Mohon tunggu...
Malca Putri
Malca Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa jurusan Teknik Industri di Universitas Airlangga.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Smart Cities dan Tradisi Tiongkok: Membangun Masa Depan dengan Akar Budaya

25 Mei 2025   09:00 Diperbarui: 25 Mei 2025   08:15 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan perkotaan futuristik di Kota Chongqing, Republik Rakyat Tiongkok. (Sumber: CGTN)

Tiongkok terus melaju cepat dalam teknologi dan pembangunan kota cerdas. Pemerintah mengimplementasikan teknologi seperti Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan (AI). Mereka fokus meningkatkan kualitas hidup warga. Kota-kota besar seperti Beijing dan Shanghai menjadi pionir Smart City modern.

Namun, Tiongkok tidak melupakan akar budaya tradisional yang telah membentuk identitasnya selama ribuan tahun. Pelestarian budaya menjadi bagian penting pembangunan kota cerdas. Pemerintah dan komunitas mengadopsi teknologi untuk mendigitalisasi situs sejarah dan karya seni tradisional.

Teknologi Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) memudahkan masyarakat menjelajahi warisan budaya secara interaktif (Wang & Liu, 2022). Selain itu, arsitektur kota kini menggabungkan unsur tradisional dan ramah lingkungan. Ini menciptakan harmoni antara modernitas dan nilai budaya.

Integrasi Teknologi dan Budaya dalam Smart Cities

Ketika teknologi hidup berdampingan dengan budaya. (Sumber: BBC Bitesize)
Ketika teknologi hidup berdampingan dengan budaya. (Sumber: BBC Bitesize)
Tiongkok memanfaatkan platform digital untuk edukasi budaya tradisional. Melalui aplikasi dan situs pembelajaran online, masyarakat mengakses materi seni dan filosofi Konfusianisme dengan mudah (Yang & Sun, 2023). Pemerintah juga melanjutkan program pelibatan publik untuk menjaga tradisi tetap hidup.
Inovasi ini membantu menjembatani kesenjangan generasi. Nilai budaya tetap relevan di era digital. Meski tantangan muncul, seperti perbedaan pemahaman antara generasi muda dan tua, serta risiko komersialisasi budaya, Tiongkok tetap optimistis.

Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta menguatkan upaya pelestarian budaya melalui teknologi (Xu & He, 2022). Model ini menginspirasi negara lain untuk membangun Smart City yang inklusif dan berkelanjutan.

Kesimpulannya, Smart City di Tiongkok bukan hanya soal teknologi. Penggabungan inovasi teknologi dan tradisi membuka jalan masa depan maju dan berakar budaya.

Referensi

Wang, J., & Liu, X. (2022). The Role of Digitalization in Preserving Traditional Chinese Arts. International Journal of Cultural Heritage, 18(4), 123-138.
•Yang, F., & Sun, M. (2023). Public Engagement in Cultural Heritage Preservation through Digital Platforms. Journal of Cultural Management, 15(3), 200-215.
•Xu, D., & He, Y. (2022). Challenges and Opportunities in Integrating Tradition with Modern Urban Development in China. Asian Urban Development Journal, 9(2), 50-65.

Penulis: Malca Putri Tabina - Teknik Industri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun