Bincang asik atau 'Bisik' bersama Agus Tantomo wabup Berau, Kaltim yang dalam dua pekan terakhir ini menyita cukup banyak perhatian. Beberapa tokoh dan publik figur di Kaltim maupun di tingkat nasional, ikut berpartisipasi.
Diawali dengan dialog langsung melalui platform Instagram bersama Siti Nurhaliza, salah seorang pasien COVID-19 yang berhasil sembuh dari penanganan para tim medis di RSUD Abdul Rivai, Berau. Â Lalu menyusul, Githa Fitri Irawan saudara kandung Siti Nurhalizah, yang juga dalam status PDP. Sesudahnya, dokter Robert Naiborhu, spesialis Paru-Paru yang menangani pasien Covid yang jumlahnya 34 orang dan 2 orang dinyatakan sembuh.
Lalu ada pesinetron asal Berau yang kini berdomisili di Jakarta, Fatmasury dan Afdhal Yusman. Dan, di hari Sabtu (30/5) jam 21.00 Wita, kembali lagi live  dengan Haji Jusuf Hamka. Pengusaha dan seorang Muallaf, yang sebelum tinggal di Jakarta, berdomisili di Samarinda.
Mendapatkan waktu panjang seorang Jusuf Hamka yang dikenal sangat sibuk itu, sebagai satu kehormatan bagi warga Berau maupun folowwers dari @agustantomo_official yang mengikuti dialog itu.  Sangat inspiratif, walau  singkat, @Jusufhamka menceritakan kisah perjalanan hidupnya. Baik sebagai pengusaha, maupun proses bagaimana ia menjadi seorang muallaf.
Lelaki kelahiran Samarinda, Kalimantan Timur Desember 1957, merupakan anak ideologis Prof Buya Hamka. Beliaulah yang membimbing Jusuf Hamka yang sebelumnya bernama Alun Josef, untuk menjadi muallaf. Sebagai anak ideologis, Almarhum Buya Hamka, pasti telah meniupkan pula ilmu agama pada Jusuf Hamka. Apalagi nama ulama besar, juga diabadikan pada namanya.
Hampir seribu folowwers, Jusuf Hamka memulai ceritera soal Nasi kuning Republik Indonesia (NKRI). Ia menjajakan nasi kuning seharga Rp3 ribu. Dan sudah beberapa outlet hadir di Jakarta. Ini bagian dari konsep berbagi yang dilakukan Jusuf Hamka. Bahkan, sekali waktu, Wabup Berau Agus Tantomo, juga pernah ikut 'jualan' nasi kuning bersama Jusuf Hamka.
Menjawab salah seorang folowwers kaitan masjid Babah Alun, Jusuf hamka yang pernah memegang jabatan penting diberbagai perusahaan besar, itu memang menjadi impiannya. Bahkan, ia bersama keluarganya bercita-cita membangun 1000 masjid. Mengapa namanya Masjid Babah Alun? itu hanya mengambil dari namanya sendiri Alun.
Perbincangan lewat Instagram, tidak terasa berlangsung hampir satu jam. Banyak penanya dari berbagai daerah, tak sempat dijawab satu persatu. Â Semua daerah merasa bangga dan mendoakan Jusuf Hamka, juga beberapa daerah meminta agar di daerahnya masuk dalam daftar rencana membangun 1000 masjid.
Bagaimana dengan di Berau ? "kalau ada lahan yang lokasinya dipinggir jalan, saya siap membangunkan,"kata Jusuf Hamka menjawab pertanyaan wabup Agus Tantomo. Untuk catatan, latar belakang Jusuf Hamka dan Wabup Agus Tantomo, sama-sama mullaf dari etnis yang juga sama.
"Mohon maaf, masjid Babah Alun yang saya bangun terlihat ciri arsitek Tionghoa,"kata Jusuf. Â Bukankah leluhur orang Tionghoa juga adalah beragama Islam ? Itu yang menjadi pegangan seorang Jusuf Hamka. "kalaupun dalam usia saya yang sudah 63 tahun, tak bisa menuntaskan program 1000 masjid kelak, anak-anak dan cucu-cucu saya akan melanjutkan,"kata dia dalam perbincangan instagram.
Kalau bangunan tetap menggunakan arsitek bergaya bangunan Tionghoa, bukan tak punya maksud. Ia ingin menghadirkan sesuatu yang juga bisa dimanfaatkan oleh warga sekitar masjid. Sebab, akan bisa menjadi destinasi religi, warga sekitar bisa merasakan dampak ekonominya. Termasuk di Berau, nanti juga akan menggunakan desain yang sama.