Mohon tunggu...
Maman Abdullah
Maman Abdullah Mohon Tunggu... Pengasuh Tahfidz | Penulis Gagasan

Magister pendidikan, pengasuh pesantren tahfidz, dan penulis opini yang menyuarakan perspektif Islam atas isu sosial, pendidikan, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ilmu yang Menghantarkan Iman: Falsafah Pendidikan dalam Pandangan Islam

11 Oktober 2025   19:15 Diperbarui: 11 Oktober 2025   07:50 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia modern, manusia telah mencapai puncak pencapaian ilmu pengetahuan. Teknologi melesat, data melimpah, dan informasi dapat diakses dalam hitungan detik. Namun di balik kemajuan itu, muncul paradoks besar: ilmu tumbuh, tapi iman merosot; pengetahuan meluas, tapi kebijaksanaan menipis. Fenomena ini memperlihatkan bahwa ilmu yang terpisah dari iman kehilangan arah. Ia bagaikan cahaya tanpa kehangatan — menerangi pikiran tapi tidak menghidupkan hati.

Islam datang dengan paradigma yang berbeda. Dalam pandangan Islam, ilmu bukan sekadar alat untuk menguasai alam, melainkan jalan untuk mengenal Allah. Ilmu yang sejati tidak menjauhkan manusia dari Sang Pencipta, tetapi justru menuntunnya pada keimanan yang mendalam.

Ilmu sebagai Cahaya dari Allah

Al-Qur’an menggambarkan ilmu sebagai cahaya. Allah berfirman:

Allah adalah cahaya langit dan bumi.” (QS. An-Nur: 35)

Cahaya ilmu adalah pancaran dari cahaya Ilahi. Karena itu, dalam Islam, ilmu tidak sekadar produk akal manusia, melainkan karunia dari Allah kepada hamba-hamba yang mencari-Nya dengan tulus.

Rasulullah ﷺ juga berdoa, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat.” (HR. Muslim). Ilmu yang bermanfaat (‘ilm nāfi‘) adalah ilmu yang menumbuhkan iman dan amal saleh, bukan sekadar menambah wawasan duniawi.

Akal dalam Islam memang penting, tetapi ia tidak berdiri sendiri. Akal adalah alat untuk memahami wahyu, bukan menggantikannya. Ketika akal dipisahkan dari iman, ia mudah tergelincir menjadi kesombongan intelektual.

Falsafah Pendidikan Islam: Menjadi Manusia Rabbani

Tujuan pendidikan dalam Islam bukanlah mencetak tenaga kerja atau mengejar peringkat akademik, melainkan membentuk insan rabbani — manusia yang mengenal Tuhannya dan berilmu karena Allah.
Sebagaimana firman-Nya:

“Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Kitab dan mempelajarinya.” (QS. Ali ‘Imran: 79)

Filsafat pendidikan Islam menghubungkan ilmu, iman, dan akhlak dalam satu kesatuan yang tak terpisahkan. Ilmu tanpa iman akan melahirkan kesombongan; iman tanpa ilmu akan melahirkan fanatisme buta.

Dalam tradisi Islam, guru bukan sekadar pengajar, tapi pewaris para nabi. Rasulullah ﷺ bersabda: “Para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, tapi ilmu.” Sementara murid bukan sekadar pencari ijazah, tetapi penempuh jalan iman. Menuntut ilmu adalah jihad — bukan sekadar demi gelar, tapi demi kemuliaan di sisi Allah.

Tradisi Keilmuan Islam: Ketika Iman Melahirkan Peradaban

Sejarah Islam mencatat masa keemasan di mana iman dan ilmu berpadu melahirkan peradaban agung. Nama-nama seperti Ibnu Sina, Al-Farabi, Al-Biruni, Al-Khawarizmi, dan Imam Al-Ghazali adalah bukti bahwa iman tidak menghambat ilmu, justru mengarahkannya.

Di Baghdad, Kairo, dan Andalusia, ilmu berkembang di bawah naungan iman. Masjid menjadi universitas; ulama menjadi ilmuwan; belajar menjadi ibadah. Di masa itu, sains tidak pernah lepas dari etika, dan pendidikan tidak pernah lepas dari akhlak.

Namun di zaman modern, ilmu kehilangan orientasi. Ia diajarkan tanpa ruh, dikejar tanpa niat, dan digunakan tanpa batas moral. Akibatnya, manusia semakin pandai, tetapi tidak semakin bijak.

Mengembalikan Ilmu ke Jalan Iman

Pendidikan Islam harus mengembalikan makna ilmu sebagai jalan menuju iman. Setiap guru mesti sadar bahwa ia sedang menuntun manusia kembali kepada Tuhannya. Setiap murid mesti belajar dengan hati yang tunduk, bukan sekadar otak yang penuh.

Imam Al-Ghazali mengingatkan:

“Ilmu tanpa amal adalah kegilaan, amal tanpa ilmu adalah kesia-siaan.”

Falsafah pendidikan Islam menuntun kita untuk menyeimbangkan keduanya: akal yang berpikir, hati yang tunduk, dan amal yang mengabdi. Inilah jalan yang melahirkan manusia berilmu sekaligus beriman — manusia yang menjadikan ilmu bukan sebagai tujuan akhir, melainkan sebagai jembatan menuju Allah.

Penutup: Cahaya yang Menghidupkan Hati

Pada akhirnya, ilmu yang tidak mengantarkan iman hanyalah cahaya semu di tengah kegelapan. Ia mungkin menerangi akal, tetapi gagal menyinari hati. Ilmu yang dipisahkan dari keikhlasan hanya melahirkan kesombongan; sementara ilmu yang diarahkan kepada Allah melahirkan kerendahan hati, amal saleh, dan peradaban yang bercahaya.

Pendidikan Islam hadir bukan sekadar untuk mencerdaskan akal, tetapi untuk menyucikan jiwa. Di sanalah letak rahasia keunggulannya: ia memadukan rasionalitas dan spiritualitas, akal dan wahyu, kerja dan doa. Dari sinilah lahir manusia rabbani — generasi yang berpikir jernih, beramal ikhlas, dan menjadikan setiap ilmu sebagai jalan untuk mengenal Tuhannya.

Ketika ilmu dan iman berpadu, pena menjadi dzikir, kelas menjadi mihrab, dan belajar menjadi ibadah. Inilah tujuan tertinggi pendidikan Islam: melahirkan insan yang tidak hanya pandai menjelaskan dunia, tetapi juga mampu menundukkan diri di hadapan Sang Pencipta dunia. Ilmu yang sejati bukan yang menambah gelar, tetapi yang menambah takwa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun