Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pelatihan Menggali Ide Menulis di Hari Ketujuh Puasa

20 April 2021   12:50 Diperbarui: 20 April 2021   21:08 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Permulaan yang disodorkan oleh Kang Anhar ini berbeda jauh dengan apa yang dilakukan oleh Kang Tendi pada saat penyampaian materi sesi pertama kemarin. Sejauh yang saya amati, intinya, dalam penyampaian materi itu pembicara harus pandai-pandai menarik perhatian dan fokus dari sekian banyak audiens. Ya, tidak berbeda jauhlah seperti kita hendak presentasi makalah di depan kelas tatkala kuliah. 

Secara tidak sadar, hal itu menjadi satu catatan penting dalam perhelatan satu acara; bahwa bagaimanapun media dan sarana digunakan, selaiknya panitia harus mampu membuat alurnya tetap asyik, efektif dan efesiensi. Utamanya, tatkala kita banyak mengandalkan via virtual yang tersekat distingsi ruang dan waktu. 

Kepekaan Sebagai Modal Pertama

Pelan-pelan tapi pasti, Kang Anhar mulai memaparkan materi dengan membredeli makna dari kata ide dan tema. Disusul dengan penegasan bahwa sesungguhnya sumber ide itu melimpah ruah, tak terhingga, adanya di mana-mana. Namun untuk dapat menyadarinya dan menangkap keberadaan ide itu sendiri, masing-masing kita harus memiliki kepekaan yang tinggi. 

Etdahhh, kepekaan apa si Kang? Jangan bilang yang dimaksud kepekaan di sini adalah keterenyuhan rasa ya Kang? Jadinya kan, saya laper. Eh, wafer. Eh, baper (bawa perasaan) maksudnya. Apaan si Dul Majid! Fokus tuh, sama materi. Jangan si merah jambu saja yang kamu "peristri". Ini lagi, apaan si ngomongin istri segala. Wong kenyataannya jones (jomblo ngenes) juga. Hiks.

Nah, penasaran kan? Apa makna peka yang berlaku dalam konteks menulis di sini. Menurut Kang Anhar, makna peka di sini secara khusus bukan sekadar peka terhadap lawan jenis, melainkan peka yang meliputi kondisi lingkungan, apa yang telah dibaca, apa yang dilihat, apa yang didengar dan pengalaman.

Lantas bagaimana cara kita menjadi pribadi yang peka? Pertama, banyak membaca, karena seorang penulis yang baik pada dasarnya ia adalah pribadi yang getol membaca. Tentu tidak akan pernah cukup modal untuk menjadi penulis jika kita hanya mengandalkan banyak membual dan menerka-nerka. Dan bagaimana ceritanya, seorang penulis tidak gemar membaca. Bukankah itu hal yang lucu sekaligus ironis untuk didengar di telinga kita?

Banyak membaca buku ini berkaitan dengan pembendaharaan kata dan wawasan pengetahuan kita. Sehingga, bagi orang yang tidak suka membaca sangat dimungkinkan akan mengalami stagnasi karena keminiman kata dalam proses menulis. Sementara proses menulis buku sendiri adalah satu aktivitas yang dilakukan dalam rentang waktu yang panjang. Maka otomatis, kita akan membutuhkan kata-kata yang kaya supaya tidak berjalan atau terjebak dalam kalimat yang sama, berputar-putar dan menjenuhkan.

Pertanyaannya, apa saja yang harus dibaca? Ada banyak objek yang dapat kita baca, yang terpenting ada kemauan dan jangan sampai diri kita sendiri yang justru membatasinya. Entah itu membaca; buku, jurnal, makalah, komik, majalah, status di kanal media sosial, realitas kehidupan sosial, peristiwa, dan lain sebagainya. 

Bahkan semua hal yang kita temui dan pernah kita alami sekalipun bisa kita baca. Apapun itu sebenarnya dapat dijadikan objek untuk dibaca sehingga kita mampu memposisikannya sebagai satu ide untuk menorehkan tinta menjadi rangkaian kalimat yang sedap untuk dibaca. 

Selain itu, apapun yang kita tonton sejatinya dapat dijadikan objek untuk menuai ide. Dengan catatan, selama yang kita tonton adalah hal yang positif. Hal yang tidak bertabrakan dengan segenap aturan (kode etik dan norma SARA) yang berlaku dan ditetapkan dalam ruang lingkup khazanah kehidupan sosial, baik menyangkut dimensi vertikal maupun horizontal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun