Mohon tunggu...
Malik Abdul Azis
Malik Abdul Azis Mohon Tunggu... -

saya seorang mahasiswa di jakarta yang tinggal di sebuah asrama bersama teman teman seperjuangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melawan Modernisasi, Tenun Tradisional Lombok

18 Februari 2016   22:30 Diperbarui: 18 Februari 2016   22:39 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lombok - Hy Kompasianer pernahkah kalian melihat indahnya tenun lombok atau pernah mendengar kelembutan tenun khas lombok, ya kali ini saya akan membahas tentang tenun tradisional lombok yang berjuang melawan modernisasi tenun.

Di desa Sukerare tenun tradisional ini masih di produksi yang mana di desa ini di buat sebuah kelompok usaha untuk menjualkan produk tenun kepada masyarakat ataupun wisatawan yang berkunjung ke desa sukerare ini, saat kita datang ke desa sukerare kita akan di sambut oleh para penenun-penenun wanita yang lagi menenun.

 [caption caption="Penenun Lombok"][/caption]Di desa Sukerare ini kita para pengunjung akan di dampingi oleh karyawan pengelola kelompok usaha tenun desa sukerare, dari karyawan ini kita banyak dapat informasi tentang tenun tradisional lombok mulai dari proses awal yaitu pengintalan kapas menjadi benang yang mana proses pengintalan ini sangat lama dan membutuhkan beberapa jam lamanya.

Setelah selesai proses pengintalan maka proses selanjutnya yaitu proses mewarnai benang yang proses mewarnai ini ada dua warna pilihan apakah menggunakan warna alami atau warna buatan pabrik, di proses pewarnaan ini sangat di tuntut untuk hati-hati dalam mencampurkan warna karena takut warna yang di hasilkan beda dengan apa yang sudah direncanakan.

Habis Pewarnaan maka di lanjutkan dengan proses penenunan yang proses penenunan ini membutuhkan waktu yang sangat lama tergantung seberapa panjang kain yang akan di tenun, kalau panjangnya 3 meter maka akan membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu penenunan.

Menurut pendamping kami saat ini pencinta tenun tradisional sangat banyak namun masih banyak yang tertipu dengan tenun mesin, untuk membedakannya yaitu motif tenun tradisional lebih tidak teratur dan itu di hasilkan dari proses penenunan dan harga tenun tradisional lebih mahal di bandingkan tenun mesin, untuk kualitas tenun masih unggul tenun Tradisional.

Dulu tenun tradisional lombok desa sukerare sering mengikuti pameran-pameran yang di adakan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, namun beberapa tahun ini tenun tradisional desa sukerare tidak lagi mengikuti pameran karena faktor biaya yang di keluarkan untuk mengikutinya.

Mungkin ini saja yang bisa saya sampaikan tentang Tenun Tradisional Lombok Desa Sukerare, harapan dari saya semoga indahnya motif tenun lombok memberikan  keindahan buat para penenunnya, marilah kita duniakan Tenun Tradisional Indonesia.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun