Mengapa Menulis?

Saya belajar menulis tentu saja karena saya ingin menjadi penulis. Lebih jauh lagi, saya ingin menulis buku, mencetak dan mempublikasinya. Semakin kesini, menulis semakin membantu saya menemukan diri dalam versi aslinya. Menulis kemudian menjadi sarana saya mengenal dan memahami keinginan diri, mencerna pikiran saya sendiri, dengan menulis saya tidak lagi berupaya menjadi lebih baik dari orang lain, saya tidak lagi emerlukan validasi orang lain.

Untuk mewujudkan cita menjadi penulis sebenarnya banyak upaya yang telah saya lakukan. Bahkan jika boleh jujur sudah saya lakukan sejak kecil. Sejak saya duduk di bangku Sekolah Dasar. Upaya-upaya tersebut diantaranya:

• Menulis Diary

Sejak kecil saya membiasakan diri menulis diary. Pengalaman apapun selalu saya tuliskan di buku diary. Mulai dari perundungan yang dilakukan kakak tingkat ketika saya kelas 1 SD, dimana rambut saya yang dikucir dua ditarik-tarik seperti kambing, juga ejekan yang pernah saya terima, seperti nyo'-nyo'-nyo', rambut kelinci, dll. Saya juga menuliskan pengalaman saya ketika berhasil menjadi juara kelas, ketika saya ketahuan menyontek saat Ulangan Harian (UH), dan ketika saya jatuh hati kepada teman sekelas.

• Membaca Buku

Banyak membaca juga menjadi bagian dari upaya saya menjadi penulis. Membaca membantu saya memperkaya imajinasi. Selain menambah banyak kosa kata baru, melalui membaca saya menemukan banyak sudut pandang berbeda dari banyak penulis buku seperti Valerie Patkar, Bapak Pramoedya Ananta Toer, Dian Purnomo, dan Dr. Asmaran As., M.A. Menurut Simamora, dkk (2024), semakin sering membaca akan semakin memudahkan kita dalam menulis. Saya setuju dengan pendapat ini. Dari banyak novel yang saya baca, membantu saya membuka cakrawala pikiran yang sebelumnya terkungkung dan hanya berorientasi pada benar dan salah.

• Journaling

Saya belum lama mengenal istilah journaling, kurang lebih masih berjalan satu tahun terakhir. Awalnya saya hanya menuliskan urutan aktivitas mulai dari bangun tidur hingga saat saya menulis jurnal, namun seiring waktu tulisan jurnal saya bervariasi. Saya menuliskan berbagai informasi yang berhasil saya rekam dan saya pahami setelah membaca. Membaca apa saja, baik membaca buku non fiksi, novel, caption postingan di Instagram. Saya juga menuliskan hasil review konten di Youtube. Menurut Scott (2023), Menulis jurnal membantu mengeksplorasi pikiran dan perasaan terkait peristiwa dalam hidup kita, terlebih jika dilakukan  secara konsisten. Hampir setiap hari saya menulis jurnal, biasanya sekitar pukul 08.00-09.00 di Sekolah tepatnya di Ruang Guru.

• Mengikuti kelas menulis "Mindful Writing"

Jujur saja, ini pengalaman pertama saya berhasil mendaftar dan bergabung di kelas menulis. Sebelumnya saya juga pernah mendaftar di kelas menulis, tetapi saat akan membayar biaya kelas via transfer, kuota pendaftarannya ditutup. Ya, peserta kelas menulis tersebut dibatasi hanya untuk 50 orang peserta. Saya berkomitmen bahwa saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Saya tahu jika komitmen saja tidak cukup. Saya harus disiplin dan konsisten mengikuti semua rentetan kegiatan dalam kelas ini. Bukan hanya mendaftar dan mengumpulkan pernyataan komitmen tetapi juga menyelesaikan setiap PR yang diberikan dengan hasil maksimal. Sangat disayangkan saya tidak bisa mengikuti zoom meeting kedua yang dilaksanakan Sabtu 13 September 2025. Saya berharap PR Pengganti ini tidak mengurangi nilai konsistensi saya dalam mengikuti kelas Mindful Writing ini.

Referensi

Simamora, E. P., Pardede, N. C., & Harahap, S. H. 2024. Peran Keterampilan Membaca dalam Membentuk Keterampilan Menulis. Indonesian Journal of Education and Development Research, 2(1), 385-394.

Scott, E. 2023. Why You Should Keep  A Stress Relief Journal. (online). https://www.verywellmind.com/the-benefits-of-journaling-for-stress-management-3144611.

Diakses 14 September 2025.