Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pasca Turki Menembak Jet Tempur Rusia—Bagaimana Sikap Sekutunya & Arogansi Erdogan (3)

26 Desember 2015   12:43 Diperbarui: 26 Desember 2015   12:43 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dukungan NATO Kepada Turki Yang Tidak Penuh

Tapi Sekjen NATO  berbicara tidak jelas. Dia tidak mengatakan jenis dukungan yang mereka akan berikan, seperti mengirim tentara, senjata apa yang akan diberikan dan pertahanan jenis apa yang akan diberikan juga.

Tapi yang jelas mengirim sinyal kepada Rusia bahwa hal itu tidak harus terus maju. Bahwa hal itu akan bisa berakibat dijatuhkan beberapa langkah-langkah sanksi, atau beberapa tindakan defensif, tetapi jika mencoba menyentuh Turki, akan ada respon dan tindakan dari NATO. Pada kenyataannya ini merupakan semacam peringatan untuk Rusia, dan suatu bentuk perlindungan untuk Turki.

Diluar dari banyak pertimbangan bagi NATO untuk memberi jaminan keamanan kepada Turki yang diperlukan, tapi seberapa kuat dan jauh jaminan itu akan diberikan?

Pada 24 Nopember, Sekjen NATO yang menyatakan dukungan untuk Turki, tapi juga meminta kedua pihak untuk menahan diri.

Jens Stoltenberg Sekjen Nato mengatakan : “Saya berharap antara Angkara dan Moskow akan terus mengadakan kontak. Saya serukan untuk tetap tenang dan menurunkan ekskalasi. Diplomasi dan de-eskalasi menjadi yang terpenting untuk mengatasi situasi ini.”

Dari sini kita dapat melihat, di satu sisi NATO menyatakan mendukung terhadap Turki, dan di sisi yang lain, berusaha untuk menghindari eskalasi situasi. “Sputnik News” Rusia melaporkan  pada 26 Nopember, menurut bahan yang dirilis oleh mantan pejabat DIA, AS, pada pertemuan darurat yang diselengarakan oleh NATO, majoritas pejabat mengutuk perilaku Turki.

Tannis Skinner, dari Partai Buruh Inggris,  anggota parlemen dari parlemen Inggris mengatakan lenih terus terang bahwa Turki sedang “meniup up” untuk mendukung kelompok ekstrimis, yang mana mereka mempunyai hubungan dagang dengan “ISIS”. Mereka telah menembak jatuh sebuah jet tempur Rusia, yang juga berusaha untuk melawan “ISIL”(ISIS). Mereka membeli minyak dari “ISIL” untuk menopang dan menunjang “ISIS”. Turki juga terus mengebom Kurdi yang memerangi “ISIL”. Peperangan di Syria ini benar-benar suatu kekacauan dan sangkaraut yang luar biasa.

Bagi Erdogan musuh sejati mungkin adalah militan Kurdi di Syria, dan militer Bashar al-Assad, Syria. Sedang keberadaan “ISIS” dipandang efektif untuk melemahkan al-Assad dan kekuatan Kurdi.

Sebelum ini, sikap Turki dan Eropa jelas memiliki pandangan yang sama dalam hal untuk menggulingkan pemerintahan al-Assad. Tapi setelah serangn teroris Paris, sikap Eropa berubah.

Bagi Eropa sebelum serangan teroris Paris terjadi, Eropa mungkin tidak memiliki rasa sakit yang dalam.  Walaupun isu pengungsi ke Eropa telah sangat mempengaruhi, tapi masih lebih condong ke arah untuk memaksa al-Assad mundur.

Tapi setelah serangan teroris Paris, isu al-Assad prioritasnya lebih rendah bagi Eropa dibanding untuk memerangi terorisme, sehingga kepentingan dan poinnya perhatiannya berubah. Bagi Eropa, sangat jelas bagi “ISIS” harus membayar kembali jenis serangan ini, sedang isu untuk membahas masalah al-Assad ditempatkan kemudian. Jadi Eropa pertama ingin bersatu dengan Rusia untuk melawan “ISIS”, jadi mereka tidak senang Turki menembak jatuh jet tempur Rusia.

Pada kenyataannya, sebelum serangan teroris Paris terjadi, Erdogan masih memiliki kartu bagus untuk bermain antara Turki dan Eropa. 

Pada Oktober tahun ini, ketika menghadapi krisis pengungsi yang terus meningkat, pemimpin Eropa sepakat memulai dengan sebuah rencana operasi gabungan. Turki akan mencegah masuknya pengungsi ke Eropa, dengan imbalan Uni Eropa akan memebri Turki dukungan keuangan, hak bebas visa, dan yang lebih penting ; membuka kembali negosiasi untuk Turki bergabung dengan Uni Eropa.

Tidak lama setelah keputusan ini. Kanselir Jerman Angela Merkel berubah sikap menentang Turki bergabung dengan Uni Eropa, dan bahkan secara terbuka menyatakan hal ini masih menjadi “masalah terbuka” (belum dipastikan). Setelah terjadi serangan teroris Paris, Erdogan terpaksa harus  menerima prospek strategis yang sama sekali berbeda.

Pada akhir September, saat intervensi militer Rusia di Syria, Turki memperingatkan Rusia untuk tidak menginvasi wilayah udaranya, dan menembak jatuh apa yang dianggap drone Rusia pada pertengah Oktober, tapi hal ini tidak menyebabkan keinginan Rusia untuk membuka dialog dengan Turki.

Akibat dari insiden itu AS dan Rusia menandatangani memeorandum untuk menghindari konflik udara. Setelah itu Turki mengeluh kepada NATO dan Dewan Keamanan PBB yang melaporkan sasaran yang paling utama kontra-terorisme Rusia di syria adalah kelompok oposisi Syria. Tapi justru Eropa dan AS telah melampaui Turki dan mencapai konsensus untuk memerangi “ISIS”, serta menstabilkan situasi Syria secepat mungkin, dalam hal ini bersedia bekerjasama dengan Rusia.

Ketika itulah Turki merasa mulai secara bertahap telah di isolasi.

Kembali ketika sebelum NATO berusaha untuk membantu Turki, ada beberapa waktu pada tahun-tahun sebelumnya, selama dalam “Musim Semi Arab”, wilayah udara Turki sering diselusupi pesawat Syria, dan Turki mencoba meminta NATO untuk meningkatkan pertahanan udara. Dan NATO menempatkan beberapa rudal Patriot dari AS dan Jerman untuk membantu membela diri.

Tapi rudal pertahan udara ini masih belum terpakai sampai hari ini, dan awalnya NATO dan AS memang dengan tegas ingin menjatuhkan pemerintahan Bashar al-Assad. Saat itu untuk memperkuat pertahanan Turki memang suatu yang logis, tapi kini hal itu tidak lagi. Karena dengan munculnya Rusia diatas panggung, tidak perduli seberapa tegasnya dan besar keinginan mereka untuk mau menggulingkan pemerintah al-Assad, kini sudah menjadi mustahil.

Dan juga dengan penampilan Rusia, NATO tidak berani mendukung Turki dengan militer, karena jika mendukung Turki, sedang masalah Ukraina masih belum terpecahkan. Jadi jika itu terjadi maka Rusia dan NATO akan menghadapi perlawanan lain lagi dengan Rusia untuk masalah Turki. Baik Rusia maupun NATO sudah tidak punya kekuatan lagi, sehingga bagi NATO lebih baik diam berdiri untuk menonton permainan intrik antara Rusia dan Turki.

Dengan NATO sebagai beking, Turki merasa memiliki keamanan pada batas tertentu. Tetapi beberapa analis mengatakan, Erdogan memandang dukungan dari AS lebih penting. Di Syria, Turki dan AS benar-benar mempunyai kepentingan yang sama. Mereka berdua berharap pemerintah al-Assad akan jatuh.

Namun, dengan intervensi Rusia, pemerintahan Bashar al-Assad tampknya telah stabil. Hal ini sama sekali bukan sesuatu yang diinginkan Erdogan, dan jelas juga bukan apa yang diinginkan Obama.

Jadi apakah Turki menembak jatuh jet tempur Rusia atas komando AS? Dan apakah betul Erdogan dengan mengandalkan AS, sehingga benar-benar tidak takut?

Pada 24 Nopember, Presiden AS Barack Obama mengecam operasi militer Rusia di Syria, dan langsung menyatakan dukungannya kepada Turki.

Obama mengatakan:  “ Saya pikir ini menunjukkan ke masalah yang sedang berlangsung dengan operasi Rusia, dalam arti mereka beroperasi sangat dekat dengan perbatasan Turki, dan jika Rusia mengarahkan energinya ke arah Desh dan “ISIL” (“ISIS”), beberapa dari konflik atau potensi untuk suatu kesalahan atau ekskalasi cendrung bisa terjadi.” (Maksudnya karena operasi Rusia terhadap “ISIS” dekat perbatasan, sehingga potensi kesalahan dan ekskalasi konflik kemungkinan besar terjadi.)

Meskipun AS berada di pihak Turki, namun selain mengatakan “Turki memiliki hak untuk mempertahankan kedaulatannya,” tapi tidak ada rinciannya.

Sebagian analis melihat dukungan AS ini seperti enggan, dan menyatakan Turki memiliki hak untuk mempertahankan wilayah kedaulatannya, tetapi hanya itu saja. Tetapi jika kita melihat interaksi pribadi mereka apakah itu pejabat militer AS  atau pejabat senior NATO, semuanya mengakui terlepas dengan alasan apapun, bahkan jika Turki mengatakan bahwa jet tempur Rusia memasuki wilayah udara Turki dalam waktu singkat itu memang terjadi, tapi dengan akal sehat Turki seharusnya tidak harus menembak jatuh pesawat itu, sehingga kita dapat melihat dengan sangat jelas bahwa ini adalah benar-benar tak terduga.

Setelah tertembak jatuhnya jet tempur Rusia, Rusia pernah menduga insiden itu terkait dengan pesanan AS. Kecurigaan itu berdasarkan pada dua tren AS baru-baru ini di Syria,

Yang pertama, dibawah pimpinan AS , pasokan senjata kepada kelompok-kelompok anti-pemerintah di Syria meningkat dengan pesat, dan penggunaan rudal anti-tank telah digunakan lebih dari delapan kali, dibanding sebelum Rusia mulai melakukan serangan udara.

Untuk batas-batas tertentu, ini memperlambat militer Syria dalam melancarkan serangan darat dalam koordinasi dengan serangan udara Rusia. Sedang paket utama ini dilakukan oleh Turki.

Yang kedua, pada awal Nopember, AS tiba-tiba mengerahkan 12 jet tempur F-15 di bandara Turki dekat perbatasan Turki-Syria. Selama ini jet tempur AS yang dikerahkan ke Timteng hanya yang berkemampuan tempur untuk udara-ke-daratan, tapi serie F-15 ini hanya digunakan untuk pertempuran udara-ke-udara. Dalam hal ini niat untuk menekan serangan udara Rusia sangat jelas.

Beberapa analis percaya bahwa Erdogan mengerti maksud AS tanpa harus diberitahu, dan telah tegas bertindak, berharap mendapat imbalan atau balasan sebagai “pahlawan anti-Rusia”. Tapi selain dari jaminan kedaulatan Turki tidak akan terancam, AS belum memberikan janji lain apapun.

Bahkan sebaliknya, telah meminta Turki untuk tidak menyerang milisi Kurdi lagi, karena milisi ini melawan “ISIS di Syria dan Irak.

Analis melihat  sikap AS dalam sengketa antara Turki dan Rusia sangat dekat dengan negara-negara Eropa, hal ini tidak akan tergoyahkan atau bisa dipisahkan. Kini pihak luar percaya bahwa Turki bertindak agresif sepertinya telah bertindak salah.

Masalah bagaimana jika mereka meminta bantuan dan pihak yang diminta bantuan ternyata tidak mau memberi bantuan? Misalnya seperti “saat Turki menghadapi ancaman dari tumbuhnya kekuatan Kurdi dan AS terus mendukung Kurdi.”

AS Cendrung Mendukung Kurdi

Yang terjadi selama pertempuran Kobani, ketika milisi Kurdi menghadapi tekanan, pesawat AS telah terbang dibawah hujanan peluru untuk mendrop dari udara memberi persediaan untuk milisi Kurdi, sehingga Kobane mampu mengakhiri pengepungan, dan setelah pengepungan wilayah ini terus jatuh ke tangan kaum Kurdi.

Ketika “ISIS” berkuasa di Irak utara dan mulai membunuh orang-orang Kurdi, AS datang dan membantu melindungi mereka. Hal ini semua yang membuat Turki tidak bisa bicara apa-apa, dan juga tidak bisa menguntuk AS untuk itu. Bantuan AS untuk sekelompok orang yang sedang dibantai, sehingga siapapun tidak bisa menghentikan mereka. Tapi ini semua telah memposisikan Turki dengan banyak tekanan pada semua keinginan Turki.

Sudah menjadi rahasia umum, isu Kurdi merupakan masalah yang ada didepan pikiran dan menjadi “duri dalam daging” Turki, tapi yang perlu orang dunia tahu, sudah lama AS telah diam-diam mendukung Kurdi.

Pada tahun 1991, ketika Perang Teluk pecah, dan di awal tahun setelah itu, pemerintah Saddam Hussein dikalahkan. Untuk melemahkan Saddam, pasukan sekutu yang dipimpin AS yang mendirikan zona larangan terbang di wilayah utara dan selatan Irak. Dan Partai Demokratik Kurdi Irak menggunakan kesempatan ini untuk dengan tegas memisahkan diri dari kontrol mutalk Irak, dan secara sepihak mengumumkan pembentukan “Daerah Otonomi Kurdistan”(Kurdistan Auronomous Region).

Setelah Perang Irak, pemerintah pusat Bagdad lama sekali dalam keadaan lemah, dan status otonomi Kurdistan lebih mengakar, dan diakui oleh  Iraq’s transitionary   constitution (Konstitusi Peralihan Irak) pada 30 Januari 2015. Sejak saat itu luas lahan 78.000 km persegi menjadi tanah pertama “Kurdistan”.

Dimulai dari awal tahun 1990an, kenapa daerah otonom Kurdistan mampu bertahan dan tidak diduduki Saddam Hussein, sesungguhnya berkat perlindungan no-fly-zone AS di Irak utara. AS jelas tahu Kurdi Irak dan Kurdi Syria merupakan kartu yang bisa dimainkan. Tetapi menggunakan isu Kurdi untuk melemahkan Turki tampak sesuatu yang AS belum mau mempergunakan.

( Bersambung ....... )

Sumber : Media TV dan Tulisan Luar Negeri dan Dalam Negeri.

http://news.yahoo.com/turkeys-erdogan-meets-hamas-leader-meshaal-istanbul-sources-010022511.html

http://www.theguardian.com/world/recep-tayyip-erdogan

http://www.ibtimes.com/turkish-troops-iraq-arab-league-accuses-ankara-threatening-iraqs-sovereignty-2239862

http://foxtrotalpha.jalopnik.com/turkey-sends-troops-and-armor-into-iraq-without-approva-1746595750

http://www.newyorker.com/news/news-desk/what-are-turkish-troops-doing-in-northern-iraq

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun