpanjang siklus barang yang kita gunakan. Apakah itu plastik, kaca, besi, karet, kertas dan lainnya.