Mohon tunggu...
Man Suparman
Man Suparman Mohon Tunggu... w -

Man Suparman . Email : mansuparman1959@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Pasar Terbesar Se-Jabar Itu, Banyak Pedagang Bangkrut

10 April 2017   09:36 Diperbarui: 11 April 2017   18:30 2425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Deretan kios, los dan lapak kosong melompong. Sementara di sudut lain, salah seorang pedagang keringan duduk terkantuk-kantuk menunggu pembeli yang datang.

____________

Sepi pembeli. Itulah hari-hari yang dialami oleh sejumlah pedagang di Pasar Induk Pasir Hayam, Cianjur, Jawa Barat. Pedagang pun banyak yang bangkrut.

Dari sebanyak 4. 300 unit kios, los, lapak yang terisi hanya sekitar 50 persen.Sedangkan yang 50 persen lagi kosong melompong.

Selain banyak pedagang yang bangkrut, juga banyak pedagang yang memilih berjualan di pasar-pasar liar yang tumbuh pasca direlokasinya pedagang dari Pasar Induk dan Pasar Bojongmeron ke Pasar Pasir Hayam.

Para pedagang yang ada pun dalam keseharaiannya dalam berjulan sebagian besar hanya sampai sekitar jam 11 siang. Sehingga suasana di Pasar Induk Pasir Hayam , diatas jam 11 semakin sepi yang terus berlanjut hingga sore hari.

“Ramainya kembali aktivitas para pedagang dan pembeli, malam hari menjelang subuh pagi,” kata Yana, salah seorang pedagang.

Para pedagang Pasar Induk Pasir Hayam, merupakan pedagang dari relokasi Pasar Induk, dan Pasar Bojongmeron. Pasir Hayam mulai difungsikan tanggal 30 Desember 2015 oleh Bupati Cianjur kala itu, H. Tjetjep Muchtar Soleh.

Awal-awal mulai difungsikannya Pasar yang diklaim terbesar di Jawa Barat ini,  sekitar 80 persen merupakan pedagang yang berasal dari Pasar Induk dan Pasar Bojongmeron. Sedangkan yang 20 persennya berasal pedagang liar atau kaki lima yang diberi kios, los, dan lapak secara gratis.

Selain mendapatkan kios, los, lapak gratis juga tidak dipungut retribusi, yang ada hanya pungutan untuk kemananan, kebersihan, ketertiban dan kenyamanan (K5), setiap pedagang dikenakan pungutan Rp. 2000/hari. Pendapatannya setiap bulan mencapai Rp. 90 juta.

“Namun sekarang ini terus pemasukan untuk K5 terus mengalami penurunan, karena terus berkurangnya pedagang, karena banyak yang bagkrut, berhenti jualan, dan memilih berjualan di pasar-pasar liar,” kata salah seorang petugas K5.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun