Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Ironis, Generasi Z Gak Ngerti Bahasa Indonesia apalagi Bahasa Inggris?

5 Juni 2018   20:05 Diperbarui: 6 Juni 2018   04:10 1287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
surabaya.tribunnews.com

Boleh saya katakan bahwa bahasa Indonesia sungguh sangat Indah untuk diucapkan dan digunakan sehari-hari. 

Meskipun begitu Indah karena bahasa nasional yang biasanya dipakai secara formal, ternyata memahami bahasa Indonesia tidak semudah diucapkan. 

Terbukti, meskipun pernah mengenyam pelajaran bahasa Indonesia semenjak sekolah dasar, faktanya sampai sekarang penguasaan bahasa Indonesia masih sangat minim, kalau bisa dibilang nihil. Lebih khusus saya sendiri tentunya.

Semua terjadi karena masyarakat Indonesia memandang bahasa sendiri (bahasa Indonesia) selayaknya bahasa asing. Hanya dalam forum-forum resmi saja penggunaan bahasa nasional ini benar-benar dilakukan. Maka jangan heran jika menemukan sosok pemuda yang berpendidikan tinggi penguasaan bahasa Indonesia masih sangat kurang.

Ketidak mampuan berbahasa yang baik dan benar karena anak-anak muda cenderung lebih suka menggunakan bahasa gaul seperti: elo, gua, napelo, suka-suka gua dls. Dampaknya sudah bisa ditebak, bahasa Indonesia yang searusnya dijadikan bahasa resmi dalam pergaulan pun seperti mulai ditinggalkan. 

Seandainya masih banyak yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, itu semua karena tuntutan pekerjaan dan jabatan tertentu yang mewajibkan seseorang menggunakan bahasa yang baik dan benar. 

Media hiburan seperti film saja sudah tidak bisa dijadikan bahan pembelajaran bagi generasi muda. Bahasa daerah dan bahasa gaul ternyata masih menjadi idola.

Bahasa Indonesia dan gempuran bahasa asing (Inggris)

Sungguh elok jika bahasa Indonesia bisa menjadi bahasa dunia seperti bahasa Arab dan Inggris yang sampai sejauh ini banyak yang menggunakannya. 

Bahasa Arab bagi kalangan pengelola lembaga pendidikan agama mewajibkan bahasa Arab dan Inggris sekaligus. Namun ada pula yang hanya menggunakan bahasa Arab saja atau Inggris saja. 

Yang lebih hebat lagi, bahasa Arab yang sebenarnya bersumber dari negara Arab pun saat ini seperti menjadi bahasa pengantar resmi bagi para jamaah haji. Padahal bahasa Indonesia bisa menjadi salah satu bahasa pengantar dalam setiap situasi.

Dan yang lebih membuat miris, ketika kita seperti tergerus bahasa Asing, bahasa Indonesia seperti anak tiri. Coba saja kalau sudah ketemu generasi yang katanya Z itu, yang muncul ada bahasa-bahasa alay dan bahasa asing yang seringkali sebagai orang tua merasa ketinggalan jaman. 

Tidak salah anak muda menggunakan bahasa asing, asalkan jangan lupakan bahasa negeri sendiri. 

Cobalah untuk bangga menggunakan bahasa sendiri ketika ngobrol dengan orang asing, karena itulah bahasa Indonesia semakin dikenal. Namun memang kondisi yang menuntut bahasa Indonesia seperti tenggelam oleh serangan bahasa asing.

Boleh jadi saya di antara jutaan orang Indonesia yang belum fasih benar dalam berbahasa Indonesia, meskipun sudah menempuh pendidikan formal, nyatanya untuk berbicara dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar saja masih sulit. Belum lagi jika harus menuliskannya, sepertinya bisa dibilang amburadul.

Sungguh miris dan bisa dibilang memalukan. Masak orang Indonesia bahasa indonesia saja nggak lancar, begitulah kira-kira.

Apakah dengan kondisi saat ini kita perlu malu atau abai? Atau justru ikut arus dengan melupakan bahasa sendiri dan lebih banyak menggunakan bahasa asing tersebut? 

Belum lagi yang membuat saya tidak habis pikir di salah satu televisi swastapun bahasa pengantarnya menggunakan bahasa asing (tiongkok) jadinya ya saya tidak menangkap informasinya. 

Padahal bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan jangan sampai tenggelam karena pemiliknya malu untuk menggunakan dan engan mempelajarinya.

Ketika mempelajari bahasa Inggris adalah kebutuhan

Sebenarnya bukan hanya bahasa Inggris yang memang menjadi bahasa internasional, di mana dalam forum-forum international semua orang dengan fasihnya berbahasa Inggris. Tak hanya bahasa Inggris, Arab maupun Tiongkok yang sampai sejauh ini sudah banyak digunakan dalam forum-forum internasional. 

Selain itu  di sarana-sarana umum saja sudah banyak yang menggunakan bahasa asing. Seperti di bandara saja sudah banyak yang justru menggunakan bahasa Inggris. Padahal semestinya orang asing yang datang ke negeri ini ya seharusnya mempelajari bahasa di mana ia berkunjung, bukan malah sebaliknya justru bahasa Indonesia seperti ditinggalkan.

Tapi ya itu tadi, karena bahasa Inggris adalah bahasa internasional maka jika tidak mau mempelajari maka jangan harap bisa berkomunikasi di dunia internasional. 

Di manapun tempat umum bahasa Inggris menjadi wajib untuk diketahui, minimal pasif. Karena kalau sampai tidak mengerti sama sekali, tentu orang yang berkunjung akan mengalami kesulitan berkomunikasi. 

Apalagi Indonesia memang butuh wisatawan asing yang akan menambah sumber pendapatan nasional dan daerah. Maka memahami dan menguasai bahasa Inggris adalah keharusan dan tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Namun sayangnya, jika melihat penguasaan bahasa bagi generasi muda ternyata belum sepenuhnya bisa menguasai bahasa Inggris. Alasannya bisa karena tidak penting atau memang sulit. 

Faktor tidak penting karena mereka mengganggap dalam kehidupan sehari-hari tidak bersinggungan dengan bahasa inggris, jadi untuk apa mempelajari lebih dalam. Mau bicara dengan siapa? Kira-kira itulah yang mendasari seseorang enggan mempelajari bahasa Inggris secara intens.

Faktor kedua adalah karena tidak mudah mempelajari bahasa Inggris. 

Di antara lulusan perguruan tinggi, tidak sampai separuh yang mahir berbahasa Inggris, kecuali karena mereka memang menempuh pendidikan bahasa Inggris atau mengikuti kursus dan mempelajari secara otodidak. Jika tidak melalui cara itu sepertinya amat sulit bisa menemukan sarjana yang bisa berbahasa asing ini. 

Belum lagi lingkungan yang memang belum mendukung digiatkannya berbahasa Inggris. Mau tidak mau meskipun awalnya sudah mahir berbahasa inggris, karena pergaulan yang tidak sepaham maka bahasa Inggrispun akan terlupakan.

Beda jauh dengan Malaysia yang memang menempatkan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua setelah bahasa melayu. Sedangkan Indonesia, justru banyak bergelut dengan bahasa daerah yang notabene semakin memperberat beban pengetahuan bahasa yang mesti dikuasai. 

Meskipun bahasa daerah juga penting sebagai khasanah kebudayaan kita, tapi jangan pula melupakan bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, atau bahasa lain yang jelas-jelas sangat penting dalam komunikasi internasional.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun