Fenomena aktivisme inklusif generasi Z hari ini menjadi sorotan di banyak ruang. Mereka hadir di media sosial, kampus, jalanan kota, hingga ruang-ruang komunitas, menyuarakan kepedulian sosial, lingkungan, dan keadilan. Sebagian orang menilainya sebagai tren sesaat, sebagian lagi melihatnya sebagai energi baru bagi perubahan. Namun, bila kita menengok sejarah Islam, ada pelajaran penting: Rasulullah ﷺ sejak awal dakwahnya justru bertumpu pada pemuda belia. Generasi muda menjadi pilar utama lahirnya peradaban Islam.
Catatan Ibnu Hisyam: Pemuda sebagai Perintis
Dalam Sirah Nabawiyah, Ibnu Hisyam mencatat bahwa orang-orang pertama yang masuk Islam adalah anak-anak muda. Ali bin Abi Thalib menerima Islam di usia sekitar sepuluh tahun. Zubair bin Awwam berusia lima belas tahun ketika menyatakan syahadat. Sa‘ad bin Abi Waqqash baru tujuh belas tahun, namun kelak menjadi panglima yang memimpin penaklukan Persia. Bahkan al-Arqam bin Abil Arqam, pemilik rumah yang dijadikan markas dakwah, baru enam belas tahun. Mus‘ab bin ‘Umair dan Abdullah bin Mas‘ud pun masih remaja ketika berani menanggung risiko sosial dan politik demi kebenaran.
Ibnu Hisyam tidak hanya menyebut angka usia, tetapi menggambarkan keberanian mereka. Para pemuda ini sanggup menghadapi ejekan Quraisy, tekanan keluarga, bahkan siksaan. Keputusan mereka memeluk Islam bukan karena iming-iming duniawi, melainkan keyakinan akan kebenaran risalah. Dari tangan-tangan muda inilah terbentuk kutlah dakwah yang menjadi inti kekuatan Islam.
Sorotan Imam al-Dzahabi: Energi Pemuda sebagai Pilar Dakwah
Imam al-Dzahabi dalam Siyar A‘lam al-Nubala menguatkan catatan itu dengan analisis tajam. Menurutnya, Islam sejak awal bertumpu pada keberanian pemuda. Karena usia masih belasan tahun, pikiran mereka jernih, keberanian mereka besar, dan mereka tidak terlalu terikat oleh kepentingan duniawi. Al-Dzahabi menekankan bahwa energi pemuda inilah yang justru menjadi motor perubahan, sementara generasi tua kerap terikat oleh status sosial dan keuntungan materi.
Namun, al-Dzahabi juga menegaskan bahwa energi muda tidak berdiri sendiri. Rasulullah ﷺ membina mereka dengan halaqah ilmu, menguatkan aqidah, melatih kesabaran, dan menanamkan visi peradaban. Maka, keberanian pemuda tidak jatuh menjadi keberanian kosong, melainkan menjadi kekuatan strategis yang membangun peradaban Islam.
Pelajaran bagi Aktivisme Gen Z
Jika ditarik ke situasi hari ini, pola itu sangat relevan. Aktivisme Gen Z menunjukkan keberanian yang sama: menolak ketidakadilan, mengangkat suara kelompok yang lemah, dan berani melawan arus mayoritas. Namun, agar tidak terjebak sebagai tren sesaat, ada beberapa pelajaran yang bisa ditarik dari sahabat muda Nabi ﷺ: