Mohon tunggu...
Malik Ibnu Zaman
Malik Ibnu Zaman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Suka baca buku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Wiyangga Sang Hantu Penunggu Sungai

18 Maret 2021   20:56 Diperbarui: 18 Maret 2021   21:31 1596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Masyarakat yang rumahnya dekat dengan aliran sungai pasti tidak asing dengan nama Wiyangga, yang merupakan sosok hantu yang menjadi penunggu aliran sungai. Menurut cerita yang beredar di masyarakat hantu ini bentuknya seperti rambut berukuran daun kelapa, masyarakat Jawa menyebut daun kelapa dengan nama blarak.

Dulu sebelum adanya gawai seperti era sekarang ini banyak anak-anak sehabis pulang sekolah lebih memilih untuk mandi bermain di luar rumah, salah satunya adalah mandi di sungai. Desa saya sendiri itu dilewati sebuah sungai, dan kami pun sebagai anak desa tentu sering mandi di sungai sehabis pulang sekolah, bukan hanya saat pulang sekolah tetapi juga saat liburan.

Orang tua di desa kami selalu mewanti-wanti kepada anak-anaknya agar tidak mandi saat waktu tanggung atau waktu bedug yaitu jam 11 siang. Mengapa dinamai waktu bedug karena di jam segitu bedug masjid berbunyi sebagai tanda sebentar lagi akan memasuki waktu Dzuhur. Konon katanya di jam tersebut, para dedemit pada muncul selain di waktu senja dan malam.

Selain itu di antara kami para anak-anak timbul sebuah cerita kalau katak berbunyi ketika di sungai, maka itu sebuah pertanda akan terbukanya gerbang gaib di dasar sungai, atau kemunculan makhluk tak kasat mata. Maka ketika kami sedang asyik-asyiknya mandi, kemudian katak berbunyi maka kami pun langsung bergegas untuk pulang.

Hampir semua dari kami terkena marah oleh orang tua kami, gara-gara mandi di sungai terlalu lama. Dan orang tua atau Mbah-mbah sering menceritakan tentang sebuah makhluk penunggu sungai, makhluk itu dikenal dengan nama Wiyangga. Mendengar cerita tersebut kami pun tidak lagi mandi di sungai karena ketakutan akan cerita tersebut. Namun, ketakutan tersebut hilang dengan sendirinya setelah dua atau tiga hari, dan kami pun kembali mandi di sungai.

Ada beberapa cerita yang dituturkan oleh orang tua ataupun mbah perihal makhluk tersebut. Ketika di jam istirahat sekolah, kami anak-anak desa lebih sering bercerita akan keberadaan makhluk tak kasat mata. Mulai dari bertemu berbagai jenis hantu secara langsung ataupun yang konon katanya. Mereka yang menceritakan pengalaman bertemu dengan hantu, dengan semangatnya akan menceritakan kejadian tersebut dengan penuh semangat, dan tersirat di mukanya sebuah kebanggaan. Entah mengapa cerita mengenai dunia lain adalah sesuatu yang menarik bagi kami ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar.

Salah satu cerita yang beredar di masyarakat desa kami adalah sebuah cerita mengenai seorang yang ditarik oleh makhluk Wiyangga namun berhasil meloloskan diri. Ceritanya begini, sungai di desa kami itu juga berfungsi sebagai saluran irigasi, di kanan dan kiri sungai itu sebuah sawah. Waktu itu terdapat seorang wanita yang menjadi seorang buruh tani sedan matun (istilah untuk membersihkan rumput di sawah), wanita tersebut mengajak anaknya yang masih berumur lima tahun. Singkat cerita setelah selesai melakukan matun, wanita tersebut membersihkan diri di sungai, sementara anaknya ditinggal di tepi sungai. Tiba-tiba wanita tersebut ada yang menarik tubuhnya ke dalam sungai. Anaknya yang di tepi sungai pun berteriak memanggil "Ibu...Ibu...Ibu..." mendengar teriakkan anaknya wanita tersebut sadar dan mengucap "Allahu Akbar" kemudian wanita tersebut pun tidak jadi ditarik oleh Wiyangga.

Kemudian cerita lainnya berasal dari seorang pedagang di pasar desa kami yang berasal dari desa yang jaraknya lumayan jauh. Peristiwa tersebut tidak terjadi di desa kami. Perjalanan pedagang tersebut untuk berjualan di desa kami itu, harus berangkat pagi-pagi buta sebelum adzan Subuh, alasan pedagang tersebut berangkat pagi-pagi buta agar tidak kesiangan ketika sampai di pasar. Perjalanan pedagang tersebut harus melewati sebuah sungai yang terkenal akan keberadaan Wiyangga. Ketika melewati Jembatan di atas sungai tersebut, ia kebelet buang air, dan ia pun turun ke sungai. Ketika membuang hajatnya di sungai, ia dikejutkan dengan sosok Wiyangga. Sosok tersebut sedang mendekat ke arahnya, ia pun panik. Kemudian terdengar suara Adzan Subuh, dan Wiyangga tersebut kembali ke sungai. Ia pun langsung bergegas pergi dari sungai sebelum Wiyangga itu kembali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun