Mohon tunggu...
Marahalim Siagian
Marahalim Siagian Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan-sosial and forest protection specialist

Homo Sapiens

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bedul Kayo, Si Buta Huruf yang Kaya Raya

5 November 2019   15:32 Diperbarui: 5 November 2019   17:49 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau seorang pintar jadi kaya, karena ia mengecap pendidikan tinggi, hal itu sudah biasa, walau tidak semua orang pintar otomatis menjadi kaya. Almarhum Pak Bedul adalah contoh dari seorang buta huruf yang kaya. Kekayaan dan sifat pelitnya telah melegenda diantara penduduk di Kecamatan Tabir Ulu, Merangin, Jambi.

Seseorang yang pernah bertamu dengan Pak Bedul menasehatkan, "jik kau datang ke rumah Pak Bedul, bawalah air minum sendiri, jangan harap ada suguhan kopi atau teh darinya". "Asal tahu saja, air putih pun tidak", katanya menggerutu. 

Seorang lain mengatakan; "kalau dia ketemu botol di pinggir jalan, dia akan segera memungutnya, membawanya pulang, lalu menjualnya ke tukang loak".  

Padahal, asset Pak Bedul tidak kurang dari 100 miliar rupiah. Dari tanah-tanah pertaniannya, ratusan ton karet dihasilkan per bulan, berikut buah kelapa sawit, berton-ton padi ladang, ubi, cabe, belum lagi tanaman buah-buahan yang tumbuh di sela-sela kebunnya yang luas. 

Kerbau dan kambingnya ada ratusan, beranak pinak dengan menyantap rerumputan dan macam-macam daun yang tumbuh di sela-sela kebun karet dan sawitnya, tak perlu dikasih makan.

Pak Bedul sendiri tidak pernah mengukur luas tanah dan ladangnya, cara yang saya tempuh untuk menaksir luas tanah Pak Bedul adalah dengan cara menghidupkan spido motor. Dari pengukuran spido motor, panjang tanah Pak Bedul kira-kira 10 kilometer, sementara luasnya tidak dapat diukur dengan cara seperti itu, lebar ke samping dan ke kiri jalan dan terus bertambah, cara menghitungnya hanya menaksir.

Untuk mengelola itu semua, 300 orang dipekerjakan setiap harinya, pekerja-pekerja itu dijemput dari trans (daerah transmigrasi), sebahagian dari mereka tinggal di barak pekerja yang disediakan Pak Budul. Tanpa sewa? Jangan harap! Tetap bayar, mana ada yang gratis pada Pak Bedul...!!

Setiap pagi, pekerja-pekerja itu diangkut ke ladang-ladangnya lalu sore harinya mereka diantar ke tempat-tempat dimana biasa mereka dijemput. 

Kala hujan datang dan menyebabkan kerusakan pada jalan pribadinya, buldoser dan alat-alat pertukangan lainnya telah siaga memperbaiki jalan, mengganti bagian jembatan yang rusak dan semua itu dikerjakan oleh montir-montir terlatih, diawasi ketat, dengan alat berat sendiri.

Semua hasil ladang dan pertanian Pak Bedul dijualnya ke toke yang datang dari kota Jambi, Palembang, Padang, bahkan Kota Medan. Karet itu kadang kala dijemput sendiri ke gudangnya. Tambahan dari itu, dia juga menanpung karet orang kampung, terutama mereka yang berada di bagian Tabir Ulu. Jika ada orang kampung yang lagi sesak-butuh uang cepat, tempat meminjam uang atau menjual tanah atau kebun ya Pak Bedul. Kalau pinjam pakai bunga, kalau dijual dengan harga terpaksa.

Dokpri
Dokpri
Begitu banyak transaksi dan pekerjaan yang membutuhkan hitungan, semua itu dikerjakan Pak Bedul sendiri dengan lancar. Tak ada secabik kertas untuk mencatat utang-piutang yang timbul dalam usahanya, ia mengendalikan semuannya dengan ingatan. Uangnya ada lebih seribu rupiah pada seseorang, sudah berbulan-bulan. pun bisa diingatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun