Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Kanal Kra Tak Kunjung Terealisasi, Tiongkok Membangun Pelabuhan Peti Kemas di Thailand

12 Desember 2021   18:26 Diperbarui: 12 Desember 2021   18:36 2764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kurangnya pemerintahan yang stabil menjadi alasan penting mengapa proyek terusan Kra ini belum juga bisa ter-realisasikan. Dan tampaknya proyek ini masih perlu waktu jangka panjang dalam realisasinya.

Kedua: Rencana penggalian Terusan Kra ini juga sangat berisiko. Menurut perkiraan, bahkan proyek 9A yang paling ekonomis dari Kanal Kra Isthmus akan menelan biaya lebih dari 63 miliar dolar AS.

Melihat kekuatan ekonomi Thailand yang terbatas maka sulit untuk menanggung dana sebesar ini. Jika diperhitungkan 50 miliar baht (sekitar US$1,4 miliar) pendapatan tol, banyak ahli khawatir bahwa dengan perkembangan teknologi yang pesat, kecepatan kapal saat ini akan bisa melaju menjadi lebih cepat dan semakin lebih cepat.

Selain itu, dengan banyaknya kapal di pulau-pulau barat Thailand akan meyebabkan kapal tidak dapat berlayar dengan cepat disini. Oleh karena itu, dibandingkan andaikata kapal berlayar melalui Kra Isthmus Canal dengan belayar melalui Selat Malaka, hanya bisa menghemat waktu tempuh paling lama sekitar 15 jam perjalanan. Artinya, keuntungan waktu dari Kra Isthmus Canal dibandingkan dengan Selat Malaka akan menjadi lebih kecil dan semakin lebih kecil kelak.

Kekuatan ekonomi Thailand terbatas, bahkan kelak setelah selesainya Terusan Kra Isthmus sekali pun, tetap tidak dapat dibandingkan dengan Singapura yang lebih maju dalam hal operasi dan manajemen pelabuhan. Oleh karena itu, proyek kanal memiliki risiko ekonomi yang sangat besar.

Ketiga: Dari sudut pandang teknologi rekayasa, Kanal Tanah Genting Kra mungkin bukan tempat terbaik untuk menggali terusan. Pemerintah Thailand mengorganisir kelompok ahli untuk melakukan demonstrasi komprehensif Terusan Tanah Genting Kra beberapa tahun yang lalu.

Akhirnya, ditetapkan empat lokasi yang cocok untuk penggalian kanal sebagai alternatif. Tanah Genting Kra hanyalah satu dari empat lokasi. Artinya, jika Thailand ingin menggali terusan yang menghubungkan Samudra Pasifik dan Hindia, tidak ada pilihan selain Tanah Genting Kra.

Di antara empat situs yang cocok untuk penggalian kanal, Tanah Genting Kra hanya sepanjang 50 kilometer, tetapi banyak pegunungan terbentang dan terlalu sulit untuk menghancurkan gunung itu, akan melibatkan terlalu banyak orang untuk dipindahkan. Kelompok ahli percaya bahwa solusi terbaik terletak di Sa Ting yang teduh di Pulau Phuket. Pembangunan kanal sepanjang 100 kilometer di Kabupaten Pa hanya akan menelan biaya US$ 30-40 miliar untuk masa pembangunan sekitar 7 hingga 10 tahun.

Kanal ini disebut "Thailand Canal/Thai Canal" oleh kelompok ahli. Andaikata "Thai Canal" selesai, juga dapat mengurangi biaya pengiriman untuk kapal yang melakukan perjalanan antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, menghemat waktu pengiriman 1 hingga 3 hari. Dibandingkan dengan biaya konstruksi yang tinggi dari Kra Isthmus, "Thailand Canal"  akan menghemat banyak uang.

Dari perspektif global, realisasi Terusan Kra Isthmus dapat menambah jalur air baru yang menghubungkan Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, serta menambah rute transportasi yang lebih cepat, nyaman dan aman untuk perdagangan di seluruh kawasan Asia-Pasifik, yang selanjutnya akan mendorong perubahan di bidang perdagangan, struktur geo-ekonomi dunia dan membuat  perdagangan global lebih lancar. 

Kerja sama perdagangan di kawasan Asia-Pasifik akan lebih mendalam dan ruang pembangunan akan lebih luas. Proyek pembangunan Terusan Tanah Genting Kra seharus tak terelakkan jika dilihat untuk kebutuhan perkembangan dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun