Untuk menjawab pertanyaan di atas tentunya tidak mudah. Perlu ada alat ukur yang memadai untuk mengetahui perempuan lebih beragama dari laki-laki atau sebaliknya.
Pada tahun 2001 di UK (United Kingdom)/Britania Raya ada sebuah penelitian yang dilakukanolehKate Miriam Loewenthal, Andrew K MacLeod and Marco Cinnirella Psychology Department Royal Holloway University of London yang mencoba mencari jawaban atas pertanyaan di atas. Dengan mengambil sample sebanyak 530 penganut agama, Â 230 Christians (101 laki-laki, 129 perempuan, usia rata-rata 32), 56 Hindu (26 laki-laki, 30 Perempuan, Usia rata-rata 21), 157 Yahudi (62 laki-laki, 95 perempuan, usia 39) dan 87 Muslims (39 laki-laki, 48 perempuan, usia rata-rata 22).
Penelitian ini dengan menggunakan tiga alat ukur. Pertama, seberapa sering anda menghadiri tempat ibadah. Kedua, seberapa sering anda berdo’a. Ketiga, seberapa sering anda mengkaji teks keagamaan.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan beberapa kesimpulan. Pertama, aktivitas beragama perempuan lebih rendah dari laki-laki. Kedua, Penganut Kristen dan Yahudi aktivitas keagamannya lebih tinggi ketimbang Hindu dan Muslim.
Ada efek yang berbeda pada kelompok beragama yang dipengaruhi oleh perbedaan gender dalam kegiatan beragama. Perempuan Kristen lebih aktif ketimbang laki-laki. Sementara perempuan Yahudi, Hindu dan Muslim kurang aktif ketimbang laki-laki.
Dari penelitian tersebut, para peneliti menyimpulkan dua hal: pertama bahwa perempuan lebih beragama  ketimbang laki-laki terjadi pada tradisi agama tertentu dan pada aspek khusus keagamaan. Kedua, Peran gender yang bebeda pada perempuan dan laki-laki mengakibatkan tinggi rendahnya keberagamaan seseorang.
Dalam realitasnya memang ada peran gender dan ajaran agama yang berbeda antara perempuan dan laki-laki. Â Dalam Islam misalnya, perempuan yang sedang menstruasi tidak boleh mendatangi masjid atau karena peran gendernya, perempuan disibukkan oleh pekerjaan rumah sehingga kesempatan untuk pergi ke tempat ibadah atau mengkaji teks keagamaan juga berkurang. Â Dalam agama Hindu beda lagi, karena peran gendernya, perempuan bertugas mengantarkan sesaji ke tempat ibadah. Oleh karenanya, dengan alat ukur di atas bisa jadi perempuan lebih beragama dari pada laki-laki.
Hasil penelitian ini idak bisa di generalisir ke semua agama. Karena setiap agama mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dan faktor gender juga sangat berpengaruh. Hal lain adalah alat ukur yang bisa masuk kesemua agama perlu disiapkan untuk penelitian lebih lanjut.