Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Pembelajar sejati, penulis dan pegiat literasi

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Rencana Ikut Bazar yang Kandas

10 Februari 2025   08:00 Diperbarui: 10 Februari 2025   08:07 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri: Siswa-siswi SDIT Baitul Quran Berkunjung ke Perpustakaan Kabupaten Tulungagung

Tulisan di bawah ini adalah lanjutan postingan Membayar Tuntas Utang Launching Buku sebelumnya. Saran saya, supaya mendapatkan alur yang sinkron alangkah baiknya pembaca yang budiman membaca postingan sebelumnya terlebih dahulu. Salam literasi. 

***


Tak hanya berniat membayar tuntas utang launching buku, pada kenyataannya, momentum kopdar itu memantik keinginan saya untuk berpatisipasi dalam ajang bazar buku. Tampaknya akan sangat elok manakala buku yang di-launching juga dijajakan di bazar. Bazar yang dihelat setahun sekali lebih tepatnya. Sekali dayung dua pulau terlampui.

Setelah saya amati mendalam, kegiatan bazar memang tidak dapat dipisahkan dari perhelatan kopdar RVL. Antara launching dan bazar layaknya dua sisi mata uang koin. Sedangkan kopdar sendiri adalah value yang melekat di dalamnya. Alhasil, jika kita berbicara tentang kopdar RVL maka launching dan bazar otomatis termasuk ruang lingkup di dalamnya. Bak paket komplit tatkala Anda membeli makanan di restoran atau pun di gerai.

Hemat saya, kehadiran bazar tatkala kopdar secara substansial memiliki tujuan dan manfaat positif. Mempromosikan dan memasarkan buku karya para anggota adalah dua dari sekian banyak tujuan yang diusung. Dua tanggung jawab penulis terhadap karya yang terbit pun menjadi ringan. Sebab terbantu oleh perhelatan bazar RVL. Mungkin lain cerita manakala anggota memutuskan diri untuk tidak berpartisipasi dalam acara kopdar.

Selain itu, tidak dapat dipungkiri pula keikutsertaan karya dalam bazar hakikatnya adalah langkah bijak. Langkah bijak yang bermanfaat untuk mendongkrak popularitas komunitas sekaligus branding personal para penulis. Utamanya bagi mereka yang menerbitkan buku di penerbit indie (minor) tentu pangsa pasar dan skala jangkauan distribusi produk berbeda jauh dengan buku yang terbit di penerbit mayor.

Meninjau tujuan dan manfaat positif tersebut lantas siapa coba yang enggan mengambil kesempatan baik yang datang ke hadapan? Hanya kalangan bonek (akronim dari bocah nekad atau orang yang bermodal pas-pasan) dan yang tak butuh uang saja kiranya yang menolak kesempatan baik tersebut. Saya sendiri termasuk kalangan bonek, buku-buku solo saya dicetak di penerbit indie secara terbatas.

Bukan tanpa alasan, yang demikian dilakukan karena akomodasi dana yang memang tidak teralokasikan dengan baik. Pemasukan bulanan tidak seimbang dengan beban pengeluaran. Alhasil, saya harus memutar otak untuk tetap mewujudkan target melahirkan karya demi karya. Harus diakui secara sadar memang, saya pribadi selalu memiliki target melahirkan buku solo setiap tahun. Sesederhana dan dalam bentuk genre apa pun karya itu.

Penerbit indie kiranya pilihan tepat yang sesuai dengan sikap nekad saya. Fleksibelitas dalam jumlah cetak dan budget yang terbilang murah adalah dua hal yang menjadi pertimbangan. Ada pun jikalau nanti sewaktu-waktu ada pesanan mendadak, toh, bisa cetak ulang sesuai permintaan pasar. Jadi sistem kerja yang berlaku, tidak ada stok buku yang ngangur. Alah, sebenarnya ini hanya alibi saya untuk tidak disebut sebagai penulis kere.


Apa mau dikata, idealitas tidak mesti sesuai dengan realitas, faktanya, upaya mencetak buku secara terbatas tersebut menjadi bumerang sendiri bagi saya. Terbatasnya buku solo terbaru yang dicetak menyebabkan saya gagal untuk berpartisipasi dalam meramaikan bazar kopdar RVL ke-3. Buku yang dicetak itu hanya cukup sebagai cendera mata kepala BBGP Jawa Timur: Dr. Abu Khaer, M. Pd. dan dipakai saat momentum launching buku bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun