Mohon tunggu...
Maman Abdullah
Maman Abdullah Mohon Tunggu... Pengasuh Tahfidz | Penulis Gagasan

Magister pendidikan, pengasuh pesantren tahfidz, dan penulis opini yang menyuarakan perspektif Islam atas isu sosial, pendidikan, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Renungan Malam 17 Agustus: Merdeka Fisik, Terjajah Sistem

16 Agustus 2025   22:40 Diperbarui: 16 Agustus 2025   22:41 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
MALAM TIRAKATAN - Gambar Malam Tirakatan 17 Agustus 2025 dibuat melalui Canva Tribunnews pada Jumat (25/7/2025)

 Renungan di Tenjolaya

Malam ini, 17 Agustus 2025. Banyak siswa menengah  dan mahasiswa mengisi malam kemerdekaan dengan renungan—ada yang di lapangan, ada yang di makam pahlawan, ada pula yang di asrama. Saya pun teringat masa remaja, ketika pernah ikut renungan malam di Makam Pahlawan Tenjolaya, Garut.

Suasana kala itu begitu hening, cahaya lampu redup, dan doa-doa dipanjatkan untuk para syuhada bangsa. Malam itu, saya merasa patriotisme adalah berdiri tegak, menundukkan kepala di depan bendera, dan mendoakan para pahlawan.

Namun kini, di usia yang lebih matang, saya melakukan renungan malam ini hanya di sudut rumah. Tidak ada barisan pramuka, tidak ada tiang bendera, tidak ada tabur bunga. Yang ada hanyalah pikiran dan hati yang mengulang tanya: “Apakah kemerdekaan yang kita rayakan ini benar-benar sudah kita rasakan?”
80 Tahun Merdeka, Kenapa Rakyat Makin Terjepit?

Setelah 80 tahun merdeka, banyak yang merayakan bahwa kita sudah bebas dari penjajah. Tidak ada lagi bendera asing berkibar, dan pemimpin kita adalah putra-putri bangsa. Namun anehnya, sistemnya masih warisan asing; UU warisan kolonial masih mendominasi hukum nasional; Ekonomi kapitalis membebani rakyat lewat pajak yang terus diperluas dan utang luar negeri yang meningkat tajam. 


Hakikat Kemerdekaan Menurut Islam

Islam menyatakan: kemerdekaan sejati adalah terbebas dari penghambaan kepada sesama manusia menuju penghambaan hanya kepada Allah SWT. Dialog sejarah antara Jenderal Rustum (pimpinan Persia) dan utusan kaum Muslimin sangat tajam. Saat Rustum bertanya, “Apa yang kalian bawa?”, Rab’i bin Amir menjawab:

“Allah mengutus kami untuk membebaskan siapa saja yang Dia kehendaki dari penghambaan kepada sesama manusia menuju penghambaan hanya kepada Allah, dari kesempitan dunia menuju keluasannya, dan dari kezaliman berbagai sistem menuju keadilan Islam.

Itulah prinsip kemerdekaan hakiki—bukan hanya bebas secara politik, tapi juga ideologi.

Menyempurnakan Kemerdekaan Indonesia

Para pejuang dulu berjuang agar negara kita keluar dari penjajahan fisik. Kini, tugas zaman kita adalah menyempurnakan kemerdekaan dengan:

1) Mengurangi ketergantungan pada utang dan beban pajak yang mencekik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun