Mohon tunggu...
Malvalena Kaulika Rahmah
Malvalena Kaulika Rahmah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Suka nulis, suka mikir, dan percaya bahwa tiap cerita sekecil apapun pantas untuk dibagikan. Menulis bukan karena merasa paling tau, tapi karena ingin terus belajar dan berbagi sudut pandang. Di sini mungkin kalian bakal menemukan opini, refleksi, dan mungkin juga unek-unek yang bikin kita sama-sama mikir… atau minimal senyum-senyum sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suasana Cair, Ibu - Ibu Antusias Banget dan salig Tukar Cerita

22 Mei 2025   21:10 Diperbarui: 22 Mei 2025   21:08 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sekitar jam setengah satu siang, lapangan di Desa Cibitung mulai ramai. Panitia udah siap dari sebelumnya---meja, kursi, backdrop, semua udah tertata rapi. Cuacanya lumayan terik, tapi ibu-ibu tetap datang satu per satu. Ada yang sambil gandeng anak, ada yang datang bareng tetangga. Suasananya langsung terasa akrab dan hangat sejak awal.

Yang bikin acara makin hidup adalah kehadiran Pak Anton dari Jelantah4Change. Beliau jadi narasumber utama di sesi talkshow. Sejak awal muncul, udah langsung menarik perhatian. Penampilannya rapi, pembawaannya santai, dan---kata beberapa ibu---lumayan ganteng juga. Tapi yang paling penting, cara beliau menyampaikan materi tuh enak didengar dan nyambung banget.

Pak Anton fokus mengedukasi soal pemanfaatan minyak jelantah, khususnya gimana limbah rumah tangga ini bisa diolah jadi barang berguna kayak sabun cuci dan lilin. Waktu beliau nunjukin contoh sabun batangan dari jelantah, semua ibu-ibu langsung antusias. Banyak yang nggak nyangka, minyak sisa gorengan bisa berubah bentuk jadi barang yang bisa dipakai lagi di rumah.

"Nah, ini sabun yang saya bawa. Bahannya dari minyak jelantah, campur soda api dan beberapa bahan lain," kata Pak Anton sambil tunjukin bentuk sabunnya. Langsung ada yang nyeletuk, "Pak, itu bisa buat cuci tangan juga nggak?"

Pak Anton senyum, lalu jawab, "Sebenarnya sih nggak masalah, Bu. Tapi kebanyakan orang masih ragu karena belum ada uji klinis resmi yang menyatakan sabun ini aman banget untuk kulit. Jadi biasanya kita anjurkan buat cuci alat makan dan perabot rumah tangga dulu."

Jawaban itu bikin ibu-ibu manggut-manggut, tapi masih lanjut nanya. Sesi tanya jawab jadi makin seru. Ibu-ibu juga saling curhat soal kebiasaan di rumah. Ada yang biasa buang jelantah ke tanah, ada yang baru tahu ternyata minyak bisa dijual atau ditukar. Yang lain cerita, dulu pernah simpan tapi akhirnya dibuang juga karena bingung mau dikemanain.

Pak Anton nggak cuma jawab, tapi juga ngobrol santai. Bahkan setelah sesi resmi selesai, beberapa ibu masih ngobrol sambil pegang sab lilin contoh. Mereka penasaran, nanya bahan-bahannya, gimana cara buatnya, dan apakah ada pelatihan lanjutan untuk lilin soalnya hari itu waktunya hanay keburu buat pelatihan bikin sabun.

Yang bikin hati hangat adalah suasananya. Semua ngalir kayak lagi arisan RT, tapi isi obrolannya soal lingkungan dan solusi nyata. Ibu-ibu juga saling tukar cerita, saling nunjukin botol tempat minyak bekas yang udah mereka bawa. Beberapa bahkan janjian mau mulai nabung jelantah bareng.

Gue duduk agak di belakang waktu itu, sambil sesekali senyum sendiri. Nggak nyangka edukasi bisa seakrab dan sehangat ini. Ternyata, ketika informasi dikasih dengan cara yang santai dan relatable, dampaknya bisa lebih dalam. Bukan cuma diingat, tapi juga bikin pengen nyoba langsung di rumah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun