Mohon tunggu...
Mappa Sikra
Mappa Sikra Mohon Tunggu... Jurnalis - One Life, live it

pensiunan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bunga Raflesia Mekar di Teluk Sumbang, Berau

8 Maret 2020   23:52 Diperbarui: 8 Maret 2020   23:56 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berulang kali, membuka halaman Google. Ingin tahu, dimana saja bunga Raflesia itu bisa disaksikan. Ada disebutkan, di Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Cibodas, Cianjur.  Ada juga di Bengkulu, Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman Nasional Bukit Barisan.

Di negara Asia tenggara lainnya, juga ditemukan di Serawak, Malaysia, Filipina dan Thailand Selatan.

Saya khawatir,  ada yang tidak percaya bila menyebutkan bahwa bunga Raflesia yang merupakan perpaduan antara nama Thomas Stamfor Raffles (pemimpin ekspedisi) dan Dr Joseph Arnold sebagai penemu bunga, ternyata tumbuh di salah satu kampung yang ada di kabupaten Berau, Kalimantan Timur.

Ceriteranya begini. Sekali waktu, Pak Agus Tantomo, wakil Bupati Berau, membagikan foto lewat WhatsApp. Bunga Raflesia yang sedang puncak mekarnya. Lalu ada keterangan, telah ditemukan di kampung Teluk Sumbang, kecamatan Bidukbiduk, Berau, Kalimantan Timur.

Masa iya sih ? dalam hati saya berkata begitu. Dalam beberapa tulisan, menyebutkan bahwa bunga ini sebagai tumbuhan endemik di Pulau Sumatera, terutama di bagian selatan (Bengkulu, Jambi dan Sumatera Selatan).


Saya cermati fotonya dan saya sandingkan dengan banyak foto yang beredar di internet. Yaa, tak ada bedanya. Dibalik foto itu, ada Mas Jumri, peselam dan fotografer yang bekerja di resor 'Lamin Guntur' Teluk Sumbang.

Pemilik resor, Pak Ronal Lolang, saya hubungan lewat WA. Mencoba mengkonfirmasi soal bunga Raflesia yang disampaikan Pak Agus Tantomo. "Iya, betul.  Bunga itu lokasi keberadaannya di hutan Teluk Sumbang, tak jauh dari resor,"kata Pak Ronal.

Saya ingin melengkapi informasi itu, saya juga WA Mas Jumri. Karyawan Pak Ronal, jawabannya sama. Justeru Mas Jumri inilah yang bersama-sama warga setempat menemukan Bunga Raflesia di belantara sekitar lokasiwisata Lamin Guntur. Yakin saya, bahwa memang benar nunga endemik ini ada di ujung Selatan Berau, di Teluk Sumbang.

Posisi Mas Jumri saat itu, di Sangata, Kutai Timur, Kaltim. Ia menyebutkan, baru satu Bunga Raflesia yang ditemukan. Mungkin ada yang lainnya tersebar. Sebab, banyak Umbi dan akar yang sama dengan Bunga Raflesia, namun belum tumbuh."tergantung kesuburan tanah dan pohonnya,Pak,"kata Mas Jumri.

Saya tanya, berapa lama usia mekarnya. Mas Jumri, menyebut mungkin sekitar sepekan. Waduh, ke Teluk Sumbang ini kan tidak bisa mendadak. Harus direncanakan dengan baik. Perjalanan lumayan jauh. Tidak bisa berangkat pagi, lalu mau pulang sore."nanti kalau ada informasi baru soal Bunga Raflesia, saya infokan Pak,"kata Mas Jumri.

Pernah jumpa Mas Jumri, saat berkunjung dan menginap ke resor, dimana Mas Jumri bertugas sebagai guide juga master dive.  Saya juga jumpa Pak Ronal Lolang. Tak ceritera soal Bunga Raflesia. Ia hanya berceritera soal banyaknya Beruang Madu dan Ayam hutan dan Minyak Kelapa.

Ada keinginannya mengelola sekitar 1000 hektar  untuk dijadikan kawasan ekowisata. Dikelola bersama masyarakat. Wisata ilmiah, mengungkap banyaknya misteri yang tersimpan rapat di belantara bukit kars Teluk Sumbang.

Resor milik Pak Ronal juga berhadapan dengan laut yang jernih, dengan keanekaragaman biota yang tumbuh dan terawat dengan baik. Banyak peneliti, yang menemukan hal unik di dasar laut Teluk Sumbang.

Terus terang, Bunga Raflesia membuat saya penasaran. Saya lalu berfikir, ketika nama Rafles dan Arnoldii, dijadikan satu menjadi nama Bunga Raflesia Arnoldi, mengapa baru sekarang ditemukan. Mungkin yang ditemukan Mas Jumri, adalah saat berbunga yang kesekian kalinya.

Ini satu promosi lagi buat Teluk Sumbang. Bila sempat nanti saya ke Teluk Sumbang, saya juga mau bertemu warga Punan Basap yang menguasai belantara Teluk Sumbang.  Pasti mereka pernah menemukan. Dan, warga Punan Basap biasanya juga punya nama sendiri. Siapa tahu, justru warga Punan Basap yang lebih dahulu menemukan dibanding peneliti yang mengabadikan namanya pada bunga itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun