Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Penulis Biasa

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Bergerak, Tergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Anda Membenci Presiden Sederhana, Mabukkah Anda?

9 Januari 2016   22:14 Diperbarui: 9 Januari 2016   22:29 2501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Hari berganti hari, bulan berganti bulan bahkan setahun sudah terlampaui ternyata suara-suara berisik tetap saja memenuhi laman media sosial. Tak hanya di facebook, twitter maupun blog. Semua tempat baik itu seperti tempat sampah yang semua kotoran masuk ke dalamnya.

Entahlah benda apa saja yang sudah masuk ke laman medsos2 itu. Sudah ribuan kah? Atau justru jutaan? Entahlah. Yang pasti media sosial yang semestinya menjadi tempat yang baik untuk bersosialisasi justru dijadikan tempat yang paling menjijikkan yang tak pantas untuk ditinggali.

Yang baik jadi jahat, yang kalem jadi brangasan dan yang beragama justru tenggelam dalam status pendengkinya.

Zaman sudah berubah, dunia perpolitikan juga sudah berubah, apalagi teknologi juga berubah. Yang dahulunya lumayan ndeso dan terbelakang saat ini semua terlihat modern. Yang dulu bisa kongkow2 bareng teman2 yang sepikiran dan urun rembuk dalam kebaikan, kini berubah media sosial yang menjadi alat komunikasi paling ramai saat ini. Apalagi kalau melihat negara2 maju, semestinya rakyat negeri ini bisa belajar seperti mereka.

Boleh tidak suka pemimpin dan tidak memilihnya, tapi tidak juga menghujatnya sampai sekeji-kejinya. Karena perang sudah berakhir, politik sudah mendapatkan hasilnya. Pemimpin yang sederhana sudah terpilih dan yang paling keren lagi adalah peta politik kaku dan penuh kongkalikong kini sudah bukan rahasia lagi. Siapa yang tidak bisa bekerja mending undur diri daripada menjadi bahan bully.

Zaman dulu memang kayaknya politik itu wilayah yang amat ekstrim dan tertutup untuk masyarakat awam. Sedangkan saat ini semua bisa melihat dan menilai seperti apa sistem politik saat ini dibangun.


Tapi sayangnya teknologi informasi dan media sosial justru membuat kegaduhan dan menjadi tempat paling kotor untuk dimasuki. Yang baik jadi jahat apalagi yang kurang waras, tentu rumah sakit jiwalah tempatnya. Na'udzubillah.

Di zaman yang sudah modern ini semestinya bukan hanya gadgetnya yang modern, tapi pola pikir juga mestinya ikut modern. Jangan cuman menuntut, sedangkan dirinya hanya pandai bersilat lidah.

Daripada menghujat, mending lakukan apa saja yang bisa dilakukan.

Kenapa memikirkan wilayah pekerjaan orang lain, jika pekerjaannya saja belum beres. Bolehlah kalau saat ini si penghujat adalah sosok pemuda atau pengusaha sukses dengan menyerap banyak tenaga kerja, jika menuntut lebih pemerintah masih layak.

Bagaimana jika ia sendiri adalau manusia gagal, ngurus diri sendiri dan rumah tangga saja belum beres, kenapa pemerintah menjadi musuhnya. Apalagi selama ini pemerintah mulai membuka diri dan memberantas segala bentuk korupsi. Dari korupsi daging sapi sampai korupsi minyak, semua dibuka lebar-lebar dan pelakunya sudah menikmati masa 2 suram di hotel prodeo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun