Mohon tunggu...
Maman Abdullah
Maman Abdullah Mohon Tunggu... Pengasuh Tahfidz | Penulis Gagasan

Magister pendidikan, pengasuh pesantren tahfidz, dan penulis opini yang menyuarakan perspektif Islam atas isu sosial, pendidikan, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Saudara yang Dibenturkan: Dari Pemalang Ke Agenda Global

10 Agustus 2025   10:23 Diperbarui: 21 Agustus 2025   06:01 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi 212 Jakrta (Dok. megapolitan.antaranews.com)

Di Pemalang, beberapa waktu lalu, suasana yang seharusnya diwarnai ukhuwah berubah menjadi tegang. Pertikaian pecah, kata-kata tajam melayang, dan fitnah menyeruak ketika Habib Rizieq menjadi sasaran serangan dari PWI LS. Adegan ini menorehkan luka baru di tubuh umat yang sebenarnya berasal dari rahim yang sama—rahim Islam.

Yang menyedihkan, sebagian ikut menepuk tangan, sebagian larut dalam kemarahan, sementara sedikit yang mencoba meredam. Padahal, di hadapan Allah, mereka adalah saudara. Allah memanggil mereka dengan satu nama: "Mukminin"—bukan “kelompok ini” atau “barisan itu.”

Dan Pemalang bukan satu-satunya panggungnya. Kita menyaksikan berulang kali persekusi terhadap para ustadz, pelarangan kajian, pembubaran majelis ilmu, bahkan kriminalisasi dakwah. Di berbagai daerah, pertikaian lain sesama Muslim pun meletup—dari perbedaan pilihan politik hingga sengketa kecil yang dibesarkan menjadi permusuhan terbuka.

Kita harus jujur mengakui: peristiwa seperti ini tidak pernah terjadi begitu saja. Tidak murni lahir dari selisih pendapat atau gesekan pribadi. Ada tangan-tangan yang piawai meniup api, mengatur jarak, dan menyiapkan panggung agar umat saling berbenturan.

Umat Islam harus sadar, bahwa setiap kali mereka saling menghunus kata dan membenturkan pundak, ada musuh yang tersenyum puas. Perpecahan bukan sekadar drama lokal, melainkan bagian dari skenario besar: memecah, melemahkan, lalu menguasai.

Negara seharusnya hadir sebagai penyejuk, pendamai, dan pelindung bagi seluruh warganya—bukan menambah panas suasana atau bahkan ikut melibatkan diri dalam konflik. Sebab jika negara justru menjadi bagian dari api, maka siapa lagi yang akan memadamkannya?

Strategi Pecah Belah Barat terhadap Umat Islam: Antara Label, Dana, dan Agenda

 "Umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, hanya satu yang selamat."

(HR. Abu Dawud)

Dalam lembar sejarah yang sunyi, umat ini pernah berdiri kokoh sebagai satu tubuh. Satu kiblat, satu panji, satu komando. Namun kini, tubuh itu tercerai berai—menjadi potongan-potongan kecil yang saling mencurigai, saling menuding, bahkan saling melemahkan. Apakah ini sekadar gelombang zaman, atau ada tangan-tangan asing yang sengaja menenun benang perpecahan yang tak kasatmata?

Hari ini, kita menyaksikan Islam diperlakukan seperti barang dagangan yang dibagi-bagi labelnya: Islam moderat, Islam radikal, Islam tradisional, Islam modernis. Ada yang disebut ramah, ada yang dicap mengancam. Seolah Islam bisa diurai menjadi potongan puzzle. Padahal, Islam adalah satu. Satu risalah, satu ajaran, satu misi: menundukkan seluruh hidup kepada Allah secara kaffah.

Salah satu lembaga kajian strategis paling berpengaruh di Amerika Serikat, RAND Corporation, secara terbuka menyusun peta operasi budaya dan ideologi terhadap dunia Islam. Dalam laporan terkenalnya, "Building Moderate Muslim Networks" (2007), mereka dengan gamblang menyebut bahwa tujuan jangka panjang kebijakan luar negeri AS adalah mendorong lahirnya “Islam moderat” yang pro-demokrasi, anti-syariah, dan menolak sistem khilafah.

RAND membagi umat Islam ke dalam empat kategori:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun