Menariknya di sebalah sisi masjid terdapat pemakaman warga Cina. Tapi, kini rumah-rumah cina kuno sudah pada menghilang dan digantikan dengan warga lokal.
Vihara Avalokitecvara
Rumah peninggalkan warga Cina memang sudah menghilang, namun tempat ibadahnya masih lestari hingga kini. Vihara Avalokitecvara masih menjadi daya tarik perjalanan selanjutnya. Hanya butuh goes 100 meter saja dari Masjid Tinggi Cina.
Vihara ini termasuk berusia paling tua di kawasan Pulau Jawa. Dibangun sejak tahun 1652 pada masa Sultan Syarif Hidayatullah.
Ada cerita yang menarik tentang asal mula warga Cina yang hidup rukun berdampingan dengan Kesultanan Banten. Dahulu, rombongan dari Cina akan pergi ke Tuban. Karena kehabisan bekal mereka singgah di pelabuhan sungai Kemiri. Â Kedatangan rombongan itu menimbulkan perkelahian dengan warga setempat.Â
Rombongan dari Cina mengalami kekalahan. Sultan Syarif Hidayatullah kemudian menikahi ketua rombongan dari Cina, yaitu Putri Ong Tien. Rombongan itu kemudian hidup rukun dengan warga lokal, ada yang memeluk agama islam, ada juga tetap meyakini kepercayaan dari negara asalnya.
Arsitektur vihara khas ornamen Cina sangat menarik. Pengunjung masih bisa diperbolehkan masuk meski pun tidak beribadah. Di dalamnya terdapat banyak altar sembahyang para dewa, pagoda, dan lilin besar yang selalu menyala.
Benteng Speelwijk
Disisi utara Kesultanan Banten memang dikhususkan untuk pemukiman warga asing. Selain warga Cina, berhadapan dengan Vihara dan di sebrang sungai Kemiri terdapat Benteng Speelwijk milik Belanda. Benteng yang tersusun dari baru-batu itu pun hanya tinggal runtuhan saja.