Mohon tunggu...
Manik Sukoco
Manik Sukoco Mohon Tunggu... Akademisi -

Proud to be Indonesian.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kapan Seharusnya Pendidikan Lingkungan Diberikan Kepada Anak?

10 Februari 2017   02:03 Diperbarui: 17 Februari 2017   19:04 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengetahuan lingkungan hendaknya diberikan sedini mungkin untuk membentuk sikap hidup, nilai, pola perilaku, dan kesadaran terhadap lingkungan alam (Sumber: Toyota EcoYouth).

Pertanyaan ini muncul karena tidak ada keseragaman waktu yang tepat mengenai kapan seharusnya pendidikan lingkungan mulai diberikan kepada anak. Apakah pendidikan lingkungan mulai dapat diberikan, pada anak kelas 3, kelas 1, sejak TK, atau bahkan lebih awal lagi? 

Menurut Tilbury dan Wilson (1996), pengetahuan lingkungan yang berdasar pengalaman hidup harus dimulai sejak kehidupan yang sedini mungkin. Pengalaman-pengalaman seperti itu memainkan peranan yang sangat kritis dalam membentuk sikap hidup, nilai, pola perilaku, dan kesadaran terhadap lingkungan alam.

Latar belakang perlunya siswa untuk memperoleh pendidikan lingkungan sejak dini, didasarkan atas 2 pendapat: 

  • Pendapat pertama menekankan bahwa anak perlu mengembangkan perasaan hormat dan tanggap terhadap lingkungan sekitar sejak masa anak-anak atau menanggung resiko tidak pernah mengembangkan sikap tersebut (Stapp, 1978, Tilbury, 1994, Wilson, 1994 Wilson, 1996). Munculnya pendidikan lingkungan bagi anak prasekolah mencerminkan makin meningkatnya kesadaran bahwa pengalaman-pengalaman dalam lingkungan selama fase kritis yakni pada tahun-tahun pertama kehidupan anak dapat menentukan pengembangan berikutnya dalam pendidikan lingkungan dan tahun-tahun pertama prasekolah.
  • Pendapat kedua menekankan bahwa interaksi positif dengan lingkungan alam merupakan bagian penting bagi pengembangan kesehatan anak (Carson, 1956, Cobb, 1977, Wilson, 1996) dan bahwa interaksi semacam ini meningkatkan kemampuan belajar dan kualitas hidup sepanjang sejarah hidup seseorang. Menurut Wilson (1992), anak yang dekat dengan alam, cenderung memandang alam sebagai sumber kekaguman, kegembiraan dan pesona. Jiwa mereka diperkaya oleh alam dan melalui alam mereka menemukan sumber-sumber kepekaan manusia.

Pengalaman bersahabat dengan alam cenderung menyiapkan perasaan anak terhadap keajaiban-keajaiban seperti dikemukakan oleh Plato sebagai sumber pengetahuan, dan sebagai sumber imaginasi. 

Pendekatan lingkungan dapat diintegrasikan juga melalui pembelajaran PKn bagi anak usia dini. Adapun cara pengenalannya hendaknya didasarkan pada penanaman perasaan kagum dan kegembiraan atas berbagai penemuan. 

Konsisten dengan berbagai pendekatan pendidikan lingkungan, Wilson (1996) memberikan arahan kerangka pikir untuk pengembangan dan implementasi pendekatan lingkungan yakni: 

  • Mulailah dengan pengalaman-pengalaman sederhana, anak kecil belajar paling berhasil melalui pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan apa yang sudah mereka kenal dan ketahui. 
  • Sering memberikan pengalaman positif di luar rumah, karena anak belajar paling baik melalui pengalaman langsung dan konkrit, 
  • Fokuskan pada pengalaman, bukan pengajaran, anak belajar melalui penemuan dan kegiatan yang dilakukan atas inisiatif sendiri, karenanya orang tua hendaknya dapat bertindak sebagai fasilitator. 
  • Tunjukkan minat pribadi terhadap lingkungan dan kesenangan berada di alam nyata, ekspresi ketertarikan guru terhadap alam dan kesenangan terhadap alam merupakan hal kritis untuk mencapai kesuksesan bagi program pendidikan lingkungan anak. 
  • Model memelihara dan menghargai lingkungan alam, para guru hendaknya menjadi model dalam memelihara dan menghargai lingkungan. Berbicara dengan anak mengenai memelihara bumi jauh kurang efektif jika dibandingkan dengan menunjukkan cara-cara yang sederhana bagaimana memelihara bumi.

Adapun kemampuan memelihara dan menghargai lingkungan, dapat dicontohkan melalui pemeliharaan tumbuhan dan hewan di dalam kelas, mengadakan dan memelihara habitat-habitat untuk binatang liar di luar ruangan. Cara lain adalah membuang sampah dengan baik serta mendaur ulang dan menggunakan kembali bahan-bahan yang telah dipakai.

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun