Sepertinya gatal juga pengin nulis, selama ini hanya sebagai pengamat artikel n komentator saja, sekali-kali bolehlah urun artikel untuk kanal bola ini, semoga diterima dengan baik.
Kata mafia sepertinya sudah begitu melekat dan sudah familiar di kanal bola ini, hampir semuanya, baik itu suporter IPL ataupun isl, menuduh masing2 lawannya sebagai mafia. Tetapi belum ada cukup bukti bahwa ada mafia di sepak bola kita berupa ditahannya seseorang di negeri ini karena dituduh sebagai mafia di sepakbola Indonesia, baik itu berupa pengaturan skor, judi bola, atau pun suap.
Kekhawatiran saya adalah bahwa sepak bola kita telah benar2 dikuasai oleh mafia, ada beberapa indikasi yang bisa kita lihat secara kasat mata bahwa mafia itu ada. Untuk pembuktiannya tentu saja itu semua tergantung oleh kepentingan aparat penegak hukum di sini dan tentu saja kemauan yang kuat dari federasi sepak bola di tanah air.
Saya melihat bahwa kondisi2 yang saya sebutkan di bawah ini secara kasat mata bisa mengindikasikan bahwa mafia itu ada, indikasi itu menurut saya adalah sebagai berikut :
1. Kondisi lama (kejadian lama sebelum era dualisme, semua sudah sering muncul di permukaan, jadi tidak ada penjelasan rinci dari saya) antara lain tuan rumah hampir selalu menang, wasit yg selalu memihak salah satu tim, official tim terlalu emosional dengan hasil pertandingan yang sangat merugikan dirinya, tidak tegasnya KOMDIS Federasi.
2. Kondisi terbaru (kejadian baru2 ini sejak adanya dualisme liga maupun federasi, walaupun sesungguhnya yang "asli" ya cuman satu)
2a. Setelah "KLB" berjalan "sukses", suasana timnas kali ini sangat tidak kondusif, timnas sepertinya sengaja dikondisikan untuk diisi oleh orang2 yang “bisa diatur” dan "dikondisikan"
Dimulai dari pelatih, penggantian Coach Blanco kepada RD, kemudian merembet kepada para pemain, Coach Blanco adalah orang yang profesional dan disiplin sehingga sulit bagi pemegang kuasa "PSSI Baru" untuk mengatur dan mengkondisikannya apabila diperlukan sesuai dengan kepentingan mereka, coach RD sejak menolak menangani Timnas pasca Seagames kemudian bergabung dengan Pelita Jaya saya ragu dengan "netralitasnya".
Untuk pemain, “beberapa pentolan” pemain sudah mulai melakukan aksinya, "peminggiran" pemain naturalisasi sudah dimulai, indikasinya adalah bahwa "ocehan" Hamka Hamzah (HH) yang provokatif yang bisa mengakibatkan disharmonisasi di Timnas antara pemain IPL dan isl, dan juga antara pemain Naturalisasi dan asli pribumi, dibiarkan oleh pemegang kuasa.
Kelakuan HH ini seharusnya ada tindakan dari pengurus minimal teguran keras hingga pemberian sanksi, pembiaran ini tujuannya jelas untuk memberikan rasa tidak nyaman bagi "beberapa pemain", saya menyakini bahwa para pemain naturalisasi ini bukanlah pemain yang bisa “dikondisikan” dan "diatur" karena mereka adalah pemain profesional yang terlatih di kompetisi pro di Eropa walaupun bukan di kasta tertinggi.
Dengan alasan bahwa lebih mementingkan produk dan pembinaan talenta dalam negeri, para pemain naturalisasi ini (khususnya yg tidak bermain di liga domestik) disingkirkan, tujuan jelas agar Timnas bisa diisi oleh pemain yang bisa "dikondisikan" dan "diatur".
2b. Inget kasus 10-0 Bahrain vs Indonesia, yang sering "didengungkan" oleh sebagian "suporter" bahwa pertandingan telah "dijual" ke kubu Bahrain oleh PSSI aka Johar.
Logika saya berkata bahwa tuduhan ini jelas terbantahkan dan tidak berdasar kalau Johar Cs aka PSSI saat itu yg melakukan "pengaturan pertandingan" karena semua tahu saat itu Johar sedang membangun IMEJ/CITRA yg bagus di mata suporter Indonesia.