Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Penulis Biasa

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Bergerak, Tergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aku dan 5 Pemuda Timun Suri, Korban Trafficking

16 Juli 2020   07:21 Diperbarui: 16 Juli 2020   07:29 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak sadar masuk perangkap penipu dengan alasan training.

Dengan penampilan yang gagah, kami berjalan bak pejuang keluarga. Membawa tas besar penuh pakaian, sajadah, peci dan pakaian dalam. Menaiki mobil carteran. 

Dalam batin kami selalu membayangkan enaknya bekerja dengan pakaian yang bersih, dandanan yang rapih dan bahasa Inggris yang fasih. Si agen juga memberikan wejangan-wejangan bagaimana kami bekerja agar bisa diterima di tempat kerja. Sayangnya kami terlalu bodoh mempercayai orang yang baru dikenal.

Sesampainya di Jakarta, kami seperti dihipnotis ketika kami mendapatkan informasi bahwa training langsung ke Bali. Dalam batinku hebat banget bisa jalan-jalan sampai Bali. Seumur-umur baru kali ini kesampaian. Hingga kami lupa bahwa perjanjian awalnya kami akan dibawa ke kantor pusat di Jakarta dan ada pendaftaran resmi.

Dengan bus yang bagus kami kembali di bawa mengarungi gemerlapnya jalanan ibukota, hingga di hari berikutnya sampailah kami di kota dewata. Kota yang terkenal dengan tempat wisata dan para turis mancanegara. Ada sedikit pikiran kotor yang lahir begitu saja bagaimana indahnya pantai dengan para turis yang sedang berenang. Sampai saya bisa bercakap-cakap dengan para turis memakai bahasa Inggris.

Hilang sudah cita-cita kami tatkala kami dibawa ke salah satu rumah di daerah Tabanan kalau gak keliru. Di sebuah rumah kecil yang ternyata kami diserahkan begitu saja oleh agen tenaga kerja itu dan dia pun berlalu entah ke mana. 


Di rumah itu pak Soleh (bukan nama sebenarnya) langsung menerima kami dengan baik. Kami masih belum curiga kalau saat itu sudah masuk dalam jebakan kedua. Siap-siap menerima job sebagai ABK sebagai penangkap ikan tuna.

Pak Soleh adalah orang Bali yang kebetulan mengaku Muslim, meskipun tak nampak menjalankan shalat. Berbeda dengan anak gadisnya yang berparas biasa saja dengan kulit gelap, yang begitu rajin beribadah.

Tiba-tiba kami tersadar ketika dalam percakapan kami keluar kata-kata bahwa kami akan ditraining di sebuah kapal penangkap ikan. Bagai petir meledak di siang bolong.

Dari sini muncullah kecurigaan bahwa kami telah ditipu. Dengan wajah penyesalan dan amarah tiba-tiba lahir dendam pada sosok penipu dari desa kami.

Rasa lelah, lemah, lesu dan putus asa telah membalikkan keadaan yang semula bersemangat ingin menjadi jutawan tiba-tiba harus pasrah dengan keadaan, karena kami harus ikut training di kapal ikan tersebut. Seperti jatuh tertimpa tangga lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun