Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dari Euforia Kemenangan hingga Merebut Suara

7 Agustus 2021   21:11 Diperbarui: 7 Agustus 2021   21:20 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dimulai dari contoh kasus yang sederhana, di mana ada beberapa YouTuber yang dengan sengaja mengulik rekam jejak kehidupan pribadi dan kerja keras yang telah dilakukan oleh Gres-Apri demi mendulang jumlah viewer konten miliknya, sampai dengan tersebarnya flayer ucapan selamat dari beberapa politikus.

Tersebarnya flayer ucapan selamat dari beberapa politikus tersebut kemudian menjadi polemik hangat bagi sebagian kalangan kritikus dan pemerhati. Utamanya, menjadi buah bibir di kalangan pengamat percaturan politik yang mengaitkan hal itu dengan keadaan politik di Indonesia sedang meradang; saling sikut dan menendang demi pencitraan yang sempurna di permukaan. Mengingat, pencalonan capres dan cawapres kian terbentang di hadapan.

Terlebih lagi jika kita mengamati, flayer ucapan selamat itu datang dari kubu partai politik yang akhir-akhir ini terjerat kasus internal dan dipandang selalu kontradiktif dengan kebijakan pemerintah. Bahkan Trending topik di Twitter, secara vulgar menegaskan identitas kubu partai politik yang belakangan ini sempat mengalami perselisihan antara sesama kader itu tidak lain bukan berbicara banyak tentang kualitas secara personal melainkan hanya mengutamakan kiprah trah keturunan.

Sialnya, partai yang sibuk kampanye senyap memperkenalkan satu tokoh tertentu--yang selama ini dipandang tenggelam (red; tidak dikenal masyarakat luas)--melalui persebaran baliho dan billboard kepada masyarakat pun turut kena sasaran. Fadli Zon dalam akun Twitternya menyebutkan, "mereka yang pasang baliho/billboard ke pelosok negeri di tengah pandemi sebenarnya tidak percaya diri. Curi start kampanye perkenalan diri, padahal rakyat sedang susah mencari sesuap nasi. Jangan sampai tertipu lagi."

Seakan-akan saling bersahutan cara pandang, empat-lima hari sebelum Twittan Fadli Zon muncul di tribun hashtag baliho, Denny Siregar dalam kanal YouTube Cokro menyebutkan, bahwa kampaye dengan mengandalkan baliho dan billboard untuk memperkenalkan representasi calon pemimpin negara selanjutnya kepada khalayak ramai adalah ide yang sudah usang dan ketinggalan zaman.

Apalagi jika yang menjadi sasaran empuk dari kampanye perkenalan itu adalah generasi milenial. Tentu, pemasangan iklan di baliho dan billboard yang memakan dana miliaran rupiah itu sangat disayangkan. Pengiklanan itu seolah-olah tidak mengindahkan apa yang menjadi tren center di hiruk-pikuk kecanduan kecanggihan teknologi zaman sekarang.

Sengkarut membangun citra--dalam rangka memperebutkan hak suara pada pemilu raya di masa mendatang--yang dilekatkan pada euforia kemenangan itu sungguh mencerminkan sikap haus akan kekuasaan yang ugal-ugalan. Bagi segelintir kritikus dan pengamatan politik, hadirnya modus desideratif yang sengaja diselipkan dalam persebaran flayer ucapan selamat dari politikus di berbagai kanal media sosial itu tidak lain dipahami sebagai manuver politik praktis semata.

Sudah barang penafsiran terhadap polemik itu bercermin dari sekian banyak kasus manuver politik yang ada sebelumnya, juga terlepas dari ketulusan niat dalam mempersembahkan ucapan selamat itu secara personal tentunya. Yang tampak jelas menonjol ke permukaan sekarang, hanya formalitas yang dibalut kepentingan.

Bagi saya pribadi, saling sikut demi memperebutkan suara mayoritas penduduk Indonesia itu alangkah baiknya dilakukan dengan cara yang lebih sehat dan mengena. Tidak hanya sekadar membangun citra di berbagai kanal media sosial dan di papan iklan seperti halnya baliho dan billboard semata, sebaiknya upaya itu diimbangi pula dengan perjuangan real menyokong kemapanan hidup seluruh masyarakat dalam menghadapi tantangan pandemi Corona.

Sebagai sedikit proyeksi misalnya, langkah itu dapat dimulai dengan memberikan sumbangsih dalam membenahi sektor pertanian dan ekonomi kreatif (home industri) yang memiliki potensi besar dikembangkan oleh khalayak masyarakat desa. Atau mungkin, politikus partai tertentu bisa saja membangun satu sarana yang mampu mendistribusikan produk daripada kerja keras usaha masyarakat yang terbengkalai dan tidak tertata.

Intinya, core of the core untuk mendapatkan suara mayoritas penduduk Indonesia itu harus dimulai dengan kerja nyata, merangkul dan penuh bahasa rasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun