Mohon tunggu...
Maman Abdullah
Maman Abdullah Mohon Tunggu... Pengasuh Tahfidz | Penulis Gagasan

Magister pendidikan, pengasuh pesantren tahfidz, dan penulis opini yang menyuarakan perspektif Islam atas isu sosial, pendidikan, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Siapa yang akan Membina Generasi Ini, Kita atau Amerika?

10 Oktober 2025   14:40 Diperbarui: 10 Oktober 2025   21:24 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Jumat itu suasananya berbeda. Setelah shalat, jamaah tidak langsung beranjak pulang. Kami berkumpul di kantor Dewan Masjid untuk acara makan nasi berkah Jumat — makan sederhana yang selalu menjadi momen keakraban setelah ibadah bersama. Sambil makan, ketua DKM membuka percakapan dengan nada lembut namun serius. “Tadi imam baca surat apa?” Khatib yang duduk dengan saya menjawab, "Alfajr". Ketua DM Menimpali lagi bahwa beliau tersentuh dengan bacaan tadi tentang anak yatim.


Beliau menarik napas panjang, menatap ke arah pengurus dan jamaah yang duduk di depannya. “Ayat itu menohok sekali,” ujarnya pelan. “Jangan engkau menghardik anak yatim, dan jangan berpaling dari fakir miskin. Saya merasa tersentuh sekali, terutama di rakaat kedua tadi.”

Beliau bukan orang baru dalam urusan kepedulian. Selama ini dikenal aktif menggalang donasi untuk Palestina, terutama bagi anak-anak yatim korban perang. Tapi kali ini, suaranya terdengar lain — lebih personal, lebih menyentuh. “Kadang kita sibuk membantu anak yatim jauh di sana,” lanjutnya, “tapi lupa anak yatim di sekitar kita". Sambil menatap saya, beliau minta saya buat tulisan yang  mengangkat soal anak yatim, supaya jamaah kembali tergerak.

Saya diam. Kalimat itu menancap dalam. Tiba-tiba ingatan saya melayang — dua cucu saya yang masih kecil, yatim sejak ayahnya meninggal. Anak saya juga piatu sejak ditinggal ibunya. Juga para santri di pondok yang beberapa di antaranya yatim dan piatu. Wajah-wajah polos mereka terbayang di benak saya.

Saya merenung: betapa banyak anak yatim hakiki di sekitar kita yang membutuhkan kasih dan pembinaan. Tapi lebih dari itu, betapa banyak pula anak yatim maknawi — anak-anak yang masih punya orang tua, tapi kehilangan arah hidup karena tak ada yang menuntun iman dan akalnya.

Khutbah yang Menyentuh Dimensi Lain

Khutbah Jumat hari itu sebenarnya sudah membuka ruang perenungan yang sama. Khatib membawakan tema: “Kerja Sama Pendidikan Islam antara Kemenag dan Amerika Serikat.”

Sekilas terdengar formal, tapi isinya menggugah kesadaran. Khatib menjelaskan bahwa dalam dunia modern, pendidikan sering dijadikan instrumen diplomasi paling halus untuk membangun pengaruh dan menanamkan nilai. Melalui beasiswa, pelatihan, atau program universitas, Amerika Serikat telah lama menggunakan soft power untuk memperluas ideologi dan budaya mereka.

“Bantuan pendidikan tidak selalu netral,” tegas khatib. “Di balik seminar dan lokakarya yang tampak akademis, sering terselip agenda ideologis. Nilai-nilai sekularisme, liberalisme, bahkan relativisme moral disebarkan lewat program pertukaran atau kerja sama guru. Semua itu dikemas atas nama modernisasi dan toleransi.”

Relevan dengan tulisan saya tentang laporan RAND Corporation berjudul “Civil Democratic Islam” yang membagi umat Islam ke dalam empat kategori: fundamentalis, tradisionalis, modernis, dan sekuler — lalu menganjurkan agar dunia Barat memperkuat kelompok “modernis” dan “sekuler” sebagai mitra strategis. “Itulah akar dari banyak program kerja sama pendidikan Islam hari ini,” katanya. “Jika umat Islam tidak waspada, lembaga-lembaga kita akan menjadi ladang subur bagi eksperimen ideologis, bukan benteng akidah.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun