Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sahabat, yang Berbeda Jalan Pengabdian

19 Agustus 2020   09:15 Diperbarui: 19 Agustus 2020   23:48 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, Fajar.co.id

"Saya berkeyakinan bahwa Pancasila kita sudah tepat dan tidak bisa dilawankan dengan Islam. Lihat saja  dalam sila-sila Pancasila, apa yang diperintahkan dalam agama juga sudah ada di sana." Papar Amir lagi. 

Nampak Maman hanya memandangi Amir, sedangkan tangannya asik memilin janggutnya yang hanya lima helai rambut. Kepalanya memanggut-manggut.

"Sudahlah mas, kita gak usah berdebat lagi. Saya sudah capek menjelaskan prinsip saya. Intinya negeri kita harus berbentuk khilafah. Titik. Maaf saya permisi!" 

Nampak wajah Maman sedikit memerah. Ada hal yang tidak ia sukai dari percakapan itu. Entahlah apa karena perbedaan pandangan dan keras hatinya Maman yang selalu mengatakan bahwa Pancasila tidak tepat bagi Islam. Sedangkan menurut Amir, Islam sudah sesuai dengan Pancasila. Pancasila adalah dasar bernegara, sedangkan rakyatnya yang harus bisa mengamalkannya secara murni dan konsekuen.

Maman beranjak pergi, sedangkan kopi yang dihidangkan masih menyisakan tiga perempat gelas. Hanya sedikit yang diminum Maman.

"Mas, kenapa dia begitu? Tanya si adik yang dari tadi asik dengan tangannya yang tengah memainkan gitar tua.

"Nggak tahu juga ya. Semenjak dia ikut organisasi yang gak dikenali itu, tiba-tiba dia berubah radikal. Aku sebagai temannya hanya bisa mengingatkan. Dulu dia sangat rajin ke masjid dan berjamaah. Ikut mengurus majelis taklim sama-sama dengan Mas. Tetapi setelah beberapa bulan nggak ketemu, sikap dia berubah 180 derajat. Aku bingung gimana menyadarkannya. Padahal pak Kyai saja sudah menjelaskan dengan disertai dalil-dalil yang kuat, tapi masih saja pahamnya tidak berubah." Amir kembali menyeruput kopinya yang mulai dingin.

Seminggu kemudian ...

"Mas, aku tadi malam dengar suara pengumuman. Pengumuman orang meninggal kayaknya ya?" Tanya sang Adik penasaran.

Kala itu adik dan kakak itu tengah membersihkan halaman dari rumput. Memang setiap Jumat mereka bertugas bersih-bersih halaman. Makanya halaman mereka begitu terawat. Tak ada satupun sampah dan rumput yang tumbuh di sana. Ada rumput yang dibiarkan hidup, yaitu rumput Jepang. Rumput yang sengaja ditanam untuk menghiasi rumah sederhana mereka.

Seseorang tiba-tiba mengowes sepeda dengan agak cepat. Tiba-tiba berhenti di hadapan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun