Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru SLB Negeri Metro

Suka membaca, traveling, nonton film, menulis, ngobrol ngalur ngidul, suka makan masakan istri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

MBG dan Seulas Senyum Anak-anak Disabilitas

26 September 2025   06:17 Diperbarui: 26 September 2025   13:19 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu menu dari MBG di sekolah (dokumen pribadi)

Alhamdulillah, beberapa hari ini, sekolah kami telah mendapatkan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Sebuah program yang diprakarsai oleh Bapak Presiden Prabowo Subianto. 

Program yang sejatinya bertujuan untuk meningkatkan gizi keluarga--terutama anak-anak sekolah, dan tentunya diharapkan berdampak signifikan bagi pertumbuhan fisik dan kognisi anak. Maka dari itu, adanya MBG ini menjadi angin segar dan harapan agar apa yang menjadi tujuan dan cita-cita Bapak Presiden kita dapat tercapai dengan optimal.

Namun, apa yang turut membuat saya jadi terheran-heran, sedikit terhenyak, kenapa program yang baik ini selalu direcoki dengan adanya kasus keracunan di beberapa sekolah. Di kota kami sendiri, Metro--khususnya sekolah swasta reguler, banyak ditemui adanya kasus keracunan. Saya tidak bisa merinci berapa jumlah korban akibat makanan tersebut.

Seperti yang diceritakan dan dialami anak kami, beberapa hari mesti izin tidak masuk karena mengeluh sakit perut, leher dan keluhan yang lain yang dirasakannya juga apa yang dialami oleh teman-temannya di sekolah. 

Sebagaimana penuturannya ketika harus dirawat di rumah lantaran mengeluh sakit perut dan munta-muntah karena kedapatan makan telur yang menurutnya sudah agak berbau. Boleh jadi apa yang dikonsumsi adalah makanan kadaluwarsa, alias basi dan tidak layak konsumsi. 

Mungkin saja, proses memasak dan saat dihidangkan tidak memenuhi standar kesehatan, atau faktor lain yang nanti coba kita bahas di sini.

Terlepas dari banyaknya kegaduhan dari dampak mengonsumsi MBG ini, saya sebagai pendidik merasakan aura bahagia dari anak-anak istimewa di sekolah kami. 

Bagaimana tidak? Sebelum-sebelumnya, antusias mereka untuk belajar agak sedikit lemah, kurang begitu bersemangat untuk menyambut pagi dan cerianya belajar di hari itu. 

Tentu saja, melihat keceriaan anak-anak tersebut saya menduganya karena asupan bergizi dari makanan yang dihadirkan oleh program dari Bapak Presiden ini.

Meskipun ada yang kadang terdengar lucu, ketika masih asyik-asyiknya belajar, anak-anak ada yang nyeletuk, "Pak MBG-nya sudah datang." Mendengar kalimat itu, saya hanya tersenyum, dan menanyakan apa iya MBG sudah sampai di sekolah. Dan setelah dicari informasi via group sekolah, ternyata apa yang dikatakan murid sudah benar. 

Boleh jadi anak tersebut sudah hapal, waktu atau saat mereka harus menerima makanan bergizi tersebut. 

Satu sisi terlihat lucu, tapi nampak sekali, respon yang baik dari anak tersebut ketika menerima program yang baik ini.

Dan yang lebih mengesankan lagi, ketika biasanya di siang hari mereka nampak lemah, lesu dan terlihat panik ingin pulang, tapi berkat MBG ini wajah anak-anak masih terlihat cerah dan tubuh mereka pun terlihat masih kuat dan sehat.

Ketika dampak positif MBG harus berhadapan dengan penilaian negatif dari berbagai pihak

Apa yang terjadi di luar  dari antusiasme anak-anak disabilitas ketika menerima MBG tersebut, ternyata muncul pula penilaian-penilaian negatif dari sebagian masyarakat kita. 

Tidak hanya dari masyarakat dari orang tua penerima MBG ini, karena para tokoh publik ada pula yang mengecam dan meminta program ini dihentikan dengan alasan keamanan dan butuh evaluasi.

Benar, dan saya menilai sikap ini adalah refleksi dari adanya kasus-kasus yang muncul di sekolah. Saat ini sudah ratusan atau mungkin ribuan korban keracunan yang mengalami efek buruk bagi tubuh para siswa tersebut, baik dari yang langsung mengalami sakit perut dan muntah setelah mengkonsumsi, atau mereka yang diam-diam tidak melaporkan kejadian itu ke sekolah, tapi mengalami sakit perut ketika telah sampai di rumah.

Tentu saja, apa yang dialami anak-anak penikmat MBG ini menjadi korban yang tidak bisa kita abaikan. Jika satu saja yang keracunan, maka dapat dipastikan ada yang tidak beres dari makanan itu. Apalagi ada ribuan korban yang kita tidak tahu dari mana sumber racun atau zat yang membuat mereka keracunan. Apakah murni makanan basi atau tidak layak konsumsi atau ada ulah personal yang sejatinya tidak ingin program Bapak Presiden ini sukses bagi rakyatnya.

Terlepas ini ada kaitannya dengan urusan politis, ekonomi, kesengajaan atau ketidaksengajaan ketika mengolah dan mendistribusikan makanan sehat ini, yang perlu dicatat adalah sedikit pun dan sekecil apa pun efek yang ditimbulkan dari makanan ini harus ditindaklanjuti dan diberikan evaluasi secara komprehensif. Tentu saja melibatkan berbagai pihak yang mendapatkan legalitas formal dalam mengelola MBG ini.

Menimbang kandungan gizi dan makanan yang layak dikonsumsi anak-anak disabilitas

Kumparan dalam rilisnya yang berjudul: "Ini Makanan Yang Sebaiknya Dihindari oleh Anak-anak Berkebutuhan Khusus", menyebutkan bahwa ada beberapa makanan yang memang tidak boleh dikonsumsi oleh anak-anak berkebutuhan khusus atau anak disabilitas. Di mana ada jenis-jenis makanan yang memang diupayakan untuk tidak diberikan pada mereka.

Hal ini karena efek yang ditimbulkan cukup signifikan, adanya respon prilaku yang berubah karena terpicu oleh kandungan makanan-makanan tersebut, seperti misalnya anak Autis yang bisa jadi karena makanan yang tidak diperbolehkan itu akan mengalami reaksi yang lebih aktif dari biasanya, serta sulit untuk dikendalikan. 

Tentu saja, kondisi ini bukannya membuat anak dengan kondisi ini semakin sehat, tapi justru sebaliknya akan memicu kerentanan dan efek yang negatif jika tidak sengaja dikonsumsi mereka.

Dalam lirisnya menyebutkan bahwa anak-anak disabilitas (autis) tidak diperbolehkan mengonsumsi makanan yang mengandung gluten, kasein, dan juga makanan yang terbuat dari kedelai. (Kumparan.com)

Keterangan ini juga diperkuat oleh situs hamil.co.id, bahwa ada 16 jenis makanan yang tidak boleh dikonsumsi oleh anak-anak berkebutuhan, khususnya Autis agar kondisi anak tersebut dapat terjaga kesehatannya dan menghambat pertumbuhannya. 

Adapun beberapa makanan itu antara lain: ragi, kefir, brem, ikan, mie instan, pasta, junkfood, jus kemasan, keju, es krim, daging merah, soda, jagung, kacang kedelai dan nasi putih.

Faktanya, beberapa makanan ini kita jumpai dari menu MBG tadi. Seperti nasi putih, kacang kedelai yang sudah diolah menjadi tempe serta makanan turunan lainnya, ikan, daging merah, yang juga pernah sekali anak-anak mendapatkan menu tersebut, meskipun hanya secuil, tapi jika dinikmati anak-anak Autis akan sangat berbahaya.

Tentu saja, ini adalah koreksi dan sekedar saran, bahwa sebelum memberikan menu atau makanan pada anak-anak disabilitas atau anak-anak berkebutuhan khusus, sebaiknya dikonsultasikan dulu dengan ahli gizi, pakar disabilitas, dan tentu saja orang-orang yang memiliki keahlian dalam merawat anak-anak istimewa ini. Tujuannya agar tidak hanya makanan sehat saja yang diberikan pada mereka, tapi dapat memastikan agar makanan tersebut memang layak dikonsumsi dan tidak membahayakan kesehatan.

Bahkan tidak hanya anak-anak disabilitas, karena anak-anak lain pada umumnya, ada juga yang memang alergi dan tidak dianjurkan untuk makan makanan yang memang dilarang untuk dikonsumsi.

Yang pasti, program MBG ini dapat meningkatkan kecerdasan anak-anak jika bahan atau menu yang diberikan sesuai takaran gizinya, tapi jika masih banyak diketemukan masalah, memang seharusnya dievaluasi dan diperbaiki tata kelolanya, agar tidak ada lagi korban yang berjatuhan akibat makanan yang "katanya" sehat ini.

Salam

Sumber:

https://kumparan.com/kumparanstyle/ini-makanan-yang-sebaiknya-dihindari-untuk-anak-berkebutuhan-khusus/2

https://hamil.co.id/anak/makanan-anak/makanan-yang-dilarang-untuk-anak-autis

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun