"Ayo Kopasman. Kenapa kau tak mau keluar? Kau sudah bosan hidup ya," kali ini nada suaranya meninggi. Sepertinya Caca sudah tak sabar lagi. Ia maki-maki Kopasman sekehendak hati. Hingga tiba-tiba satu hembusan dahsyat meghempas jendela dengan sangat kencang hingga Caca terpental ke dinding kamar. Caca sangat terkejut. Kini kepalanya terasa pening. Ia lihat benda-benda di kamarnya beterbangan, dan dinding-dinding kamar bergerak menyempit seakan mau menjepitnya.
Caca tak kuat lagi menahan tangis. Lama-lama tangisannya semakin keras. Terkadang diselingi teriakan, makian, hujatan dan sumpah serapah. Ia sadar, tak ada Kopasman, tak ada pahlawan itu. Selama ini dialah yang selalu menuntaskan tugas-tugas kuliahnya dengan menjiplak karya-karya tulis orang lain, meng-copy paste hasil pekerjaan teman-temannya. Dan mengapa di penghujung masanya, hal itu menjadi begitu berat.
***