Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jalur Sutra Maritim Zaman Kuno 2

12 November 2016   11:43 Diperbarui: 12 November 2016   14:57 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kedua jenis sutra mentah dari dua negara ini dipadukan melalui proporsi yang berbeda untuk memproduksi sutra dengan berbagai artikel sutra yang kualitasnya berbeda. Inovasi unik ini yang digunakan pada teknologi Thailand ini dibuat saat mewarisi metode tradisional Tiongkok.

Metode tenun leluhur sutra Thai mencerminkan asal sejarah yang mendalam antara Thai dan Tiongkok. Itu terjadi dahulu kala dimana pedagang Tiongkok yang keluar  untuk melakukan perdagangan melalui Jalur Sutra Maritim yang membawa sutra dan metode tenun sutra Tiongkok ke negara-negara lain.

Pada abad pertama SM, ketika konsul Kekaisaran Romawi –Caesar muncul di publik mengenakan gaun kemenangan, yang kini disebut gaun sutra, semua orang mengagumi dengan terkejut. Dalam beberapa tahun kemudian, gaun sutra menjadi fashion Yunani dan Romawi yang yang digandrungi dan dicari-cari oleh kaum kelas atas pada masa itu.

Pada saat itu, orang-orang Romawi tidak tahu tentang situasi kerajaan dari sutra itu berasal, sehingga mereka menyebutnya ‘China Serice’ yang berarti Kerajaan Pemproduksi Sutra.

Setelah Dinasti Han Timur, masyarakat Tiongkok terpecah. Jalur Sutra daratan sering terjadi buka tutup, yang  sangat mempengaruhi penjualan sutra.

Pada tahun ke-5 dari periode Huangwu (黄武五年) yaitu pada tahun 220 Mesehi, Qin Lun (秦论) pedagang dari negara Qin (秦) mencapai negara Wu melalui jalur laut. Ia melakukan kunjungan resmi ke Raja Wu Sun Quan (吴孙权). Mengembangkan perdagangan sutra, yang menjadikannya tujuan perdagangan penting.

Sutra dijual ke kawasan Mediterania di sebelah barat melalui jalur laut. Jalan darat menuju negara-negara Eropa telah terhubung melalui Jaur Sutra Darat ke Tiongkok ke Barat, Persia dan kemudian ke dunia Arab. Jalan darat ini telah dibuka lebih awal, karena barang ekspor utama adalah sutra pada waktu itu, ini dikarenakan Sutra relatif lebih ringan dan tidak khawatir kekeringan, dan lebih mudah diangkut melalui jalan ini.

Tapi kemudian porselen Tiongkok menjadi lebih poluler di Barat, karena porselen relatif lebih berat, jika diangkut melalui jalur laut akan lebih mudah. Akibatnya, munculnya Jalur Sutra Maritim sangat diperlukan. Banyak porselen diangkut ke Persia, dunia Barat dan Eropa melalui Jalur Sutra Maritim. Jadi dapat dikatakan Jalur Sutra Maritim yang kita sebut hari ini sebanarnya lebih cocok disebut jalur porselen, karena jalur ini lebih banyak digunakan untuk mengangkut porselen Tiongkok ke pasar luar negeri.

Pada Dinasti Tang, kain sutra menjadi sumber pajak properti pemerintah. Kain sutra umumnya digunakan untuk menjamin pendapatan kas negara. Untuk menjamin pendapatan kas negara pada tahun pertama periode Jianzhong, Kaisar Dezong dari Tang melarang perdagangan kain sutra dan berbagai jenis sutra dengan negara-negara asing.

Pada saat itu, porselen dari Changsha Tongguan Kiln (长沙铜官窑), porselen dari Yuezhou (越州), porselen mengkilap tiga warga dari desa Gong, dan porselen putih dari Xinzhou (邢州) berkembang pesat. Oleh karena itu porselen mulai menjadi produk utama untuk ekspor.

Berbeda dengan sutra, porselen berat dan rapuh, sehingga transporatsi laut lebih cocok. Akibatnya, dengan cepat porselen menjadi komoditas massal dari yang mulanya hanya sekedar sebagai oleh-oleh kecil untuk hadiah dalam jumlah kecil. Ekspor porselen menjadi sumber kemakmuran yang belum pernah terjadi sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun