Mohon tunggu...
Malikul Arifin
Malikul Arifin Mohon Tunggu... Seniman - Mahasiswa

Suka gambar sketsa

Selanjutnya

Tutup

Book

Lebih Utama Mencari Ilmu Dibandingkan Ibadah Sunnah

23 November 2022   22:34 Diperbarui: 23 November 2022   22:50 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul Buku: ADAB DI ATAS ILMU

Nama Penulis: Imam Nawawi

Penerbit : DIVA Press, Banguntapan Yogyakarta

Cetakan: Pertama, Januari 2021

Tebal: 200 Halaman

ISBN: 978-623-293-165-7


Ukuran: 20cm x 14cm 

Jenis Kertas: Book Paper

Harga: Rp60.000.00

Nama Presensi: Malikul Arifin

Buku ini merupakan karya yang ditulis langsung oleh Imam Nawawi. Nama lain Imam Nawawi adalah Yahya bin Syaraf bin Hasan bin Husain An-Nawawi Ad-Dimasyqiy, Abu Zakaria. Kata 'an-Nawawi' merupakan nisbat pada kota Nawa, sebuah pusat kota Al-Jaulan yang berada di Kawasan Hauran di provinsi Damaskus. Jadi Imam Nawawi adalah orang Damaskus karena selama lebih dari delapa belas tahun ia menetap di sana.

mam Nawawi dilahirkan pada bulan Muharram tahun 631 H di Nawa, sebuah kampung di daerah Dimasyq (Damascus) yang sekarang merupakan ibukota Suriah. Imam Nawawi dididik oleh ayah beliau yang terkenal dengan kesalehan dan ketakwaan.

Imam Nawawi mulai belajar di katatib (tempat belajar baca tulis untuk anak-anak) dan hafal Al-Quran sebelum menginjak usia baligh. Imam Nawawi tinggal di Desa Nawa sampai usia 18 tahun. 

Kemudian pada tahun 649 H ia memulai rihlah thalabul ilmi-nya ke Dimasyq dengan menghadiri halaqah-halaqah ilmiah yang diadakan oleh para ulama kota tersebut. Ia tinggal di madrasah Ar-rawahiyyah di dekat Al-Jami’ Al-Umawiy.

Jadilah thalabul ilmi sebagai kesibukannya yang utama. Disebutkan bahwa ia menghadiri dua belas halaqah dalam sehari. Ia rajin sekali dan menghafal banyak hal. Ia pun mengungguli teman-temannya yang lain

Di dalam buku ini banyak ayat, hadits, dan juga riwayat dari para sahabat yang menunjukkan tentang keutamaan ilmu. Ini menjadi bukti bahwa memotivasi diri untuk mencari ilmu dan bersungguh-sungguh dalam mempelajarinya adalah hal yang sesuai dengan ajaran agama.

Dibuku ini juga diterangkan bahwa di dalam Kitab al-Faqqih wa al- Mutafaqqih,Al-Khathib al-Khafid Abu Bakar Ahmad bin Ali bin Tsabit al-Baghdadi meriwayatkan beberapa hadits dari Ibnu Umar Ra.

Bahwa Rasulullah Saw. bersabda, ”Ketika dalam perjalanan kalian menjumpai taman-taman surga, maka singgahlah barang sebentar”. 

Yang dimaksudkan taman surga yaitu majelis-majelis dzikir atau keilmuan yang membahas tentang halal dan haram, tentang caranya berniaga dan jual beli, tentang caranya berpuasa, tentang nikah dan talak, juga tentang caranya berhaji, dan lain sebagainya. 

Bahkan Anas Ra, meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Satu orang yang berilmu jauh lebih utama kedudukannya di sisi Allah Swt. Daripada seribu orang ahli ibadah.”. Dalam hal ini kita dapat mengetahui seberapa pentingnya sebuah ilmu didalam kehidupan di dunia maupun akhirat.

Imam Nawawi menuliskan jika ilmu itu terbagi ke dalam dua kategori, yakni ilmu syar’i dan ilmu ghairu syar’i. Ilmu syar’i terbagi lagi menjadi dua bagian, yakni ilmu yang diwajibkan (ilmu yang harus dipelajari untuk di ketahui) dan ilmu yang dianjurkan (ilmu yang hukum mempelajarinya tidak sampai derajat ilmu yang di haruskan dalam artian ilmu wajib). 

Ilmu ghairu syar’i terbagi ke dalam tiga macam; ilmu yang di haramkan (ilmu yang jika dilakukan akan mendapat dosa),ilmu yang di makruhkan (ilmu yang dianjurkan untuk dijauhi), serta ilmu yang di mubahkan (ilmu yang tidak ada manfaat maupun kerugian).

Di dalam buku ini kita akan diberitahukan bagaimana cara beretika dengan baik sebagai seorang guru dan juga murid.

Pembahasan mengenai etika guru (Al-Mu’allim) sangatlah luas, beberapa akan saya sebutkan sebagai berikut; etika personal guru, etika guru dalam belajar, etika guru dalam mengajar, serta tentang ujian kerelaan dalam mengajar.

Selain guru yang memiliki beberapa etika yang harus dimiliki, adapun etika sebagai seorang murid (al-muta’allim). Sebagai seorang murid hal pertama dalam etikanya yaitu menyucikan hatinya dari perkara yang dapat mencedarai kesungguh-sungguhan niatnya dalam belajar.

Yang kedua yaitu menyingkirkan segala hal yang bisa mengganggu konsentrasi dalam belajar untuk dapat ilmu pengetahuan. Hal yang ketiga yaitu seorang murid harus selalu rendah hati terhadap ilmu yang di pelajarinya, juga terhadap guru yang mengajarnya.

Ada juga etika Bersama, antara guru dan murid. Yang dimana diantaranya yaitu keduanya tidak boleh melupakan tugas dan kewajibannya masing-masing, antara guru dan murid hendaknya memiliki buku mengajar dan belajar masing masing, dan orang yang meminjam harus mengucapkan terima kasih kepada orang yang meminjaminnya karena kebaikannya.

Buku ini juga berisi tentang etika berfatwa. Dengan berfatwa kita bisa menguraikan hukum setiap fenomena-fenomena yang terjadi dimuka bumi ini secara kontekstual. Didalam fatwa ini ada begitu banyak fadhilah ilmu yang didapat.

Orang yang berfatwa (al-mufti) merupakan pewaris para nabi, ia mampu menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Ulama salaf menyatakan, “Seorang mufti merupakan wakil Allah Swt. Untuk menentukan hukum dalam setiap peristiwa yang terjadi. . 

Dalam memberi fatwa juga ada tingkatannya, tentang hal ini Abu ‘Amr mengatakn bahwa tingkatan seorang mufti itu ada dua yaitu mufti independent (al-Mufti al-Mustaqil) dan mufti yang tidak independent (al-Mufti alladzi Laisa bi Mustaqil). 

Mufti indenpenden yaitu mufti yang benar-benar menguasai tentang sumber dan dalil-dalil hukum syariat, seperti al-Qur’an,, sunnah, ijma’ dan qiyas, serta mengetahui segala hal yang berkaitan dengan keemptnya secara detail. 

Dengan demkian, ia haru benar-benar menguasai ilmu ushul fiqh. Selain menguasai lmu ushul fiqh, ia juga harus memahami tentang ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu nasikh dan masukh, ilmu ahwu, ilmu Sharaf, serta mengetahui perbedaan-perbedaan pendapat dikalangn ahli hukum. 

Mufti yang tidk indenpenden yaitu fatwa yang dikeluarkan oleh para imam dalam madzhhab-madzhab fiqh karena suatu kondisi yang tidak dapat ditemuannya al-Mufti al-Mustaqil. 

Kelebihan dari buku ini yaitu banyak ayat, hadits, dan riwayat yang mendukung setiap penjelasan yang dikemukakan penulis, jadi, dalam segi isi dan kejelasan didalamnya dapat dipertanggung jawabkan dunia akhirat. Dalam segi bahasa, buku ini termasuk mudah di pahami, karena penggunaan kalimat yang ringkas dan tidak bertele-tele. 

Buku ini memiliki ukuran 20x14 karena itu akan sangat nyaman untuk dibawa kemana-mana. Banyak kata-kata yang dapat diteladani contohnya sepintar apa pun seseorang, namun ia tidak memiliki adab,gugurlah nilai semua pengetahuannya.

Kekurang dalam buku ini yaitu masih ditemui beberapa kalimat typo, selain itu ada beberapa kalimat resapan yang tidak bercetak miring.

Buku ini merupakan salah satu karya terbaik Imam Nawawi yang sampai digunakan menjadi rujukan utama mengeni pentingnya mendahulukan adab daripada ilmu pengetahuan lainnya. Buku ini sangat direkomnedasikan untuk dibaca, apalagi bagi yang sedang menuntut ilmu, tidak hanya bagi peserta didik, namun juga bagi tenaga pendidik. Tentu saja, keberadaan buku semacam ini teramat penting di zaman sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun