Mohon tunggu...
Rudhy Al Mandary
Rudhy Al Mandary Mohon Tunggu... -

Anak Kedua dari Enam bersaudara

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sedih, Gembira, dan Pusing

28 Agustus 2014   21:20 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:16 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cacatan Perjalanan dari Makassar-Tangerang

Sedih, Gembira dan Pusing

Tanggal 27 Agustus (kemarin), tepatnya pukul 06.30 wita, saya bergegas meninggalkan rumah pribadi di Jalan Bontoduri Raya Nomor 41 menuju Bandara Internasional Hasanuddin Makassar di Kabupaten Maros dengan mengendarai mobil pribadi merk Mitsubhisi Mirage.

Tapi keberangkatan saya dari Makassar menuju Tangerang dengan menumpangi pesawat Garuda diwarnai rasa sedih, gembira dan bercampur pusing.

Sisi sedihnya, karena kepergian saya pada hari itu, istri (Asmawaty Azis) dan anak pertama saya (Talitha Zalfa Zahira) berumur 2,5 tahun masih terlelap tidur di pembaringannya.

Sementara sisi gembira atau bahagianya adalah hampir 7 bulan sejak Januari-Juli 2014 saya tidak pernah lagi liburan ke luar kota sekelas Jakarta. Kendati kondisi sebenarnya berbeda, bukan liburan tapi menajalankan tugas sebagai jurnalis. Ngikutin pelatihan Citizen Journalism yang digelar oleh Kemitraan Jakarta.

Paling tidak, kegiatan selama empat hari yang dilangsungkan di Hotel Mercure Serpong Alam Sutera, Tangerang Selatan, bisa menjadi “lahan” liburan untuk menyejukkan sedikit pikiran dari permasalahan yang ada.

Khususnya, konflik yang terjadi internal di kantor media tempat saya bekerja di Makassar yang sampai detik ini belum terselesaikan. Miris juga sih melihat kantor ini.

Ko’ ada perusahaan yang tidak memiliki regulasi,aturan atau manajemen laiknya perusahaan media lain yang ada di Makassar.

Jujur saja, mulai buku putih perusahaan, jaminan kesehatan bagi karyawan bahkan dll. Semua hanya jadi “janji politik” atau menjadi patamorgana belaka.

Tapi sudah-lah, hal ini tidak perlu menjadi perdebatan ataupun apalah, karena saya sendiri juga dipusingkan dengan situasi dan kondisi itu. Cukup ini hanya jadi kicauan pribadi saya saja.

Kembali soal sedih, rasa itu kian menghantuaiku sejak pertama menginjakkan kaki di Hotel berlantai 7 ini. Bukannya datang nenangin pikiran dan sebagainya. Justru malah membuat saya makin terbebani dan pusing.

Setumpuk jadwal kegiatan pelatihan didepan mata, ditambah lagi anak saya (Talitha) meminta saya bersegera balik ke Makassar karena rasa rindunya yang kian tak ditahan kepada sang ayah.

Cukup dilematis juga, disamping tugas, dua-duanya bagi saya merupakan kewajiban yang perlu dilaksanakan. Untungnya, dengan bujukan sang istri tercinta (Asmawty Azis), Talitha akhirnya bisa ngerti dengan kondisi ayahnya.

Mengenai rasa gembira, memang saya cukup gembira juga, meski kegiatan atau pelatihan ini bagi saya sangat dasar, namun paling tidak kedepannya bisa bermanfaat bagi saya pribadi dan masyarakat umum.

Alasannya, karena pelatihan Citizen Journalism ini orientasinya untuk memberikan pemahaman serta pembelajaran terhadap warga bahwa bukan hanya yang berprofesi sebagai wartawan saja yang bisa memberikan informasi ataupun menyajikan berita kepada khalayak.

Tetapi masyarakat umum juga sudah bisa, melalui yang namanya citizen journalism. ***

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun