Mohon tunggu...
Mohamad Sastrawan
Mohamad Sastrawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Matraman

http://malikbewok.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bela Negara dalam Perspektif Kitab Suci

8 November 2017   10:32 Diperbarui: 8 November 2017   14:08 2752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.suarawajarfm.com

Belum lama ini, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyampaikan Bela Negara sejalan dengan ajaran agama. Hal itu disampaikannya di acara penutupan "Halaqoh Nasional Ulama Pesantren dan Cendikiawan, Gerakan Dakwah Aswaja Bela Negara," di Masjid Ponpes Al Hikam, Depok, Jawa Barat.

Tulisan ini ditujukan untuk lebih menekankan apa yang telah disampaikan mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) tersebut. Agama memiliki perspektif konstruktif tentang cinta tanah air, dengan demikian tidak perlu diragukan lagi bahwa semua warga negara, apapun agamanya, memiliki kewajiban yang sama yaitu harus menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI. Dalam tulisan ini disampaikan sejumlah dalil-dalil agama tentang Bela Negara yang telah tertuang dalam masing-masing kitab suci.

Pertama, Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia adalah yang paling memiliki banyak landasan agama tentang cinta tanah air dan bela negara. Landasan tersebut tertuang secara gamblang di dalam Al Quran dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Beberapa ayat Al Quran yang berbicara tentang Bela Negara adalah sebagai berikut:

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS: Al Hujurat: 13)

"Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung." (QS: Al-Hasyr: 9)

"Katakanlah jika bapa-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik."(QS: Al-Taubah: 24)

"Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat." (QS: Al-Baqarah: 85)

Keempat ayat tersebut menunjukkan bahwa bangsa dan negara adalah sunnatullah(ketetapan Allah SWT) yang memang harus dijalani manusia. Manusia diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa dengan tujuan adalah untuk saling mengenal. Dalam ayat lain, setiap muslim dilarang merusak alam semesta (wala tufsidu fil ardhi ba'da ishlahiha: jangan merusak bumi setelah perbaikannya). 

Larangan membuat kerusakan di muka bumi berarti adalah perintah untuk menjaga keseimbangan, ketertiban dan kedamaian di muka bumi. Intinya adalah setiap manusia memiliki kewajiban menjaga kedamaian di mana mereka dilahirkan, dibesarkan dan kelak di mana mereka akan wafat.

Ada kaidah dalam Islam yang menyebutkan jalb al mashalih muqoddam ala daf'il mafasid(mendapatkan kebaikan didahulukan atas menolak kerusakan). Artinya, Islam mengajarkan manusia untuk mendahulukan kebaikan yang dalam terma normatif adalah mewujudkan keamanan, kedamaian dan kesejahteraan dalam konteks negara dan bangsa. Dengan beragamnya warga negara di Indonesia, maka implementasi yang tepat adalah bekerja sama dalam kesepakatan dan kesamaan, serta saling menghormati dalam perbedaan.

Ayat lain juga menunjukkan keterusiran seseorang dari kampung halaman memiliki dosa yang sama dengan membunuh diri.  Ini menegaskan bahwa pengusiran seseorang dari negaranya itu sama level dosanya dengan membunuh. Dalam pemahaman yang lain, menjaga tanah air agar tidak terusir memiliki kewajiban setara dengan perang yang bermakna qitaal(pembunuhan). Dalam Islam, menjaga harta, tanah air, harga diri dan agama memiliki kewajiban yang setara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun