Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pembalasan Tersamar Iran terhadap AS Pasca-Pembunuhan Sulaimani

14 Februari 2020   15:56 Diperbarui: 15 Februari 2020   12:07 2741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.independent.co.uk/+MarketWacth.com

Sejak dibunuhnya MayJend. Iran Sulaimani, sebenarnya militer di Timteng menjadi selalu tidak bisa tenang, setiap saat selalu dalam bayangan pembalasan serangan balik rudal Iran yang presisi.

Saat pangkalan udara AS di Irak dihamtam rudal Iran, AS sesumbar tidak ada korban luka dan jiwa dari personil militernya, namun ada beberapa yang dirawat di rumah sakit Qatar, dan terakhir dikabarkan ada 64 orang korban, ini menjadi tekanan besar di dalam negeri AS.

Tapi yang jelas kekuatan anti-AS di Iran dan Timteng tidak akan membiarkan AS begitu saja. Mereka bagaimanapun baik secara terselubung yang berkaitan dengan pemerintah Iran, dan oknum yang mempunyai rasa solidaritas korp dari satuan Sulaimani akan terus membalas dendam secara keras terhadap kematian dari komandannya.

Demikian juga dengan Mahdi al-Muhandis, pemimpin milisi Syiah yang didukung Iran yang bertanggung jawab atas serangan terhadap Kedutaan Besar AS di Irak pada akhir tahun lalu, juga tewas dalam serangan udara itu, menurut media Irak.

Pembalasan Tersamar Iran
Pada 27 Januari lalu, Juru bicara pasukan AS di Afghanistan, Kolonel Sonny Leggett, mengatakan bahwa pesawat militer, Bombardier E-11A, jatuh di provinsi Ghazni dan penyelidikan tentang penyebabnya sedang berlangsung.


Tariq Ghazniwal, seorang jurnalis di daerah itu, mengatakan bahwa dia melihat pesawat yang terbakar.

Dalam percakapan di Twitter, dia mengatakan kepada The Associated Press bahwa dia melihat dua mayat dan bagian depan pesawat terbakar parah. Dia menambahkan bahwa tubuh dan ekor pesawat hampir tidak rusak. Informasinya tidak dapat diverifikasi secara independen.

Ghazniwal mengatakan lokasi kecelakaan itu sekitar 10 kilometer dari pangkalan militer AS. Taliban lokal telah dikerahkan untuk melindungi lokasi jatuhnya pesawat, katanya, dan beberapa gerilyawan lain sedang menyisir desa terdekat untuk dua orang yang mereka duga mungkin selamat dari jatuhnya pesawat itu.

Taliban menguasai sebagian besar Provinsi Ghazni dan memegang kendali penuh atas area lokal kecelakaan itu. Tempat kejadian ini dekat sebuah desa bernama Sado Khelo, di Distrik Deh Yak.

Dia juga mengatakan kecelakaan itu terjadi segera setelah pukul 13 (1 p.m) waktu setempat, tetapi warga di daerah itu tidak melaporkan suara ledakan keras. Dia tidak bisa mengatakan apakah pesawat itu ditembak jatuh atau kecelakaan.

Bombardier E-11A ini adalah pesawat pengintai elektronik AU- AS. Pesawat yang jatuh menunjukkan sebuah pesawat bertanda AU-AS yang mirip dengan pesawat pengintai E-11A lainnya yang difoto oleh para penggemar penerbangan. Nomor registrasi yang terlihat di pesawat juga tampak cocok dengan pesawat itu.

Yang disebut Battlefield Airborne Communications Node dapat dilakukan pada pesawat tanpa awak atau awak seperti E-11A. Ini digunakan oleh militer AS untuk memperluas jangkauan sinyal radio dan dapat digunakan untuk mengubah output dari satu perangkat ke perangkat lainnya, seperti menghubungkan radio ke telepon.

Atau dengan bahasa sehari-hari oleh militer AS disebut sebagai "Wi-Fi di langit," sistem BACN (The Battlefield Airborne Communications Node) digunakan di daerah-daerah yang komunikasi sulit, meningkatkan sinyal di atas hambatan seperti gunung. Sistem ini biasa digunakan di Afghanistan.

Pesawat itu adalah bagian dari Skuadron Tempur Elektronik Ekspedisi 430 dari pangkalan udara Kandahar di Afghanistan, kata Newsweek.

Dari 6 personil satuan elit Navy Seal AS dalam pesawat hanya ditemukan 2 mayat di lokasi jatuhnya pesawat ini.

Perlu diketahui E-11A ini merupakan modifikasi dari pesawat bisnis Bombardier buatan Kanada, ukurannya besar tetapi kecepatannya tidak cepat, termasuk target yang mudah ditembak jatuh seperti pesawat sipil.

Taliban Afghanistan memiliki beberapa jenis rudal pertahanan udara, termasuk rudal pertahanan udara individu Stinger yang dibantu oleh AS dan rudal pertahanan udara seri SAM dari Uni Soviet dulu.

Selama jalur penerbangan E-11A ini dikuasai sebelumnya, tidak masalah untuk menembak jatuh. Dari sini kita juga dapat melihat bahwa pasukan pemerintah Afghanistan telah sepenuhnya disusupi oleh Taliban, dan mata-mata Taliban telah dipasang di bandara.

Jika tidak, semua jenis informasi tentang pesawat militer AS tidak akan bocor. Dari sini kita juga dapat melihat bahwa Taliban telah berada dalam posisi lebih unggul dari pemerintah di Afghanistan.

Baik pemerintah Afghanistan dan militer AS tidak populer. Selain itu, helikopter penyelamat AS yang akan melakukan evakuasi awak E-11 A ini juga ditembak jatuh.

Dapat dilihat bahwa taktik organik Taliban sudah berjalan lancar, dan tentara AS sudah hampir terkalahkan. Sekarang tingkat rasa malunya sebanding dengan tentara Soviet yang jatuh ke dalam perang rakyat.

Menurut laporan media AS dalam pesawat yang jatuh tersebut ada 6 awak, empat dari enam anggota awak tewas di tempat, sedang 2 awak lain tidak tahu kemana rimbanya.

Menurut berita, kelompok bersenjata yang pertama kali tiba di lokasi kecelakaan bertempur dengan sengit dengan bala bantuan militer A.S. Beberapa sumber menunjukkan bahwa orang-orang bersenjata yang bertempur dengan sengit dengan tim evakuasi AD-AS termasuk pasukan khusus Iran. Siapakah kiranya awak yang ada di pesawat yang diperebutkan?


Memperebutkan Tubuh Korban Kepala CIA Untuk Misi Di Iran

Sumber: www.independent.co.uk
Sumber: www.independent.co.uk

Media AS berikutnya yang mengklaim memiliki info intelijen di dalam terus menindaklanjuti laporan bahwa pesawat E-11A yang ditembak jatuh membawa Michael D'Andrea, Komando Tertinggi CIA di Timur Tengah.

Ditenggarai Michael D'Andrea pengumpul info dan mengatur intelijen yang dibutuhkan oleh Pasukan Khusus AS "Delta Force" untuk membunuh pemimpin ISIS Baghdadi tahun lalu, yang lebih penting adalah bahwa media AS yakin bahwa terbunuhnya Suleimani, seorang pejabat senior Pengawal Revolusi Iran yang baru saja diserang oleh militer AS di Irak, juga berkat info-info intelijen dari Michael D'Andrea.

Tidak jelas apakah Michael D'Andrea tewas atau tidak dalam kecelakaan itu. Michael D'Andrea tidak ditemukan dalam dua mayat yang ditemukan oleh militer AS di tempat kejadian.

Sementara entitas yang tersisa hilang, pada awalnya diduga bahwa orang-orang bersenjata yang telah tiba di tempat kejadian lebih awal dari militer AS yang sedianya akan mengevakuasinya.

Menurut media AS, satuan AS yang akan mengevakuasi korban di hadang sekelompok kecil pasukan Taliban untuk menghambat tibanya mereka ke tempat kejadian, dan di antara pasukan Taliban telah disusupi pasukan khusus Iran, sehingga terjadilah tembak menembak sengit, tidak diketahui korban dari kedua belah pihak.

Menurut "Marican Herald Tribune" Pasukan AS terhambat oleh cuaca dan tembakan Taliban untuk mencapai lokasi kecelakaan selama lebih dari 24 jam, dan kurangnya segala jenis komentar definitif dari Washington memberikan cerita yang kuat. Mengingat kekosongan berita pada cerita tersebut, akun Iran mengambil alih berita di seluruh Timur Tengah, dan memasukkan foto-foto yang diduga diambil dari pesawat yang jatuh dan mayat-mayat yang terbakar. Media Rusia juga menampilkan cerita tersebut dan akhirnya dilaporkan, meskipun dengan beberapa keraguan editorial, oleh Independent dan Daily Mail di Inggris.

Pentagon akhirnya mengeluarkan laporan singkat bahwa kecelakaan itu tampaknya tidak disengaja, mungkin karena cuaca, dan menyatakan kemudian bahwa pilot dan co-pilot, keduanya perwira AU-AS tewas. Pernyataan kepada media tidak secara eksplisit mengatakan apakah ada orang lain di dalam pesawat, yang mampu membawa awak dan penumpang tambahan.

CIA menolak berkomentar selama empat puluh delapan jam setelah kecelakaan itu, Pentagon mengeluarkan pernyataan kedua yang membenarkan bahwa kedua awak pesawat itu adalah Letnan Kolonel Paul K. Voss, 46, dari Yigo, Guam; dan Kapten Ryan S. Phaneuf, 30, dari Hudson, New Hampshire.

Media arus utama di AS dengan patuh memutar ulang versi pemerintah tentang apa yang telah terjadi, tetapi itu tidak menghentikan gelombang spekulasi mengenai kemungkinan ada yang ditutup-tutupi.

Beberapa beralasan bahwa Iran, yang bekerja sama dengan Taliban melawan pasukan AS, tampaknya berada di atas cerita pertama, menunjukkan bahwa mereka mungkin tahu apa yang terjadi secara real time karena mereka berada dalam lingkaran dengan unit bersenjata Taliban yang mungkin telah menembak jatuh pesawat menggunakan peluncur rudal anti-pesawat portabel buatan Rusia.

Bahkan dikabarkan Iran bekerjasama dengan kelompok anti-AS Taliban sengaja menembak jatuh E-11A ini karena mengincar Michael D'Andrea yang ikut dalam penerbangan ini. Ini yang menjadi alasan mengapa mereka berebut untuk mengambil awak yang kemungkinan selamat atau tewas.

Media AS berspekulasi bahwa pasukan khusus Iran kemungkinan besar ingin mengkonfirmasi apakah Michael De'Andrea sudah tewas atau masih hidup.

Dan empat mayat yang hilang kemungkinan besar termasuk Michael D'Andrea, dan pasukan khusus Iran kemungkinan besar telah membawa pergi sebagai bukti mereka telah menyelesaikan misi.

Banyak yang mengikuti cerita itu cenderung percaya bahwa akun yang diedarkan oleh Iran dan outlet media lainnya karena AS memiliki rekam jejak baru-baru ini tentang kebohongan tentang hampir semua hal, termasuk rincian "ancaman yang akan terjadi" tentang pembunuhan terakhirnya terhadap Mayor Jenderal Iran dan Komandan Pasukan Quds Qassem Soleimani. AS juga berbohong ketika mengklaim bahwa tidak ada korban di antara pasukan AS setelah Iran menyerang balik dua pangkalan di Irak dan banyak pengamat dengan cepat mencatat bahwa AS memiliki sebagai Chief Executivenya seorang pria yang menyebut wartawan sebagai "musuh dari" orang-orang "dan yang terus-menerus mengklaim bahwa ada banyak sekali" berita palsu ".

Jadi, kebohongan lain oleh Pentagon dalam melaporkan upaya yang mungkin dengan berhasilnya terbubunuhnya seorang perwira CIA. Hampir semua orang percaya meskipun tidak berarti bahwa akun Iran itu benar atau akurat dalam semua detail.

Namun Iran akan memiliki banyak motif untuk menciptakan kebingungan tentang AS dengan apa yang dilakukannya di Afghanistan, terutama jika implikasinya adalah bahwa Afghanistan digunakan sebagai landasan untuk mengacaukan atau bahkan menyerang Iran, sedangkan Iran dengan Kabul tidak dalam keadaan berperang.

Gedung Putih dan Agen-agennya tidak membenarkan atau membantah bahwa Kepala CIA Pusat Misi Iran Michael D'Andrea masih hidup. Dia memiliki sejarah yang menarik. Bahkan orang sekitarnya banyak yang tidak tahu nama aslinya.

Tapi kenyataanya nama itu muncul ketika dikatakan dalam penyamaran, karena media AS melakukan investigasi tentang mantan kepala Kontra-terorisme CIA diangkat ke posisinya saat ini oleh Mike Pompeo pada Juni 2017.

"The New York Times" melaporkan bahwa penampilannya di tempat kejadian akan berarti garis yang jauh lebih keras dalam menentang Iran pada bagian dari pemerintahan Trump.

Di dalam CIA, D'Andrea dilaporkan disebut sebagai Dark Prince atau Ayatollah Mike, nama panggilan yang diperolehnya saat memimpin pencarian Osama bin Laden dan juga ketika diarahkan serangan drone terhadap target al-Qaeda di Afghanistan, Pakistan, Suriah, Yaman dan Irak.

Sebagai seorang perokok berat dan masuk Islam D'Andrea bukan seorang agen konvensional yang duduk dibelakang meja di kantor Kedubes daripada di helikopter, dia seorang pecandu kerja dengan gaya abrasif, dilaporkan sangat sulit bekerjasama dengan dia dan tidak populer.

Sebagai mantan kepala Counter Terrorism Center CIA, dia diangkat ke posisinya saat ini sebagai Direktur Agensi oleh Mike Pompeo pada Juni 2017. "The New York Times" melaporkan bahwa penampilannya di tempat kejadian akan berarti garis keras yang jauh lebih sulit dalam menentang Iran pada pemerintahan Trump.

Iran- AS Saling Tidak Berani Berperang

Meskipun Iran telah dengan "gila' membalas dengan meluncurkan belasan rudal ke pangkalan militer AS, namun Trump menyatakan tidak ada korban dari serangan itu.

Tampaknya kedua negara ini AS- Iran akan terus memainkan permainan mereka sendiri-sendiri di tahun-tahun mendatang, dan ketegangan akan terus menghangat. Hanya saja selama kedua belah pihak tidak berusaha berperang dan mempertahankan situasi seperti saat ini masih bagus.

Situasi ini bisa bertahan terutama karena kedua negara tidak mampu menanggung akibat dari perang.

Iran saat ini tidak dapat mengambil inisiatif untuk menyerang pangkalan militer AS yang ada di Timteng dan di luar negeri, karena tidak memiliki kekuatan cukup dan modal untuk itu.

Akan banyak alasan kedua negara tidak mau berperang, AS juga tampaknya juga tidak ingin terlalu terjerat dengan masalah Iran.

Jika AS benar-benar menyerang Iran, situasi perang pasti tidak akan seperti yang dikatakan Trump bahwa Iran dapat dengan mudah dihancurkan dengan hanya mengandalkan serangan pasukan darat dengan cepat.

Secara teori, perang dengan Iran akan lebih rumit dan mengerikan daripada perang dengan Irak sebelumnya. Perlu diketahui wilayah Iran lebih luas 4 kali daripada Irak dan topografinya berupa bukit-bukuit dan pengunungan.

Jika tentara AS masuk wilayah Iran, maka akan mengalami banyak kesulitan dan kemungkinan mendapat berbagai serang-serangan mendadak. Penting diketahui lingkungan geografis yang kompleks ini paling cocok untuk pertahanan dan melakukan sejumlah besar penyergapan bersenjata. Bahkan meskipun angkatan bersenjata AS yang hebat dan sangat baik diperkirakan sulit untuk melindungi diri terhadap serangan penyelinap Iran.

Selain itu kekalahan Irak terhadap AS di masa lalu disebabkan banyak melakukan kesalahan, dan Iran paham bagaimana Irak gagal dalam mempertanankan diri, dan tentu saja Iran tidak akan melakukan kesalahan-kesalahan sama seperti yang telah dilakukan Irak.

Balas Dendam Iran Tersamar

Kini tampaknya Iran melancarkan perang asimetris dan tak setara ini akan memancing AS untuk melakukan serangan kilat, namun jika serangan kilat mengalami kegagalan, maka akan menyeret AS dalam kubangan lumpur perang yang membuat AS menderita. Tampaknya ini yang menjadi pertimbangan berat AS.

Seperti yang telah disebut di atas pada 27 Januari pesawat AS E-11A ditembak jatuh di daerah yang dikuasai Taliban di Afganistan, dan di antara awaknya terdapat agen penting CIA Michael D'Andrea. Saat helikopter AS untuk melakukan evakuasi pada 28 Januari mengalami serangan dan hadangan dari pasukan Taliban, diberitakan setidaknya 7 orang tewas.

Sumber: romancatholikimperialist.com
Sumber: romancatholikimperialist.com
Pada 29 Januari menurut media, satu pesawat AU-AS pesawat angkut Spartan C-27J dan ada empat orang di dalamnya jatuh secara tak terduga di provinsi Anbar, Irak.

Keempat pasukan khusus dalam pesawat tewas. Kecelakaan-kecelakaan ini menewaskan sedikitnya 20 pasukan AS, yang merupakan hari paling gelap bagi militer AS dalam beberapa tahun terakhir.

Media Arab saat ini menyebarkan informasi ini dari Iran, Irak, Lebanon, serta satu outlet media Rusia.

Menurut Avia.pro Rusia "Di provinsi Anbar, Irak, yang terletak di perbatasan dengan Suriah. Dalam keadaan misterius sebuah pesawat angkut militer AS jatuh. Empat orang berada di dalam pesawat angkut - semuanya meninggal, sementara sejumlah sumber menunjukkan fakta bahwa, pada kenyataannya, pesawat AS jatuh setelah beberapa peluru menabrak instalasi anti-pesawat Kataib Hezbollah, yang sebelumnya menyatakan perburuan untuk militer AS".

Menurut kabar pesawat C27J AS ini melakukan misi rahasia, kemungkinan besar untuk melakukan misi pembunuhan atau pengintaian. Sasarannya mungkin pemimpin milisi Irak, atau seperti Suleimani berikutnya.

Tetapi tindakan militer AS jelas sudah di bawah kendali dan sudah diketahui (sudah masuk radar Iran), sehingga milisi Syiah di Irak menembakkan rudal pertahanan udara dan menghancurkannya, untuk mencegah ancaman terhadap dirinya sendiri.

Di balik peristiwa ketiga ini kemungkinan adalah Iran dibelakangnya dengan tujuan untuk membalas dendam. AS membunuh Sulaemani maka Iran membuuh agen CIA tertinggi untuk Timteng.

Mengingat situasi saat ini, fokus strategis AS telah bergeser ke kawasan Asia-Pasifik, dan tidak mungkin untuk meluncurkan perang Timur Tengah.

Dalam menghadapi serangan balasan Iran yang terus-menerus, tampaknya tidak mungkin untuk melakukan pembalasan berskala lebih besar. AS hanya dapat mematahkan giginya sendiri dan menelannya. Maka dari itu AS jika dapat menyembunyikan korban, dicobalah untuk menyembunyikannya.

Maka itulah megapa ketika pada 8 Januari Iran secara dramatis menyerang dengan rudal balistik ke pangkalan militer AS Ain al-Assad di Irak, laporan awal, yang dikutip oleh Presiden Donald Trump, mengindikasikan tidak ada korban dari serangan rudal ini, yang diluncurkan sebagai balasan atas serangan pesawat tak berawak A.S. yang menewaskan Mayjen Iran Qassem Suleimani.

Tapi seminggu kemudian, Pentagon mengakui 11 tentara sedang dirawat karena cedera otak traumatis. Pada 31 Januari, jumlahnya meningkat menjadi 64. Pada hari Senin, 109 tentara telah didiagnosis menderita cedera otak traumatis ringan, dan 76 di antaranya telah kembali bertugas.

"Departemen Pertahanan (AS) selalu gigih dalam upayanya untuk memberikan program dan layanan yang dimaksudkan untuk memberikan hasil terbaik bagi anggota layanan kami," kata Alyssa Farah, sekretaris pers Pentagon.

Jumlah itu akan bertambah, jika lebih banyak pasukan menunjukkan gejala itu, menurut pernyataan Pentagon.

Reuters pertama kali melaporkan bahwa lebih dari 100 tentara telah didiagnosis menderita cedera otak traumatis.

Ain al-Assad terletak sekitar 150 km sebelah barat Baghdad dan menampung sekitar 1.500 tentara AS dan koalisi pada saat serangan.

Gejala-gejala cedera otak traumatis tidak selalu jelas. Sakit kepala, pusing, kehilangan ingatan, dan kelelahan dapat bermanifestasi beberapa hari atau minggu setelah kejadian. Ledakan menghasilkan perubahan tekanan udara yang dapat merusak otak, dan semakin dekat pasukan ke ledakan, semakin rentan mereka kena geger otak traumatis.

Trump dikritik oleh organisasi veteran karena mengecilkan arti penting cedera otak traumatis.

Irak yang telah menjadi negara dan idak mempunyai diplomasi, meskipun parlemen Irak telah meluluskan resolusi pengursiran pasukan AS, tapi AS tidak menggubrisnya.

Asisten Menteri Pertahanan AS Jonathan Russ Huffman bahkan sebelumnya mengatakan kepada wartawan pada konferensi pers: "Meskipun resolusi Irak mengisyaratkan fakta yang berlawanan, resolusi Irak tampaknya disebabkan oleh kehadiran pasukan AS untuk kepentingan rakyat."

Dalam hal ini, AS tidak hanya mengumumkan bahwa mereka tidak akan mundur dari Irak, tetapi juga membalas tindakan terhadap Irak karena mereka membahayakan kepentingan AS.

Irak sekarang dikendalikan oleh Syiah, dan para pemimpin ini jelas memiliki hubungan dekat dengan Iran di pusat-pusat Syiah.

Di antara mereka adalah beberapa pasukan bersenjata Syiah Irak. Dalam operasi pembunuhan yang diluncurkan oleh CIA, selain Jenderal Iran Suleimani, tokoh inti lainnya adalah komandan organisasi bersenjata Syiah Irak, Abu Mahdi al-Muhandis pemimpin milisi Syiah yang didukung Iran yang bertanggung jawab atas serangan terhadap Kedutaan Besar AS di Irak, juga tewas dalam serangan udara itu, menurut media pemerintah Irak. Seorang pejabat senior Pentagon mengatakan kepada Newsweek bahwa al-Muhandis dan Soleimani sudah terbunuh.

Oleh karena itu, selain membuat marah Iran dan menjengkelkan Irak, tapi insiden ini membatasi Irak karena kemampuannya tidak dapat melancarkan serangan rudal ke pangkalan militer AS seperti Iran. Namun seperti pepatah mengatakan, kelinci akan menggigit ketika sedang panik dan kpepet, sehingga resolusi untuk mengusir AS terjadi.

Kedubes AS terkena roket, ini tampaknya melanggar garis merah AS. Karena itu, AS memutuskan untuk memberi warna tau pelajaran pada Irak untuk menunjukkan kekuatannya agar tidak dianggapnya sebagai kucing yang sakit.

Maka AS kini tidak menunjukkan belas kasih pada Irak, hal pertama dengan ditrapkannya kebijakan embargo senjata.

Terkahir AS mengirim senjata ke Irak pada Nopember 2019, sejak terjadi demontrasi anti-AS di Irak dan bahkan terjadi pengepungan Kedubes AS di Irak, sejak itu AS tidak pernah lagi mengirim senjata ke Irak.

Juru bicara AU-AS menyatakan bahwa tindakan ini untuk mencegah senjatanya digunakan untuk menyerang pasukan AS di masa depan.

Menurut situs "Internal Defense" AS, militer AS sekarang telah mengurangi bantuan militernya ke Irak. Dan itu untuk semakin melemahkan kemampuan tempur udara jet tempur F-16 Irak untuk mencegah Irak memiliki dominasi udara dan menghalangi AS dan operasi militer Israel di wilayah udara Irak.

Tetapi senjata-senjata ini akan berada di bawah kendali langsung militer AS untuk melawan serangan rudal balistik Iran.

Jika Irak terus mendekati Iran dan bahkan membentuk aliansi militer-politik de facto, maka AS akan mengambil langkah-langkah yang lebih radikal.

Menurut AD-AS, ada pandangan di dalam militer AS bahwa Irak harus dibelah menjadi dua negara dalam keadaan darurat, satu adalah daerah yang dikuasai Syiah dan yang lainnya adalah daerah yang dikuasai Kurdistan yang pro-AS untuk mencegah Irak menjadi terkendalian oleh Iran. Dan hal ini untuk memastikan bahwa AS tidak terkalahkan di Timur Tengah.

Tapi meskipun AS tidak akan menarik pasukan dari Irak, tapi selama tidak berani melawan Iran, mereka akan selalu menghadapi gangguan dari angkatan bersenjata Syiah, dan mereka tidak akan tenang.

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

Business Insider, Time 1, Time 2, AH Tribune, Independent, USA Today, Roman Catholic Imperialist

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun