Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Penulis Biasa

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Money

Kebudayaan Daerah dan Peningkatan Ekonomi Kerakyatan

18 Mei 2014   04:54 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:25 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Siang tadi, tepatnya 17.05.2014, di Badan Pelatihan daerah Provinsi Lampung saya mengikuti seminar tentang Revilitasi Kelompok Pelaku Seni Budaya dalam Rangka Pelestarian Seni Budaya Lokal Provinsi Lampung. Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung dengan mengikutsertakan penggiat pendidikan, kebudayaan, kesenian, guru dan para siswa sekolah luar biasa dan umum di Provinsi Lampung.

Dalam kesempatan tersebut, seorang penggiat kesenian dan kebudayaan Lampung memaparkan bahwa masyarakat Lampung adalah seluruh masyarakat yang saat ini tinggal di provinsi Lampung. Baik masyarakat asli maupun masyarakat pendatang yang saat ini tinggal di provinsi ini. Oleh karena itu sepantasnya siapapun yang mengakui sebagai warga Lampung, harus mengenal, mencintai dan melestarikan kebudayaan dan kesenian Lampung agar kebudayaan dan kesenian tradisional ini tetap lestari.

Selain bagaimana sepatutnya masyarakat Lampung menghargai budayanya sendiri, hakekatnya saat ini justru masyarakat Lampung lebih mencintai budaya yang diproduksi masyarakat barat. Segala mode pakaian dan seni kerajinan banyak yang dihasilkan oleh masyarakat luar negeri. Padahal, sebagai provinsi yang kaya akan budaya dan keseniannya seharusnya dapat menjadi pasar potensial yang dinanti dan diminati masyarakat Lampung sendiri dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Akan tetapi faktanya saat ini justru masyarakat Lampung lebih mengidolakan hasil karya bangsa lain dan meninggalkan kekayaan budaya yang dihasilkan oleh nenek moyang mereka yang seharusnya diwarisi para generasi mudanya. Sebuah fakta yang cukup memprihatinkan.

Selain berbicara mengenai fenomena generasi muda yang kurang respek terhadap kebudayaan dan kesenian Lampung adalah, bahwa masih minimnya pengetahuan masyarakat mengenai manfaat jika mau mengembangkan industri kreatif yang bercirikan kebudayaan daerah. Karena jika melihat begitu pesatnya kemajuan industri kreatif di Pulau Dewata (Bali ) dan Yogyakarta, tentu saja sepatuanya masyarakat Lampung dapat meniru betapa home industri yang berfokus pada kebudayaan dan kesenian daerah mengalami peningkatan secara signifikan. Tidak hanya di tingkat lokal, di tingkat internasional pun sudah dikenal secara luas.

Berbeda dengan Provinsi Lampung masih sangat tertinggal. Hal tersebut didasarkan pada minimnya perhatian masyarakat dan stakeholder dalam memberikan alternatif dan solusi terhadap dikembangkannya industri kreatif di dalam masyarakat.

Selain minimnya perhatian dalam produtifitasnya, pemerintah disinyalir belum menempatkan posisinya sebagai sentral promosi terhadap industri kreatif yang saat ini dikembangkan oleh sebagian masyarakat Lampung. Dampaknya meskipun ada beberapa orang yang melakukan usaha ini, kemampuan melakukan pemasaran masih sangat minim. Dampaknya usaha kreatif yang dikembangkan baru sebatas lokal saja dan belum bisa merambah ke tingkat nasional apalagi internasional.

Kegiatan yang bertujuan untuk menggiatkan kembali sektor-sektor kesenian dan kebudayaan yang ada di provinsi tersebut. Tentu saja mendorong kembali motivasi para penggiat pendidikan dan budaya serta para peserta didik berkebutuhan khusus (disabilitas) maupun peserta didik pada umumnya, agar mereka semakin termotivasi dalam menciptakan kreatifitas seni dan budaya. Kreatifitas seni dan budaya yang tentu saja seni dan budaya Lampung di mana kegiatan ini dilaksanakan.

Sebagaimana perkembangan kesenian dan kebudayaan di provinsi Lampung tidak terlepas dari peran serta stake holder yakni pemerintah daerah dan satuan kerja pendidikan, kebudayaan dan pariwisata yang selalu berusaha menciptakan iklim produktif di tengah lesunya kreatifitas tatkala saat ini provinsi Lampung dan provinsi-provinsi lain di Indonesia merupakan pusat peredaran dan bisnis produk asing. Mau tidak mau, baik secara cepat maupun perlahan semakin lama akan menggilas kebudayaan dan pariwisata asli dari masyarakat Lampung itu sendiri.

Jika para stakeholder dan pengiat kebudayaan dan pariwisata serta pendidikan tidak mengambil langkah kongkrit dalam membangun iklim produktif dengan menciptakan kreasi-kreasi serta inovasi ala kebudayaan Lampung maka bukan tidak mungkin justru kebudayaan Lampung akan ditinggalkan penduduknya, bahkan tidak lagi dikenal masyarakat asli Lampung sendiri tentunya.

Dalam kesempatan tersebut, Bapak Aan Ibrahim selaku penggiat kebudayaan sekaligus pengusaha industri kreatif dalam hal desain pakaian has Lampung juga memberikan kiat-kiat yang dapat dilakukan agar kebudayaan Lampung tidak hanya menjadi pelengkap kegiatan adat semata, namun lebih dari itu hasil karya seni dan budaya Lampung dapat merambah ke dunia Internasional. Sebagaimana prestasi dan kesuksesan yang kini telah beliau raih tatkala mengembangkan seni kerajinan khas Lampung berupa tapis, sulam usus, batik dan kerajinan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun