Mohon tunggu...
Manisha khairolla
Manisha khairolla Mohon Tunggu... Saya adalah Mahasiswi Ilmu Politik di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Saya adalah orang yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap sesuatu yang tidak saya ketahui, serta memiliki kemampuan beradaptasi yang baik di lingkungan yang baru hal ini akan menambah rasa percaya diri dan kesan positif terhadap orang - orang sekitar. kemampuan ini akan membantu saya berkontribusi dengan efektif di lingkungan kerja dinamis di perusahaan. Saya memiliki hobi mengedit video, mendengarkan musik, olahraga dan juga memasak

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Regulasi Lokal Vs Korporasi Global : kasus Penolakan Investasi Apple di Indonesia

10 Desember 2024   15:52 Diperbarui: 10 Desember 2024   15:52 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto iphone 16 : Sumber dari Shutterstock https://www.shutterstock.com/image-photo/bangkok-thailand-sep-21-2024-apple-2524295957

Bagi konsumen : Larangan penjualan iPhone 16 di Indonesia membuka peluang bagi penjual ilegal yang menawarkan produk tanpa terdaftar IMEI, sehingga perangkat tidak dapat digunakan. Selain itu, konsumen yang membeli iPhone 16 dari luar negeri tidak mendapatkan dukungan resmi dari Apple, yang dapat menyebabkan masalah jika perangkat mengalami kerusakan.

Bagi Ekonomi Negara: Larangan ini mengakibatkan hilangnya potensi pendapatan pajak dari penjualan iPhone 16, yang seharusnya dapat meningkatkan pendapatan negara. Dengan keluarnya Apple dari pasar, produsen lokal atau merek internasional lain yang memenuhi regulasi dapat mengambil alih pangsa pasar yang ditinggalkan.

Peran Negara dalam Mengatur Ekonomi Global

Dalam konteks ekonomi politik, peran negara adalah kunci dalam mengatur hubungan antara pasar global dan kepentingan nasional. Negara, melalui kebijakan ekonomi, berusaha untuk mengatur arus modal, tenaga kerja, dan teknologi agar sesuai dengan tujuan pembangunan nasional. Pemerintah Indonesia sendiri memiliki alasan yang jelas di balik regulasi tersebut. Tujuan utama dari kebijakan ini adalah untuk mendorong perkembangan industri lokal dan menciptakan lapangan pekerjaan. Dengan mewajibkan perusahaan-perusahaan besar untuk memproduksi perangkat mereka di dalam negeri, Indonesia berharap dapat mengurangi ketergantungan pada impor dan meningkatkan kapasitas produksi lokal.

Namun, dari sisi korporasi global, negara-negara seperti Indonesia seringkali dipandang sebagai pasar yang masih memiliki banyak keterbatasan dalam hal infrastruktur dan kualitas sumber daya manusia yang siap bersaing di tingkat internasional. Sebagai perusahaan besar yang beroperasi di banyak negara, Apple tentu lebih cenderung mengikuti standar global mereka, yang tidak selalu sesuai dengan kebijakan ekonomi yang ditetapkan oleh negara berkembang. Dalam hal ini, kita melihat ketegangan antara kepentingan negara untuk menjaga kedaulatan ekonomi dan tujuan korporasi global untuk memaksimalkan keuntungan.

Kasus penolakan investasi iPhone 16 di Indonesia memberikan gambaran jelas mengenai dinamika ekonomi politik yang melibatkan kebijakan proteksionis negara dan kepentingan perusahaan multinasional. Meskipun pemerintah Indonesia berusaha melindungi dan mengembangkan industri lokal, regulasi yang terlalu ketat dapat menghalangi masuknya investasi asing dan merugikan pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, perusahaan global seperti Apple cenderung memprioritaskan kontrol atas produksi dan standar kualitas, yang seringkali bertentangan dengan kebijakan ekonomi domestik.

Indonesia dan perusahaan multinasional seperti Apple perlu mencari solusi yang saling menguntungkan membangun ekonomi lokal tanpa mengorbankan potensi kemajuan teknologi global yang bisa dihadirkan oleh korporasi besar. Dialog dan kompromi yang konstruktif akan menjadi kunci untuk menciptakan ekosistem yang sehat bagi investasi asing di Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun