Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Agenda Out Class Kedua di Bumi Perkemahan Pramuka Jurang Senggani

11 Januari 2023   07:12 Diperbarui: 11 Januari 2023   07:15 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumentasi pribadi: Santri sedang meracik salad)

Masih di tahun yang sama, dua bulan berselang TPQLB Spirit Dakwah Indonesia Tulungagung kembali menghelat agenda out class yang kedua. Agenda out class kedua ini menjadikan destinasi wisata Bumi Perkemahan Jurang Senggani yang terletak di area hutan, Nglurup, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur sebagai tujuan. Kebetulan destinasi wisata alam ini dibuka mulai pukul 08.00-17.00 WIB. 

Alasan mendasar mengapa kami memilih Bumi Perkemahan Jurang Senggani sebagai lokasi out class representatif selanjutnya tidak lain karena didukung tiga faktor utama. Ketiga faktor tersebut yakni letak geografis mudah dijangkau, situasi mendukung--alam yang masih asri menghadirkan ketenangan dan kedamaian--dan keelokan paras alamnya yang dapat mematik geliat motivasi belajar. Alasan logis yang benar-benar selaras dengan tujuan utama dari agenda out class ini pula yang kemudian menjadi bahan pertimbangan.

Beberapa hari sebelum agenda out class kedua benar-benar dihelat, Mas Zakaria berusaha mengecek dan memastikan lokasi. Kunjungan itu tentu saja tidak berkutat pada kata sekadar melainkan memastikan, mengkonfirmasi dan memetakan sedetail mungkin ruang lingkup yang ada di sekitar destinasi wisata.

Mulai dari sarana dan prasarana, pelayanan ekstra, kontur tanah, harga tiket masuk plus parkir kendaraan hingga menerka kemungkinan lain yang akan terjadi di saat mendesak.

Setelah proposal dan konsep agenda yang kami buat dipandang fiks, akhirnya sekitar dua mingguan sebelum acara, rencana agenda out class kedua itu kami (dewan asatidz) komunikasikan secara dua arah: disampaikan kepada ketua yayasan dan wali santri. Komunikasi dua arah ini penting untuk dilakukan mengingat agenda out class berdiri di atas keterlibatan dua kehendak, tanggung jawab dan kemaslahatan bagi umat. Atas dasar itu pula kedewasaan dalam bersikap, mengambil keputusan dan siap menanggung risiko juga turut diperhitungkan dalam perhelatan agenda ini. 


Di samping itu, hadirnya sikap transparansi, keterbukaan dan kesalingan antara dewan asatidz selaku panitia pelaksana dengan wali santri sangat diperhatikan karena menyangkut efektivitas dan efisiensi agenda yang sedang di depan mata. 

Hanya dengan bertumpu pada asas-asas yang telah disebutkan di atas kekurangan perlengkapan ini dan itu akan dengan mudah tercukupi. Keputusan pun diketok, ketua yayasan dan wali santri menyetujui proposal genda out class kedua.

Sampailah kami di hari H. Minggu, 4 Agustus 2019 seluruh partisipan kumpul menjadi satu di musala Baitussalam. Adapun mekanisme pemberangkatan seluruh partisipan menuju lokasi tidak berbeda jauh dengan format agenda out class sebelumnya. 

Kendaraan pribadi wali santri menjadi andalan utama. Bahkan saking tidak cukupnya kendaraan yang tersedia, ada beberapa wali santri dan panitia pelaksana yang lebih memilih menuju lokasi dengan mengendarai motor pribadinya. 

Kurang lebih memakan waktu sekitar 1 jam-an untuk kami sampai di Bumi Perkemahan Jurang Senggani. Mas Zakaria sebagai ketua panitia pelaksana dengan sigap bernegosiasi dengan pihak pengelola destinasi wisata mengenai tiket masuk dan parkir. Sementara itu mobil-mobil mulai ditata rapih di parkiran. Semua perlengkapan yang dibutuhkan mulai dikeluarkan dan diusung menuju puncak area hutan Pinus. 

Memang lokasi strategis yang kami pilih bukan di area perkemahan Pramuka yang telah disediakan pengelola melainkan area hutan Pinus bagian puncak sehingga sedikit mirip dengan view dan kondisi out class perdana. Perbedaan mendasarnya hanya terletak pada geografis, kontur dan tingkat tinggi serta kemiringan tanah. 

Karena itu pula untuk mencapai titik lokasi yang dimaksud semua partisipan sedikit berjuang menaiki anak tangga yang berada di lereng puncak. Untungnya tatkala itu kondisi tanah dalam keadaan kering sehingga mudah untuk dilewati. Mungkin lain cerita jika keadaan tanah telah diguyur hujan lebat.

Selain itu pada out class kedua ini kami telah menyempurnakan agenda dengan dua keterampilan utama: kategori kelompok dan keintiman santri dengan orang tua. Dalam keterampilan kelompok, kami berusaha menyodorkan puzzle nama-nama hewan dalam bahasa Arab dan huruf Hijaiyah. Adapun aturan yang berlaku dalam permainan puzzle nama-nama hewan dalam bahasa Arab, santri diinstruksikan untuk mencocokkan antara gambar dengan nama hewan. 

Hal itu terbukti cukup sedikit mengoyak ingatan mereka. Pasalnya dalam permainan ini bukan hanya sekadar merangkai dan mencocokkan melainkan juga membenturkan masing-masing ingatan mereka. 

Setelah diperhatikan lebih lanjut tampak di antara mereka terjadi perdebatan dan perdiskusian yang sedikit alot untuk mempertahankan sekaligus mencari titik simpul mengenai kebenaran atas koleksi pengetahuan yang terbenam dalam ingatan mereka. Akan tetapi hal itu menjadi terang manakala argumentasi mereka sama dan menuai kata sepakat di antara satu sama lainnya. 

Pemandangan yang sama juga terjadi tatkala mereka menyusun huruf Hijaiyah. Perbedaannya saya kira hanya terletak pada tingkat kejelian dan kepahaman atas pelajaran yang mereka kerap baca setiap minggunya. Pasalnya huruf Hijaiyah adalah makanan pokok mereka tatkala mengaji menggunakan jilid. 

Jika mereka telah benar-benar mafhum dengan nama dan jenis masing-masing hurufnya maka permainan puzzle huruf Hijaiyah itu akan sangat mudah. Namun jika mereka asal bunyi tanpa mencermati setiap proses pembelajaran berlangsung selama di musala Baitussalam maka hasilnya tentu saja akan jonk. 

Dua permainan puzzle kategori kelompok ini sengaja dibuat untuk mengasah kemampuan dan potensi daya ingat santri. Selain itu sebagai ajang memperbaiki dan mempertajam kepahaman santri atas materi yang telah disampaikan selama proses pembelajaran di dalam ruangan. Melalui permainan puzzle ini kami berharap mereka akan saling mengingatkan, meyakinkan dan berdiskusi tentang pengetahuan yang telah mereka koleksi.

Sementara keterampilan yang menguji keintiman santri dengan orang tua adalah dengan membuat salad secara mandiri. Dalam keterampilan ini masing-masing santri dituntut untuk membuat salad dengan bahan-bahan yang telah panitia sediakan. Lantas hasil karyanya akan dicicipi oleh orang tua masing-masing.

(Dokumentasi pribadi: Bahan-bahan untuk membuat salad dan sebagian kecil camilan)
(Dokumentasi pribadi: Bahan-bahan untuk membuat salad dan sebagian kecil camilan)

Dalam pelaksanaannya, sebelum semua santri meracik salad ala hand made mereka diinstruksikan untuk menyaksikan terlebih dahulu demonstrasi proses pembuatan salad yang dipraktekkan oleh salah seorang dari pihak panitia. 

Demonstrasi itu meliputi buah apa saja yang harus dimasukkan, bagaimana cara mengupas dan memotong buah, bagaimana cara memarut keju, menaruh seberapa banyak susu kental manis hingga banyaknya porsi yang harus mereka buat. 

(dokumentasi pribadi: santri sedang mengupas apel)
(dokumentasi pribadi: santri sedang mengupas apel)

Tiga puluh menit berselang salad hand made mereka jadi. Lantas semua santri langsung diinstruksikan untuk berdiri dan saling berhadapan dengan orang tua masing-masing. Kemudian menyuapinya dengan salad yang mereka buat. Ada banyak ekspresi wajah yang tampil dalam momentum ini. Haru biru, bahagia, gelak tawa, malu-malu kucing, gengsi, bangga hingga meneteskan air mata. 

Momentum santri menyuapi orang tua dengan salad itu benar-benar sakral dan mengena. Tindakan yang sangat sederhana namun sarat akan nilai keintiman, mensyaratkan bahasa kalbu dan kasih sayang di antara orang tua dan anak. Peristiwa langka yang mungkin saja belum pernah dilakukan dan terjadi di antara mereka.

Sehingga tak ayal jika kemudian sebagian besar di antara mereka merasa terenyuh dan terguncang hebat perasaannya. Utamanya para wali santri lelaki yang biasanya tampil cuek, gengsi dan malu-malu kucing kala itu runtuh keteguhannya. 

Tak lupa sebagai dokumentasi kegiatan, setiap momentum yang ada direkam dan difoto. Setiap jengkal tindakan panitia pelaksana, partisipan dan wali santri serta keasrian alam sekitar tak luput diabadikan tak terkecuali momen haru biru prosesi keintiman santri dengan orang tua masing-masing tatkala disuapi dengan salad. 

(Dokumentasi pribadi: Santri sedang menikmati salad racikannya)
(Dokumentasi pribadi: Santri sedang menikmati salad racikannya)

Setelah acara keterampilan selesai, semua santri diinstruksikan untuk merapatkan barisan. Semua santri duduk rapih membentuk lingkaran. Kemudian pihak panitia membagikan konsumsi makanan yang telah disediakan. Tak ketinggalan, sebelum menyantap hidangan yang telah tersedia kami merapal do'a sebelum makan. 

Tak butuh waktu lama untuk semua santri menyikat makanan. Sekitar tujuh sampai sepuluh menit berselang sisa bungkus makanan mereka kumpulkan menjadi satu di dalam kantong kresek besar. Tumpukan air mineral gelas di dalam kardus sudah mulai terogoh tanpa tersisakan. Untuk beberapa menit semua santri dibebaskan untuk menikmati pemandangan sekitar. Terlebih-lebih tidak sedikit dari mereka  menginjak usia remaja sehingga sudah memiliki smartphone sendiri.  Alhasil, tampaknya kurang lengkap jika mengunjungi tempat wisata tanpa hiha hihi, jepret sana dan sini. 

Sebagai penutup agenda out class kedua, semua partisipan kembali memanjatkan do'a. Disambung dengan berswafoto bersama dengan background yang berbeda-beda. Akan tetapi swafoto bersama yang paling utama adalah berfoto dengan menggunakan background banner yang bertuliskan agenda out class TPQLB Spirit Dakwah Indonesia Tulungagung yang dibentangkan di antara tegaknya dua pohon pinus. 

(Dokumentasi pribadi: Kebersamaan dengan seluruh partisipan out class kedua)
(Dokumentasi pribadi: Kebersamaan dengan seluruh partisipan out class kedua)

Lima sampai sepuluh foto kebersamaan berhasil diambil. Sampah-sampah yang berserakan dikondisikan. Tikar dan terpal yang digunakan sebagai alas duduk mulai dilipat kembali. Pernak-pernik sound sistem mulai dilucuti seperti asali. Semua perlengkapan diusung dan di taruh di bagian bagasi mobil. Akhirnya masing-masing kami pun sayonara dan kembali menunju pelukan hangat kediaman yang ditinggali.

 Tulungagung, 11 Januari 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun