Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

5 Keunikan 21 Tahun Kota Cilegon

22 Oktober 2020   19:56 Diperbarui: 22 Oktober 2020   20:00 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugu Simpang Tiga Cilegon (Foto Instagram @rohandesta27)

Setiap orang memiliki pengalaman tersendiri tentang daerah tempat tinggalnya. Banyal hal-hal yang menarik untuk diceritakan. Seperti halnya sebuah kota kecil di ujung barat Pulau Jawa, yaitu Kota Cilegon, Provinsi Banten. Kota Kelahiran yang hingga saat ini menyimpan banyak kenangan.

Daerah dengan luas 175 kilo meter persegi ini bersaudara kembar dengan Kota Depok di Jawa Barat. Ini karena kedua kota ini lahir bersamaan sesuai dengan UU No.15 Tahun 1999 tentang terbentuknya Kota Madya Daerah Tingkat II Depok dan Kota madya Daerah Tingkat II Cilegon pada tanggal 27 April 1999.

Wilayah daerah paling mungil di Banten dengan jumlah penduduk sekitar 374.559 jiwa ini, tentu menyimpan banyak catatan sejarah yang menarik. Tidak hanya tragedi tsunami Gunung Krakatau 1883 dan peristiwa perlawanan Kiyai dan Santri dalam Geger Cilegon 1888, tapi juga punya cerita menarik sejak ditetapkan menjadi Kota Cilegon.

Usia saya genap tiga dekade, cukup untuk merekam sebagian peristiwa Kota Cilegon yang berusia 21 tahun. Penasaran apa saja?

1. Kota Satu Garis

Julukan kota satu garis berasal dari jalan protokol yang membelah Kota Cilegon dari perbatasan dengan Kabupaten Serang di Pondok Cilegon Indah (PCI) sampai dengan Tugu Simpang Tiga Cilegon.

Jalan Raya Cilegon ini termasuk Jalan Raya Pos Anyer -- Panarukan yang dibangun masa pemerintahan kolonial Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels. 

Kini, meski berstatus jalan nasional, kondisinya tidak semulus permukaan kue jejorong, malah seperti kue gipang setelah satu bulan lebaran, alias banyak aspal yang mengelupas, bolong-bolong dan membahayakan.

Jalan utama menuju penyebrangan ke Pulau Sumatra ini sudah bertahun-tahun dengan kondisi yang tak baik. Jika pun bukan kewenangan kebijakan Pemkot Cilegon, lalu, bagaiamana peran pejabat eksekutif dan legislatif dalam mengupayakan ke pusat agar ada perbaikan?

Ya sudah, mungkin lebih baik jalan berbolong-bolong dari pada digunakan untuk balapan liar anak muda tiap malam. Bisa saja begitu bukan? Lagian buat apa jalan mulus, jika setiap hari jalan protokol selalu sesak dengan kemacetan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun