Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Mengamati Proses Menulis dan Jumlah Kata

12 April 2021   23:13 Diperbarui: 12 April 2021   23:21 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

"Enggak usah repot-repot mikirin bagaimana nasib tulisan kita, selama masih betumpu pada koridornya pasti ia akan ditemukan jodohnya, tuan penikmat kata", Dewar Alhafiz.

Berjumlah 2.676 kata saya berhasil menyelesaikan satu tulisan yang berjudul "Keterkaitan Utang dan Janji". Meski demikian, jumlah kata itu tidak saya tulis dalam sekali duduk, melainkan terselesaikan dengan cara dicicil. Hampir setiap hari saya mencicilnya satu paragraf. Hingga akhirnya, paragraf demi paragraf terus bertambah banyak. 

Proses menambah banyaknya paragraf sendiri bukanlah sesuatu hal yang mudah, sebab di saat itu pula saya harus meneruskan ide yang sempat terhenti. Entah itu terhenti karena terselang satu urusan tertentu, disebabkan kendala energi teknologi atau memang dengan sengaja saya hentikan karena bad mood yang menjangkiti. 

Saya menyadari betul, keterhentian dalam proses menulis itu sendiri bisa saja membuat ide yang awalnya cemerlang menjadi tersendat dan berbalik arah menuju titik pembahasan yang tidak dikehendaki. Bahkan bisa saja kita mengalami kebuntuan dalam pemilahan kata dan nafsu untuk melanjutkan projek tulisan itu telah pergi. Hal ini adalah satu resiko yang harus dihadapi oleh seorang penulis amatir seperti saya.

Nah, untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, biasanya tatkala saya hendak melanjutkan proses menulis yang sempat tertunda (terhenti), membaca kalimat yang ada pada paragraf sebelumnya adalah kunci. Kunci yang akan membantu saya dalam membaca ke mana arah persoalan itu hendak dimuarakan. Meskipun abstraksi atas ide-ide itu telah benar-benar tersamarkan sama sekali.

Cerobohnya saya, dalam pembacaan atas paragraf sebelumnya tersebut saya sering terjebak dalam dua persimpangan arah; antara keasyikan mengedit kalimat demi kalimat, paragraf antar paragraf hingga membuat arah yang sama sekali baru dan mencari alur ke mana ide awal persoalan itu hendak dijabarkan. 

Namun pada kenyataannya tidak hanya dijabarkan, melainkan bersinggungan banyak tentang bagaimana persoalan itu dirajut dan dihubung-hubungkan hingga tampil menjadi satu kesatuan yang sedap untuk disodorkan kepada pembaca.

Ah, tapi rasa-rasanya saya akan dibuat gila yang berkepanjangan jika dalam proses menulis hanya tertuju mencari titik kepuasaan dari para pembaca tulisan saya. Sebab, bagaimanapun setiap orang memiliki standaritas, selera dan kehendak yang sama sekali berbeda. Sekalipun itu bagus menurut saya pribadi belum tentu orang lain akan menyatakan hal yang sama. 

Alhasil, keyakinan "Naimisme" yang saya pegang dalam menulis adalah yang penting tulisan itu jadi terlebih dahulu. Masalah kualitas bisa diperbaiki sesuai dengan jam terbang yang tinggi. Biarkan tulisan-tulisan itu menemukan tuannya secara mandiri. Entah siapapun itu. 

Di samping itu, banyaknya paragraf dan jumlah kata dalam tulisan tersebut sebenarnya masih terhitung sedang, sebab pernah beberapa kali saya menulis satu judul artikel dengan jumlah lebih dari 7.000 kata dan itu diselesaikan dengan sekali duduk. Perbedaan hasil dan aksi itu benar-benar mencengangkan, berbalik arah 180. Hingga akhirnya menimbulkan satu pertanyaan yang merisaukan ruang hati yang sempat hanyut dalam ketenangan; Kenapa bisa jadi demikian?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun