Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jalur Sutra Maritim Zaman Kuno 2

12 November 2016   11:43 Diperbarui: 12 November 2016   14:57 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut sejarawan, sutra kuno dan barang-barang lainnya dari Tiongkok juga populer di tempat-tempat lain seperti Kekaisaran Romawi. Barang-barang ini juga digemari oleh orang-orang disana, sehingga pedagang-pedagang ini tidak pernah mau berhenti untuk melakukan perdagangan langsung dengan mereka di Timur.

Pada paruh pertengahan abad ke-18, kapal-kapal dagang Eropa sering berlayar antara Eropa Utara dan Guangzhou, Tiongkok.

Diatas ini adalah kapal transportasi laut terkenal Swedia yang terbesar dari East India Company saat itu. Menurut catatan antara tahun 1739-1745 hanya beberapa tahun saja, Gothenborg telah melakukan pelayaran tiga kali pulang pergi dari Swedia dan Tiongkok. Catatan kapal (manifes) ini masih tersimpan sampai hari ini, yang tercatat jumlah barang yang dibawah kembali ke Swedia dari Tiongkok, itu terdapat 2.677 peti barang berupa, sutra 19 peti, rempah-rempah 11,4 ton dan yang mencengankan memuat 100 ton porselen Tiongkok.

Setiap kali Gotthenborg kembali berlabuh, seluruh Eropa akan menjadi sibuk. Barang-barang diatas kapal akan terjual habis dalam beberapa hari saja. Pada periode ini, para bangsawan Eropa dan bangsawan yang datang dari seluruh benua Eropa untuk datang ke balai lelang mengikuti lelang dari Swedish East India Company untuk porselen-porselen Tiongkok yang menjadi kegemaran mereka. Dengan demikian, aturan lelang Swedia kuno terbentuk secara bertahap di balai lelang ini.

Menurut catatan sejarah, dari tahun ke-15 hingga tahun ke-20 dalam 5 tahun pada masa kerajaan Qianlong Dinasti Qing, kira-kira ada 11 juta buah porselen Tiongkok yang telah dikapalkan ke Swedia dari Guangzhou, Tiongkok.

Selain Swedish East India Company, banyak perusahaan lain juga terlibat dalam perdagangn porselen Tiongkok. Jika dijumlahkan dengan porselen yang diekspor ke Eropa oleh perusahaan negara-negara lain  dan pedagang dari Tiongkok sendiri, jumlahnya akan lebih besar tak terbayangkan. Ada beberapa ahli sejarah yang menduga jumlah porselen Tiongkok yang diekspor dalam abad ke-17 akan menjadi angka astromi (tak terhitungkan).

Di mata orang Barat, porselen Tiongkok melambangkan kebangsawanan dan kemewahan. Pada saat diadakan perjamuan di istana, porselen biru-putih Tiongkok akan selalu ditampilkan di tempat-tempat yang paling terlihat di ruang perjamuan, sebagai cara untuk memamerkan kemewahan tuan rumah yang menjamu.

Saat itu, beberapa raja Barat mencoba beberapa cara untuk mendapatkan porselen. Dan berobsesi dengan porselen Tiongkok. Dalam rangka untuk mendapatkan porselen Tiongkok dari raja lain, bahkan menukarnya dengan satuan korp pasukan pengawal istananya sendiri.

Industri Porselen Menyebar Dari Tiongkok

Di Barat Ada beberapa orang yang tidak puas dengan terus mengimpor porselen dari Tiongkok saja. Mereka mulai untuk mencoba membuat porselen Eropa lokal mereka, dengan berulang-ulang meneliti bahan baku untuk porselen dan bahkan dengan kerang laut dijadikan tepung sebagai adonan untuk membuat porselen. Dalam waktu yang sangat lama mereka tidak tahu porselen di Tiongkok dibuat dari kaolin.

Pada periode tahun ke-12 Wanli Dinasti Ming Tiongkok, yaitu tahun 1584, kerajaan Belanda memesan 96,000 buah porselen biru-putih dari Jingdezhen-Tiongkok melalui Dutch East India Company. Setelah itu datanglah ide dari raja untuk membuat copian/tiruan dari porselen Jingdezhen ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun