Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dilemma AS dalam Mengeleminasi ISIS (3)

14 Juni 2015   15:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:03 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lahirnya ISIS menurut Analis dan Pengamat

Perang Irak pada tahun 2003, menyebabkan keseimbangan politik dalam negeri Irak terganggu dan menyebabkan kerusuhan dalam negeri. Pada tahun 2011, AS terlalu keburu-buru menarik pasukan dari Irak, dan menggunakan “Calor Revolution” dalam upaya untuk menggulingkan pemerintahan Syria, sehingga memberi kesempatan bagi ISIS untuk dapat melakukan pemberontak militer yang tiba-tiba.

Maka dapat dikatakan bahwa ISIS adalah produk dari kekacauan di Timur Tengah, dan AS yang harus disalahkan. Jadi seharusnya AS harus bisa membereskan kekacauan ini. Selain itu, dari pengalaman di Irak dan Afganistan militer AS mendapat pelajaran untuk tidak lagi mudah untuk terjun langsung di medan perang Timteng lagi. Tapi tanpa pasukan darat, dan hanya mengandalkan serangan udara saja akan tidak cukup untuk menangani ISIS. Demikian pendapat para pengamat dan analis militer untuk Timteng.

ISIS Menjadi Isu Kampanye Politik di Pemilu AS

Dengan berkembangnya kekuatan ISIS, dan direbutnya kota Ramadi. Isu ini menjadi isu kampanye menjelang pemilu di AS, menjadi bahan “pertempuran” antara Republiken dan Demokrat di AS. “Fox News” di AS melaporkan dengan jatuhnya Ramadi Obama menjadi sasaran serangan Republiken.

Adik mantan Bush yang mantan gubernur Florida, yang juga dari republiken ikut menyerang Obama : “Kemarin, Ramadi telah dikuasai ISIS, ISIS tidak ada ketika saudara saya jadi presiden. Al Qaeda di Irak telah musnah ketika saudara saya jadi presiden. Ada kesalahan yang dilakukan di Irak, itu pasti, meng-stabilkan Irak dan jangan kasih kesempatan ISIS dan ISIL,  itu adalah yang harus dibangun dan dilakukan presiden.”


Republiken lain juga ikut menguntuk pemerintahan Obama, dengan mengatakan strategi melawan ISIS sudah tidak effektif. Ketua DPR AS yang dari Republiken, John Boehner mengatakan : “Pesawat presiden tidak jalan. Sudah waktunya bagi dia untuk datang dengan rencana yang lebih komprehensif untuk mengalahkan ancaman teroris.”

Mantan Menhan AS, Robert Gate bahkan lebih bersikeras, dengan mengatakan “Kita tidak memiliki strategi. Kita hanya melakukannya hari per hari, dan permasalahan Timteng terus berkelanjutan.”

Menghadapai kertikan yang gencar tersebut, dalam wawancara esklusif yang ditayangkan pada 21 Mei lalu, Presiden Obama membantah bahwa AS dan pasukan gabungan kalah perang melawan ISIS, tetapi mengakui mereka harus bekerja lebih keras untuk membantu Irak merebut kembali wilayah yang dikuasai lawan.

Meskipun Obama berjanji untuk bekerja lebih keras, tapi dia tidak berencana untuk mengubah strategi melawan ISIS. Seorang juru bicara dari Pentagon mengatakan ;”Metode yang kami gunakan untuk menyerang militan ISIS di Irak masih layak. Hilangnya Ramadi hanyalah bagian dari naik turunnya perang.”

KASTAF Gabungan Umum AS, Martin Demsey mengatakan, jatuhnya Ramadi tidak akan mengubah kebijakan AS di Irak. Strategi AS terhadap ISIS memiliki garis bawah kritis (putusan mati), yang jelas tidak akan mengirim pasukan darat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun